menelisik makna lagu buruh tani aspirasi rakyat kecil yang terbungkam - News | Good News From Indonesia 2025

Menelisik Makna Lagu Buruh Tani: Aspirasi Rakyat Kecil yang Terbungkam

Menelisik Makna Lagu Buruh Tani: Aspirasi Rakyat Kecil yang Terbungkam
images info

Inilah makna lagu Buruh Tani. Jamak diketahui, Buruh Tani adalah lagu ciptaan Safi'i Kemamang yang kerap dinyanyikan saat aksi unjuk rasa.

Saat masyarakat menyampaikan pendapatnya di muka umum lewat aksi unjuk rasa, lagu Buruh Tani kerap berkumandang. Aslinya, lagu ini berjudul Pembebasan. Oleh band Marjinal, lagu tersebut sedikit dimodifikasi hingga jadilah lagu Buruh Tani seperti yang dikenal sekarang.

Sejarah lagu Buruh Tani bermula saat Safi'i Kemamang bergabung dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD) Jawa Timur. Saat itu, rezim Orde Baru sedang berkuasa sehingga Safi'i dan teman-temannya berpikir untuk memanfaatkan musik sebagai pendorong semangat perjuangan politik mereka. Lagu Pembebasan kemudian tercipta di Sirabaya pada tahun 1996.

Tak heran apabila Buruh Tani kerap dinyanyikan dalam penyampaian pendapat di muka umum. Sebab, liriknya memang kental dengan nuansa perjuangan kaum tertindas.

Mengenang Acil Bimbo: Musisi, Intelektual, Sekaligus Aktivis Kebudayaan yang Melegenda

Makna Lagu Buruh Tani

Makna pagu Buruh Tani pernah dikulik oleh Lambok Hermanto Sihombing lewat publikasi ilmiahnya di Virtuoso: Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Musik. Dengan menggunakan teori semiotika, ia menelaah lirik lagu tersebut.

Makna lagu Buruh Tani adalah tentang bagaimana rakyat kecil bersatu menyuarakan aspirasi mereka yang selama ini dibungkam. Ini sebagaimana tergambar dalam liriknya yang mengisahkan tentang penindasan yang dilakukan oleh mereka yang memiliki kekuasaan, dalam hal ini adalah pejabat pemerintah, di mana mereka menindas rakyat kecil yang tidak punya apa-apa. 

"Buruh, tani, mahasiswa, rakyat miskin kota
Bersatu padu rebut demokrasi
Genggam gempita dalam satu suara
Demi tugas suci yang mulia"

Pada bait pertama, menurut Lambok,menceritakan bagaimana masyarakat, harus terus berjuang untuk merebut kembali demokrasi.

Tidak hanya sekadar menelaah makna, Lambok juga memberi kritik terhadap salah satu penggalan bait pertama lirik yang berbunyi "Genggam gempita dalam satu suara". Menurutnya, pernyataan tersebut terlalu berlebihan karena struktur pemerintahan bukanlah pesta meriah tanpa satupun kesedihan.

"Hari-hari esok adalah milik kita
Terciptanya masyarakat sejahtera
Terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orba"

Pada bait kedua, liriknya menggambarkan kondisi masyarakat tanpa kelas ditemukan, menyiratkan bahwa keadilan yang setara untuk semua warga negara akan tercipta. Skenario ini akan muncul jika "Kita" menjadi penguasa dalam arti lirik tersebut. 

Pada bait kedua ini juga dapat menemukan lirik yang menyatakan bahwa apabila kondisi masyarakat tanpa kelas terbentuk, maka keadilan yang setara untuk semua warga negara pun akan tercipta. 

Sementara itu, pernyataan "marilah kawan, mari kita kabarkan" merajuk pada keinginan untuk menyatukan dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama mencapai satu tujuan yaitu mengabarkan berita gembira tentang lepasnya pemerintahan dari rezim Orde Baru. Diikuti oleh kalimat selanjutnya "marilah kita nyanyikan sebuah lagu tentang kebebasan" yang diinterpretasikan sebagai keberadaan masyarakat yang menginginkan "penbebasan", yaitu situasi atau kehidupan yang bebas dari berbagai bentuk sistem atau aturan yang dianggap membatasi keberadaan masyarakat.

"Di bawah kuasa tirani
Kususuri garis jalan ini
Berjuta kali turun aksi
Bagiku satu langkah pasti"

Lirik di atas menggambarkan kalimat persuasif yang mengajak masyarakat untuk terus berjuang meskipun harus dengan turun aksi berkali-kali dengan keadaan yang dihadapi selama rezim Orde Baru. Penulis lirik juga diyakini optimistis bahwa bersama masyarakat, ia akan mampu menggulingkan pemerintahan Orde Baru Soeharto pada saat itu.

"Secara sekilas, lirik lagu Buruh Tani mencoba menggambarkan harapan para buruh, petani, mahasiswa, dan rakyat miskin kota yang menginginkan sebuah sistem demokratis di Indonesia, di mana mereka dapat dengan bebas menyampaikan gagasan dan kritik tanpa intimidasi atau bahkan penangkapan." tulis Lambok dalam kesimpulan publikasi ilmiahnya.

5 Lagu Berisi Kritik kepada Pemerintahan, Karya Musisi Indonesia dari Iwan Fals hingga Sukatani

 

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aulli Atmam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aulli Atmam.

AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.