Indonesia merupakan negara besar yang memiliki sejuta kekayaan didalamnya, mulai dari kekayaan alam hingga keberagaman budaya yang juga menjadi daya tarik serta identitas kita sebagai bangsa di mata dunia.
Salah satu hasil dari kekayaan budaya kita adalah beraneka ragamnya kuliner tradisional di Indonesia dengan berbagai macam bentuk, jenis, dan cita rasanya. Namun, kuliner tradisional bukan hanya soal rasa, melainkan sarat akan nilai luhur dan makna dalam kehidupan.
Dalam kuliner tradisional terdapat banyak sekali cerita yang dapat kita gali, mulai dari sejarahnya, makna filosofis serta bagaimana cara masyarakat setempat mengolah dan mengkonsumsi kuliner tradisional tersebut. Mari kita simak penjelasanya lebih lanjut.
Kuliner Tradisional Sebagai Identitas Daerah
Makanan tradisional sendiri merupakan jenis makanan yang dibuat berdasarkan resep turun-temurun dari leluhur serta menggunakan bahan-bahan khas yang hanya terdapat di daerah asalnya (Roza et al., 2023).
Selain itu, Juniarti (2021) juga menjelaskan bahwa makanan tradisional memiliki beberapa karakteristik, yakni memiliki unsur kedaerahan, beraneka ragam jenis dan bentuknya, serta mencerminkan potensi alam di daerah asal makanan tradisional tersebut.
Oleh karena itu, Indonesia yang wilayahnya sangat luas dengan kondisi alam yang berbeda-beda membuat tiap daerah memiliki berbagai macam kuliner tradisional khasnya masing-masing
Misalnya seperti di Papua yang mana masyarakat setempat memanfaatkan pohon sagu sebagai sumber tenaga utama mereka sehari-hari.
Hal ini dikarenakan kondisi alam tanah Papua yang banyak sekali ditumbuhi oleh pohon sagu, selain itu sagu pun merupakan penghasil karbohidrat tinggi yang tak kalah dengan nasi dan kentang sehingga sangat baik untuk dijadikan makanan pokok.
Sama halnya dengan masyarakat di pulau Kalimantan yang disana terdapat banyak sekali sungai, bahkan sungai terbesar di Indonesia yakni Sungai Kapuas berada di Kalimantan Barat.
Hal ini membuat masyarakat setempat memanfaatkan sungai-sungai tersebut sebagai sumber makanan, alhasil banyak sekali hidangan khas yang menggunakan ikan-ikan sungai seperti seperti iwak pakasam, haruan masak habang, pelotuk ikan angsam, dan masih banyak lagi.
Begitupun di daerah-daerah lain, bahan rempah-rempah yang khas dari daerah tertentu dapat diolah menjadi aneka ragam kuliner tradisional yang menjadi ikon daerah tersebut, misalnya kluwek yang di Jawa Timur identik dengan hidangan nasi rawon.
Lalu ada juga andaliman yang juga merupakan rempah khas dari Sumatera Utara, sering digunakan untuk berbagai macam masakan seperti arsik ikan mas, mie gomak, dan lain sebagainya.
Baca juga: Cerita di Balik Keragaman Sate Nusantara
Warisan Turun Temurun yang Sarat akan Makna Filosofis
Selain bahan-bahannya yang unik, kuliner tradisional juga merupakan sebuah warisan yang telah diturunkan selama berabad-abad oleh para leluhur hingga saat ini.
Ada banyak sekali jenis makanan dan minuman tradisional yang sejak jaman kuno hingga sekarang masih eksis dan cukup terkenal dimana-mana.
Contohnya adalah tumpeng, yang jejak sejarahnya berasal dari masa kapitayan, yakni masa di mana masyarakat masih mempercayai bahwa benda-benda memiliki kekuatan tak bisa dijelaskan oleh nalar manusia, dan dapat mendekatkan seseorang pada tuhan yang pada saat itu disebut Sang Hyang Taya.
Sepanjang sejarah tumpeng sendiri mengalami banyak sekali perubahan dan adaptasi, terlebih lagi setelah agama masuk ke bumi Nusantara.
Mulai dari agama hindu budha di mana tumpeng menjadi berbentuk kerucut untuk menghormati arwah leluhur yang dipercaya berada di pegunungan.
Lalu ketika islam berkembang di Indonesia, tumpeng pun berubah lagi maknanya, bentuknya yang kerucut melambangkan kuasa Allah SWT, dan lauk pauk yang menyertai nasi tumpeng melambangkan kehidupan manusia yang selalu berdampingan dengan alam.
Hingga saat ini tumpeng masih sering digunakan untuk merayakan hari-hari besar seperti ulang tahun, syukuran, selametan, hari jadi sebuah instansi atau Perusahaan, dan masih banyak lagi sebagai ungkapan rasa syukur serta doa dan harapan.
Selain tumpeng, Jawa Tengah dan Jawa Timur juga memiliki kudapan manis yang sangat populer, yaitu wajik. Terbuat dari ketan dengan rasa manis gula merah, wajik bukan sekadar makanan tradisional, tetapi warisan budaya yang sudah ada sejak masa Kerajaan Majapahit.
Sejak jaman Majapahit, wajik dikenal sebagai makanan ringan dan hingga saat ini makanan manis yang satu ini memiliki ikatan erat dengan kebudayaan di Jawa Tengah, khususnya di Keraton Yogyakarta di mana wajik menjadi salah satu komponen utama dalambeberapa acara adat.
Contohnya pada upacara Tumplak Wajik, di mana wajik dimaknai sebagai simbol sedekah dari Sultan Keraton Yogyakarta kepada rakyatnya (Wardana & Setiarto, 2024), serta untuk memperingati tiga hari besar dalam agama islam, yakni grebeg mulud (Maulid Nabi), grebeg syawal (Idulfitri), dan grebeg besar (Iduladha)
Baca juga: 5 Tradisi Unik dan Meriah Menyambut Maulid Nabi di Indonesia
Cerminan Kearifan Lokal dalam Kuliner Tradisional
Kuliner tradisional adalah warisan leluhur yang sarat nilai luhur dan makna, serta memanfaatkan bahan baku dari alam sekitar, sehingga dapat mencerminkan kearifan lokal masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.
Salah satu contoh yang paling sering kita temui adalah penggunaan daun pisang sebagai alas makanan. Hal ini tentu merupakan salah satu cerminan dari nilai kearifan lokal yang memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam sekitar.
Selain itu penggunaan daun pisang pun juga secara tidak langsung menjawab permasalahan lingkungan saat ini, yaitu limbah plastik. Daun pisang yang banyak digunakan untuk membungkus makanan dapat menjadi solusi alami untuk mengurangi sampah plastik.
Dengan banyaknya nilai luhur yang terkandung dalam tradisi dan kebudayaan di Indonesia, khususnya yang terdapat pada aneka ragam kuliner tradisional seharusnya menjadi motivasi bagi kita semua untuk tetap selalu menjaga eksistensinya agar tidak termakan oleh jaman.
Terlebih lagi dengan semakin maraknya makanan-makanan kekinian yang dijual di berbagai tempat, keberadaan makanan tradisional kian hari makin tergeser.
Semoga artikel ini dapat menjadi pengingat sekaligus memberikan wawasan baru bagi kita semua terkait nilai luhur yang ada pada aneka ragam kuliner di tanah Nusantara ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News