Akhir-akhir ini pada bulan Agustus 2025, kita dikejutkan dengan maraknya aksi demo massa terhadap pemerintahan. Situasi di Indonesia berubah mencekam. Sekolah-sekolah diadakan daring. Aparat kepolisian berkeliling. Masyarakat pun dihimbau untuk tetap di rumah — persis seperti saat pandemi Covid-19.
Salah satu tuntutan rakyat adalah agar pemerintah membatalkan kenaikan gaji para pejabat. Benar saja, data Badan Pusat Statistik pada Maret 2025 menunjukkan bahwa nilai ketimpangan antara si kaya dan miskin atau rasio gini, berada di angka 0,375. Meski menurun 0,006 dari September 2024, angka tersebut masih menunjukkan Indonesia berada di posisi ketidaksetaraan sedang, mendekati ketidaksetaraan tinggi.
Oleh karena itu, masyarakat sejatinya memang dituntut mandiri dalam mengelola finansial sejak dini. Setidaknya itulah yang menjadi keresahan Sri Irdayati, penerima apresiasi SATU Indonesia Awards pada 2010 di bidang kewirausahaan.
A'ak Abdullah dan Laskar Hijau: Aktivis Lingkungan Peraih SATU Indonesia Awards ASTRA
Sekilas Tentang Sri Irdayati
Perempuan tersebut benama Sri Irdayati, lulusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Idenya terkait kelas bisnis bagi anak-anak tidak muncul secara tiba-tiba. Sejak duduk di bangku kuliah, keinginan untuk memberikan literasi kewirausahaan kepada anak-anak sudah muncul.
Irda yakin bahwa kemampuan akademik saja tidak cukup. Ia yakin bahwa anak-anak harus dibekali kemampuan berwirausaha sejak dini untuk bertahan hidup dengan hasil usahanya sendiri.
Kelas Bisnis Pencetak Miliuner
Berbekal kontrakan sederhana yang disewa oleh suaminya, ia memulai kelas bisnis untuk anak-anak sekitarnya secara cuma-cuma. Muridnya pun hanya berjumlah 7 orang, dengan kisaran umur di antara 7-12 tahun.
Irda mengajarkan bagaimana cara menyulap manik-manik menjadi perhiasan sederhana, seperti gelang dan kalung. Mulai dari berbelanja, merangkai, hingga menjualnya pun diajarkan semua.
Tak lupa, anak-anak juga diajarkan cara menerapkan hitung-hitungan sederhana yang mereka pelajari di sekolah untuk bisnisnya. Lengkap semua ia ajari, mulai dari menghitung modal, beban usaha, margin profit, hingga laba ataupun kerugian usaha.
Satu hal yang menarik, di kelas ini, Irda senantiasa membiasakan anak-anaknya untuk saling memanggil dengan sebutan ‘bos’. Hal Ini dilakukan agar mental mereka siap untuk terjun di dunia wirausaha. Selain itu, ternyata kata ‘bos’ di sini juga memiliki kepanjangannya sendiri, yakni Bakal Orang Sukses.
Harapannya, anak-anak ini dapat menjadi miliuner yang dapat menghidupkan ekonomi keluarga, bahkan masyarakat sekitar. Setidaknya, mereka dapat menjadi bos untuk diri mereka sendiri.
Richie Rich: Inspirasi Irda dalam Mencetak Miliuner
Siapa sangka, inspirasi Irda untuk membuka kelas bisnis justru datang dari negeri Paman Sam. Adalah Richie Rich, film bergenre komedi asal Amerika Serikat yang tayang pada tahun 1994.
Singkatnya, Richie merupakan anak dari orang terkaya di dunia. Kemudian, kedua orangtuanya mengalami kecelakaan di pesawat, yang membuat anak kecil ini harus menggantikannya untuk memimpin perusahaan besar itu. Tak hanya memimpin, ia juga harus melawan senior perusahaan yang berusaha mengambil alih usahanya.
Lebih dari sebatas film, Richie Rich menjadi simbol kekayaan pada masa itu. Meskipun tidak lahir dari seorang miliuner, film ini setidaknya mengajarkan Irda untuk senantiasa memiliki mental pengusaha.
Dari Irda, kita mengerti bahwa untuk memperbaiki perekonomian masyarakat tidak harus menjadi seorang pejabat publik. Justru, terjun langsung dari rumah ke rumah terkadang lebih berarti daripada bersuara di gedung-gedung sana. Semoga dengan hadirnya Irda di tengah masyarakat, miliuner-miliuner lain akan hadir.
Inilah kisah Sri Irdayati. Lalu, bagaimana dengan kamu?
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News