Sedih. Itu perasaan kita semua saat ini karena Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Indonesia sedang sakit dan membutuhkan penyembuhan. Kawan GNFI tentunya tahu tentang berita kerusuhan yang terjadi di Indonesia. Sejak 25 Agustus 2025, unjuk rasa terjadi di berbagai daerah di Indonesia, dipicu oleh penolakan kenaikan tunjangan anggota DPR yang tidak wajar.
Kejadian tragis meninggalnya Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online karena dilindas kendaraan taktis Brimob di Jakarta pada 28 Agustus. Reuters memberitakan, kejadian tersebut memicu kerusuhan yang menyebar dengan cepat daerah lain. Kerusuhan tak terbendung mengakibatkan korban jiwa dan rusaknya infrastruktur di berbagai daerah, mulai dari Bandung, Cirebon, hingga Makassar.
GNFI juga menulis tentang pembakaran oleh demonstran tak bertanggung jawab terjadi di Gedung Grahadi dan Gedung Polsek Tegalsari yang merupakan Gedung cagar budaya di Surabaya. Penjarahan juga hampir terjadi di Museum Bagawanta Bhari Kediri.
Kondisi yang mengkhawatirkan ini menyebabkan kegiatan pembelajaran di sekolah dan kampus di berbagai daerah hampir selama seminggu setelah kejadian kerusuhan dilaksanakan secara online untuk menjaga keamanan.
Baca Juga: Bukan Sekadar Tuntutan: 17+8 Indonesia Berbenah Resmi Diserahkan ke DPR RI
Lingkungan di Indonesia Juga Butuh Disembuhkan
Saat ini, kondisi lingkungan berbagai daerah di Indonesia juga sedang sakit dan butuh penyembuhan. Terdapat beberapa masalah penting tentang kondisi lingkungan di Indonesia. Berdasarkan Environesia, Environment Indonesia, dan GNFI, berikut lima isu utama yang menuntut perhatian darurat.
1. Kualitas Udara di Kota Besar
Jakarta dan Bandung kembali mencatat tingkat polusi tinggi pada Agustus 2025, masuk dalam lima kota paling tercemar di dunia. Kejadian itu menyebabkan meningkatanya kasus gangguan pernapasan, yakni Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), di beberapa rumah sakit.
2. Deforestasi dan Alih Fungsi Hutan
Hutan di Kalimantan Tengah dan Papua terus ditebang untuk menjadi perkebunan sawit dan pertambangan. Hal itu mengancam keberadaan keanekaragaman hayati dan memicu konflik dengan masyarakat adat.
3. Krisis Sampah Plastik dan Pencemaran Air
Sungai Citarum tercemar secara masif, merusak mata pencaharian pencari ikan dan kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Selain itu, tumpukan sampah plastik mengancam kelestarian ekosistem laut di Bali dan Makassar.
4. Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem
Banjir besar di Jakarta pada Maret 2025 menyebabkan kerugian ekonomi dan korban jiwa. Sementara itu, kemarau panjang di Nusa Tenggara Timur menurunkan hasil panen secara signifikan.
5. Eksploitasi Pulau Kecil dan Kerusakan Terumbu Karang
Tambang nikel di Maluku dan Raja Ampat mengancam habitat terumbu karang. Selain itu, Raja Ampat juga mengalami kerusakan akibat kapal wisata dan praktik perikanan yang tidak ramah lingkungan sehingga semakin mengikis keindahan dan keunikan ekosistem lautnya.
Bercermin pada Lagu "Heal the World"-nya Michael Jackson
Kondisi Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja ini butuh segera disembuhkan. Hal itu membuat ajakan “make a better place” terasa semakin nyata. Potongan lirik dari “Heal the World”ciptaan Michael Jackson itu mengajak kita berkaca pada makna dari lagu tersebut.
“Heal the World” adalah salah satu lagu terkenal dari Michael Jackson yang rilis pada 1992 dalam album Dangerous. Lagu ini memiliki pesan kemanusiaan yang sangat kuat: menyerukan perdamaian, cinta, dan kepedulian terhadap sesama serta lingkungan.
Dunia saat lagu itu diciptakan sedang dihantui oleh konflik dan kekerasan. Genosida di Rwanda merenggut jutaan nyawa; perang di Bosnia memakan korban sipil. Di sisi lain, masalah lingkungan juga mencuat, seperti penipisan lapisan ozon akibat penggunaan CFC.
Di tengah situasi ini, Michael Jackson menghadirkan “Heal the World” sebagai doa dan ajakan untuk menghentikan kekerasan serta memberi harapan bagi generasi mendatang. Lagu ini menjadi semacam seruan moral: dunia bisa lebih baik jika manusia mau berhenti saling menyakiti. Lagu ini bukan sekadar karya musik, tetapi juga gerakan kemanusiaan melalui pendirian Heal the World Foundation.
Pesan lagu tersebut masih relevan hingga sekarang, tak lekang dimakan zaman. Ternyata, lagu tersebut juga sangat relevan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDG) 16 tentang Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh, yang dicanangkan oleh PBB (Unicef).
Dunia akan damai jika alam terjaga kelestariannya sehingga pesan lagu ini juga sangat relevan dengan SDGs 13, 14, dan 15 tentang aksi terhadap perubahan iklim, perlindungan ekosistem daratan, dan laut, seperti dilansir dari laman United Nations.
Kawan GNFI, ternyata di balik kondisi sakit yang membutuhkan penyembuhan ternyata ada harapan. Lagu "Heal the World" mengingatkan kita bahwa dunia tidak akan sembuh jika hanya berharap; kita perlu melakukan tindakan nyata.
Jika kita bersama-sama belajar peduli, menghargai perbedaan, dan menjaga bumi, maka pesan Michael Jackson untuk menyembuhkan dunia bisa benar-benar terwujud: dunia yang lebih damai, adil, dan lestari.
Baca Juga: 5 Lagu Berisi Kritik kepada Pemerintahan, Karya Musisi Indonesia dari Iwan Fals hingga Sukatani
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News