Setiap desa punya cerita dan tantangan masing-masing. Bagi Desa Kutajaya, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang, persoalan sampah menjadi salah satu isu yang paling sering muncul dalam percakapan warga.
Dari tumpukan di sudut jalan hingga kebiasaan membuang tanpa memilah, sampah kerap menimbulkan masalah baru, mulai dari bau tidak sedap, saluran air tersumbat, hingga risiko kesehatan.
Namun, di balik tantangan itu, tersimpan semangat besar untuk berubah. Semangat inilah yang kemudian bertemu dengan gagasan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik Inovasi IPB University 2025.
Bersama warga, mereka melahirkan sebuah inisiatif sederhana, tetapi bermakna: GEMA PILAH (Gerakan Masyarakat Pilah Sampah).
Program yang berlangsung pada 14–21 Juli 2025 ini tidak hanya menyediakan tong sampah terpilah, tetapi juga berusaha menumbuhkan kesadaran baru di masyarakat: memilah sampah sejak dari rumah.
Lewat kolaborasi antara mahasiswa dan warga, Kutajaya mencoba menjawab tantangan lingkungan sekaligus menapaki jalan menuju desa wisata yang bersih dan berjaya.
Dari Sampah Jadi Penanda Jalan: Inovasi Ecobricks Mahasiswa KKN-T IPB 2025 di Desa Neglasari
Dari Perakitan hingga Penyaluran
Program GEMA PILAH dilaksanakan dalam dua tahap. Pertama, pada 14–17 Juli 2025, mahasiswa KKNT-I IPB memproduksi tong sampah terpilah. Pada tahap ini, mahasiswa merancang desain tong sampah yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Desa Kutajaya, sekaligus menetapkan kategori pemilahan sampah menjadi organik dan anorganik.
Proses pembuatan tong sampah meliputi pembersihan bahan baku, perakitan, pengecatan, serta pemberian label pada setiap tong sampah. Label tersebut tidak hanya memuat tulisan organik dan anorganik, tetapi juga dilengkapi dengan contoh-contoh sampah dari masing-masing kategori.
Pemberian label ini diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam memahami perbedaan sampah organik dan anorganik. Dengan demikian, proses pemilahan sampah dapat berjalan lebih efektif dan konsisten.
Selanjutnya, tahap kedua dilaksanakan pada tanggal 18—21 Juli 2025 berupa kegiatan penyaluran dan penempatan tong sampah di lokasi sasaran.
Tim KKNT IPB berkoordinasi dengan aparat Desa Kutajaya serta masyarakat sekitar untuk menentukan empat titik strategis penempatan tong sampah, yakni Kantor Desa Kutajaya, area pemukiman warga, dan PAUD Bunga Rampai.
Program kerja GEMA PILAH tidak hanya memfasilitasi sarana fisik berupa tong sampah, tetapi juga berupaya memberdayakan masyarakat agar terbiasa memilah sampah dan menjadikannya sebagai budaya sehari-hari.
Lebih dari Sekadar Tong Sampah
Program GEMA PILAH tidak berhenti pada penyediaan wadah sampah. Yang lebih penting adalah membangun budaya baru: memilah sampah sejak dari rumah tangga.
Dengan begitu, sampah organik bisa diolah menjadi kompos atau ecoenzym, sementara sampah anorganik dapat didaur ulang.
“Harapannya sederhana. Kami ingin warga Kutajaya punya kebiasaan baru: memilah sampah dengan sadar, bukan karena kewajiban,” ungkap salah satu anggota tim KKNT-I IPB.
Mahasiswa KKNT IPB Gandeng DLH Kabupaten Bogor untuk Hidupkan Kembali Bank Sampah Leuwisadeng
Program ini juga selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, serta poin 15 tentang menjaga ekosistem daratan.
Menuju Desa Wisata yang Bersih dan Berjaya
Semua rangkaian ditutup dengan acara penyerahan simbolis tong sampah terpilah di balai desa. Momen sederhana yang memperlihatkan betapa eratnya kolaborasi antara warga dan mahasiswa.
Program GEMA PILAH diharapkan menjadi langkah nyata dalam membangun kesadaran masyarakat Desa Kutajaya untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan, pengelolaan sampah secara bijak, serta mengurangi timbunan sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Melalui fasilitas tong sampah terpilah, masyarakat Desa Kutajaya diharapkan dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.
Dengan demikian, program ini menjadi upaya penting untuk membangun masa depan Desa Kutajaya yang lebih baik.
Lewat GEMA PILAH, Kutajaya mengambil langkah awal menuju masa depan sebagai desa wisata yang bersih, ramah lingkungan, dan berdaya.
Kolaborasi tersebut membuktikan bahwa ketika warga dan mahasiswa bergandengan tangan, masalah sampah bukan lagi sekadar beban, melainkan peluang untuk membangun desa yang lebih berjaya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News