mengenal kid bellel arek suroboyo keturunan londo juara tinju nasional 1957 - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Kid Bellel, Arek Suroboyo Keturunan Londo Juara Tinju Nasional 1957

Mengenal Kid Bellel, Arek Suroboyo Keturunan Londo Juara Tinju Nasional 1957
images info

Kid Bellel, arek Suroboyo keturunan londo itu menjuarai kejuaraan nasional pada 1957. Dengan pukulan bertubi-tubi ia membuat Fighting Lee merana di atas ring tinju.

Jika sobat Glorise berminat dengan sejarah tinju nasional, coba ketikan “legenda tinju Indonesia” di mesin pencarian internet. Nama-nama petinju legendaris pun akan muncul di sejumlah situs dan bahkan juga terpampang di ringkasan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Ellyas Pical, Nico Thomas, Chris John, dan Daud Yordan, itulah nama-nama yang disarankan si AI dan tak asing bagi kalian semua bukan?

Menyelam lebih dalam ke artikel online media nasional, nama-nama petinju legendaris lain juga bisa ditemui. Dari mulai Ajib Albarado, Suwito Lagola, Muhammad Rachman, hingga Adrian Setiawan, adalah sosok petinju lain yang dipaparkan para pewarta tanah air.

Sayangnya, petinju berlabel legenda dari era 1950-an tidak pernah disebut jurnalis media arus utama. Mungkin karena tidak mendunia, mungkin karena tidak dikenal, mungkin tidak dianggap penting, dan masih banyak mungkin-mungkin yang lain. Padahal, sekalipun hanya berprestasi di level nasional, petinju 1950-an juga termasuk bagian penting sejarah tinju Indonesia sekaligus menandakan olahraga keras ini turut eksis sejak dulu, sama halnya dengan sepak bola dan bulu tangkis.

Ada banyak petinju yang menguasai ring tinju Indonesia. Salah satunya ialah petinju Surabaya, Kid Bellel yang pernah menjuarai kejuaraan nasional pada 1957.

Arek Suroboyo Keturunan Londo

“Badannya tegap, perawakannya besar. Beratnya 65,8 kilo. Ia memakai kumis, sehingga oleh publik kepadanya diberikan julukan Errol Flynn,” tulis Aneka yang menulis sekilas profil Kid Bellel dalam artikel berjudul “Djuara Baru” edisi 10 April 1957.

Kid Bellel di panggung adu jotos Indonesia saat itu paling santer dikenal sebagai petinju yang mewakili Surabaya. Akan tetapi perlu dicatat, ia bukanlah orang kelahiran kota pahlawan tersebut. Pemilik nama asli Victor Hugo Bellel sesungguhnya lahir di Semarang, Jawa Tengah, pada 20 Januari 1934.

Bellel anak Indo-Belanda. Ketika usianya masih belasan tahun ia pernah tinggal di Thailand pada 1945. Aneka tidak menjelaskan rincian alasannya, hanya menyebutkan Bellel “evakuasi” ke sana.

Situs Anjani.id yang diasuh Achmad Budiman mereproduksi hasil wawancara majalah Moesson dengan Bellel pada 1998. Salah satu petikan wawancaranya ialah mengenai Bellel yang tinggal di Thailand karena mesti merawat ayahnya yang sakit di sana setelah Perang Dunia II.

Sembari merawat ayahnya, Bellel bermain di sasana tinju di kamp setempat. Ia tertarik, tapi ditolak penghuni sasana karena dinilai terlalu muda. Sampai akhirnya seorang warga negara Amerika Serikat kulit hitam, Jack Neal mengizinkan Bellel berlatih dan bersedia menjadi mentornya.

Bellel dan keluarganya kembali ke Indonesia setahun kemudian. Surabaya menjadi kota peraduan di mana ia mulai naik ring pada usia 15 tahun.

Seratus, dua ratus, atau tiga ratus kali. Bellel lupa sudah berapa kali ia naik ring, yang jelas sudah ratusan yang membuatnya mendapat perhatian komunitas tinju Surabaya. Karena dicap berpengalaman, ia lantas diberi mandat sebagai instruktur tinju di Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) selama satu setengah tahun.

Kid Bellel, Arek Suroboyo Juara Tinju Nasional 1957

“Bikin habis, Kid!” seru pendukung Kid Bellel yang menghadiri perebutan gelar juara nasional di Gedung Olahraga Ikada, Jakarta pada 5 April 1957.

Saat itu, Bellel maju sebagai penantang juara bertahan, Fighting Lee di kelas welter. Ia masuk ring dengan kepercayaan diri tinggi karena punya firasat bakalan menang.

Benar saja, bogem Bellel berulang kali masuk. Lee yang pandai side stepping tak berdaya. Matanya dibuat Bellel lebam bahkan saat pertandingan baru berjalan dua babak.

“Dalam babak ke-2, Kid Bellel dapat memukul mata sebelah kiri Lee dan ini menyebabkan matanya bengkak,” lapor Indonesia Raya dalam artikel “Kid Bellel Djuara Kelas Welter Indonesia 1957” terbitan 8 April 1957.

Pada babak ke-7, Bellel membikin mata kanan Lee bonyok. Sulit bagi Lee untuk melihat, tapi perlawanan sengit tetap ia peragakan di tengah desakan bertubi-tubi Bellel.

Bellel pada akhirnya unggul angka dan menjadi juara nasional kelas welter seusai menyelesaikan pertarungan yang berjalan hingga 12 babak itu. Bagi Bellel, melawan Fighting Lee memang bukanlah apa-apa dibandingkan ketika berhadapan dengan petinju lain yang juga karibnya, A Tjong.

“Perlawanan A Tjong ada lebih berat dari Fighting Lee. Karena A Tjong berani menyerang dan berani memukul juga,” ucap Bellel dalam artikel Aneka berjudul “Djatuhnja sang djuara, Bellel djuara Indonesia kelas welter” edisi 10 April 1957.

Bellel terus menggeluti tinju di Indonesia sampai 1975. Dua tahun setelah gantung sarung tinju, ia pindah ke Belanda atas permintaan ibunya. Ia meninggal dunia pada 15 Mei 1999 dalam usia 65 tahun.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.