sekolah alam leuser pendidikan berbasis alam dengan kurikulum nasional - News | Good News From Indonesia 2025

Sekolah Alam Leuser, Pendidikan Berbasis Alam dengan Kurikulum Nasional

Sekolah Alam Leuser, Pendidikan Berbasis Alam dengan Kurikulum Nasional
images info

Sekolah Alam Leuser, Pendidikan Berbasis Alam dengan Kurikulum Nasional


Sekolah Alam Leuser (SAL), membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya persoalan nilai akademik, tetapi juga bagaimana menanamkan cinta dan kepedulian akan alam.

Berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, berdiri bangunan unik yang dirancang dari kekayaan alam. Bambu yang kokoh, kursi rotan, dan ruang terbuka yang langsung menerpa alam. Sekolah Alam Leuser menjawabnya melalui gaya pendidikan formal dengan berbasis alam.

Sosok dibalik Sekolah Alam Leuser

Salah satu kunci utama dibelakang perkembangan SAL adalah seorang bernama Darsimah Siahaan. Ia merupakan Ketua Yayasan Sekolah Alam Leuser yang percaya bahwa pendidikan yang dekat dengan alam dapat membentuk generasi baru yang lebih peduli akan lingkungan.

Darsimah menekankan 3 pilar penting dalam membangun dan mengembangkan Sekolah Alam Leuser. Ketiga pilar krusial ini adalah alam, alamiah, dan sosial. Hal ini menyorot point berupa anak-anak tidak tumbuh dari sisi akademik saja, melainkan juga membentuk karakter teguh dan kuat akan kepedulian menjaga lingkungan tempat mereka tinggal.

baca juga

70% Kurikulum Nasional dan 30% Kurikulum Alam

Sekolah Alam Leuser tetap mengambil nilai-nilai dari Kurikulum Nasional (K13). Namun campuran dari kedua point pendidikan ini cukup menarik, yakni 70% Kurikulum Nasional ditambah 30% Kurikulum Alam. Dalam hal ini, SAL tidak hanya memuat pelajaran umum, tetapi juga mempelajari terkait alam dan ekosistemnya.

Darsimah menginginkan anak-anak yang belajar di SAL tidak hanya mempelajari tentang pohon ataupun tumbuhan, tetapi juga bagaimana menanam dan merawatnya. Sehingga, anak-anak dapat mengerti arti penting dari konservasi dan lingkungan.

Pendidikan Gratis Berbasis Komunitas

Sekolah Alam Leuser menetapkan biaya gratis dalam pendidikannya. Mulai dari pendaftaran, buku, hingga seragam ditanggung oleh sekolah. Terdapat cara unik juga yang dilakukan untuk membayar sekolah. Dalam hal ini, orang tua murid bisa menyumbangkan bibit-bibit pohon untuk kegiatan penanaman hutan kembali atau reforestasi.

Kegiatan belajar mengajar di SAL sebagian besar tenaga pengajarnya merupakan masyarakat sekitar. Hal ini menjadi upaya dalam pemberdayaan masyarakat lokal sekaligus mempererat hubungan antara sekolah dan komunitas disekitar.

Menghadapi Pendidikan di Pedalaman

Sekolah selalu dianggap sebagai bangunan yang identik dan berciri khas bangunan permanen dan fasilitas modern. Namun, hal ini sedikit berbeda jika dikaitkan dengan Sekolah Alam Leuser. Sekolah ini mengadopsi gaya sederhana yang jauh dari ciri bangunan sekolah pada umumnya.

Di satu sisi, bangunan inilah yang menjadi simbol harapan baru untuk pendidikan masyarakat di pedalaman. Darsimah percaya melalui pendekatan ini akan membuka mata dan perspektif lebih luas akan sekolah bahwasanya sekolah bukan hanya perihal gedung atau bangunan, melainkan mengenai dampak positif yang diberikan kepada sekitar, terutama alam dan lingkungan.

Kini, Sekolah Alam Leuser lebih dari sekolah. Ia merupakan ruang konservasi yang turut membawa perhatian akan pendidikan dan lingkungan. Dalam hal ini, anak-anak yang bersekolah di sini bukan hanya menjadi calon akademisi atau ilmuwan, tetapi juga menjadi pionir dalam menjaga kelestarian alam khususnya Taman Nasional Gunung Leuser.

baca juga

Sekolah Alam sebagai Ruang Pendidikan Baru Indonesia

Pada tahun 2024 lalu, Darsimah berhasil memperoleh apresiasi SATU Indonesia Awards yang merupakan program yang diselenggarakan oleh Astra. Darsimah Siahaan dan Sekolah Alam Leuser menjadi contoh nyata bahwa pendidikan berjalan beriringan dengan lingkungan. Di Tengah-tengah perkembangan zaman dan isu lingkungan, mereka menjawab dengan penuh keyakinan bahwa tantangan ini bisa dihadapi melalui anak-anak, bahwa menjaga lingkungan dan alam sama pentingnya dengan pelajaran membaca dan berhitung.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Adithitra Ramadhan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Adithitra Ramadhan.

AR
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.