dentuman abadi warisan gamelan tegallurung di tengah perubahan zaman - News | Good News From Indonesia 2025

Dentuman Abadi: Warisan Gamelan Tegallurung di Tengah Perubahan Zaman

Dentuman Abadi: Warisan Gamelan Tegallurung di Tengah Perubahan Zaman
images info

Di sudut selatan Padukuhan Tegallurung, alunan kendang berpadu dengan dentuman gong menciptakan harmoni yang menggetarkan pendengaran. Nada nada slendro gamelan bukan hanya mengalun sebagai musik pengiring, melainkan jejak warisan yang sudah bertahan ratusan tahun.

Gamelan di Tegallurung menjadi saksi perjalanan waktu, diwariskan generasi ke generasi tanpa kehilangan makna maupun ruh budaya yang terkandung di dalamnya.

Menurut Mas Medono Broto Hartono Panengron, pewaris sekaligus pengajar karawitan, keberadaan gamelan di Tegallurung sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

“Gamelan di Tegallurung ini sudah ada sejak kakek-buyut saya. Usianya ratusan tahun, diwariskan turun-temurun. Kakak saya yang meninggal di usia 90 tahun pun sudah mengenalnya sejak dari orang tua kami,” ujarnya.

Warisan itu tak hanya berbentuk seperangkat instrumen musik, melainkan menjadi nilai budaya yang mengikat keluarga besar mereka. Turun temurunnya gamelan di Tegallurung menjadikannya sebagai salah satu gamelan tertua di Bantul, Yogyakarta.

Dentumannya telah mengiringi hajatan manten (pernikahan), wayang, acara ulang tahun, hingga pementasan ketoprak.

Tak jarang pula gamelan Tegallurung dibawa keluar desa misalnya ke pendopo kabupaten untuk mengiringi prosesi upacara pengangkatan pejabat atau mengikuti perlombaan karawitan antar daerah.

Lebih dari sekedar musik, gamelan menjadi medium untuk menyatukan masyarakat sekaligus menjaga identitas budaya Jawa.

Namun, perkembangan zaman menghadirkan tantangan baru. Menurunnya minat generasi muda terhadap gamelan menjadi tantangan yang masih dipecahkan oleh Kepala Dukuh Tegallurung sekaligus Mas Medono Broto Hartono Panengron. Jika dahulu gamelan selalu dimainkan setiap pekan, sekarang aktivitas tersebut berkurang.

“Dulu, ketika generasi yang atas kemarin itu, sini tidak pernah kosong kok. Satu minggu berapa kali untuk latihan ketoprak, latihan tari, ada latihan khusus, latihan gamel. Tiap ada penghelatan orang mantu, pernikahan, ulang tahun anak,” kenang Mas Medono Broto Hartono Panengron.

Kini, keberadaan gamelan Tegallurung turut menarik perhatian mahasiswa KKN V.B.1 UAD Angkatan 145 untuk datang dan ikut melestarikan gamelan tertua di Bantul bersama warga.

Saat ini, setiap jum’at malam, gamelan di Tegallurung kembali mendentungkan suara indahnya. Keindahan gamelan Tegallurung hidup kembali, meskipun hanya dimainkan dan dilestarikan oleh sesepuh desa.

Meski demikian, asa untuk pelestarian gamelan Tegallurung belum padam. Mas Medono Broto Hartono Panengron menegaskan jika gamelan ini tidak boleh hilang dari rumahnya, sebab sudah menjadi warisan turun temurun yang harus diwariskan dan dilestarikan dari generasi ke generasi.

Ia percaya, jika generasi muda berkenan untuk menyelami gamelan, mereka akan menemukan keindahan yang sama seperti waktu ia masih kecil. Nuansa senang dan tidak pernah puas akan gamelan berikan kepada orang yang menyelaminya.

“Jadi saya itu sejak kecil, saya sudah SD, itu sudah sering ikut pementasan. Saya tidak pernah jenuh. Saya itu kalau sudah berada di gamelan dengan teman-teman rasanya enak. Rasanya enak,” ujarnya.

Hal tersebut sudah dibuktikan oleh kelompok KKN V.B.1 UAD Angkatan 145. Perasaan ingin terus belajar dan memainkan gamelan kerap kami rasakan setelah pertama kali kami memainkannya.

“Kalau sudah menyelami, anak-anak pun sekarang ini senang,” sambung Mas Medono Broto Hartono Panengron.

Selama masih ada pewaris yang menjaga, gamelan di Tegallurung akan terus menggema. Suara harmoni itu bukan sekedar lantunan, melainkan ajakan untuk turut melestarikan keindahan tradisi Jawa di tengah derasnya modernisasi.

Dentumannya akan terus bergema, mengalun melewati batas-batas desa bahkan menembus batas waktu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ND
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.