kisah mak jah menanam mangrove untuk cegah abrasi di tengah tenggelamnya desa bedono - News | Good News From Indonesia 2025

Kisah Mak Jah Tanam Mangrove untuk Cegah Abrasi di Tengah Tenggelamnya Desa Bedono

Kisah Mak Jah Tanam Mangrove untuk Cegah Abrasi di Tengah Tenggelamnya Desa Bedono
images info

Pagi itu, matahari baru beranjak naik ketika dua orang pengunjung dari LindungiHutan, startup lingkungan asal Indonesia, melakukan perjalanan ke Desa Bedono untuk bertemu Mak Jah.

Mak Jah 'mangrove' merupakan sosok perempuan tangguh yang lebih dari satu dekade menanam mangrove demi melawan abrasi. Keduanya mengendarai sepeda motor melintasi jalur Pantura menuju Desa Bedono, Demak.

Perjalanan sekitar 45 menit dari Kota Semarang membawa mereka melewati deretan truk kontainer, pabrik, dan gudang, sebuah lanskap industri yang kontras dengan tujuan mereka.

Tujuan perjalanan hari itu adalah bertemu dengan Paijah, atau yang lebih dikenal sebagai Mak Jah. Ia bukan pejabat, bukan pula tokoh terkenal di televisi. Namun, di tengah laut yang menelan kampung halamannya, Mak Jah adalah penjaga terakhir yang tak pernah lelah menanam pohon mangrove.

Menuju Rumah di Tengah Laut

Penampakan SD Negeri di Bedono yang terbengkalai
info gambar

Titik pertemuan berada di SD Negeri Bedono 1, sebuah bangunan sekolah yang kini terbengkalai. Di sana, Ikhwan, putra pertama Mak Jah, sudah menunggu. Setelah memarkir motor, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju dermaga kecil.

Untuk mencapai rumah Mak Jah, perahu menjadi satu-satunya transportasi. Perjalanan 5–10 menit di atas air memperlihatkan pemandangan yang menggugah: deretan tiang listrik yang setengah terendam air laut, sisa-sisa jalan penghubung dusun yang kini hilang.

Taman Hutan Raya Djuanda Bandung, Ruang Hijau Raksasa di Ujung Dago

"Dulu ini jalan darat," kata Ikhwan. Kini, kawasan yang dulunya hidup dengan ratusan keluarga berubah menjadi kampung mati.

Dari kejauhan, sebuah sampan kecil terlihat bergerak mendekat. Di atasnya, seorang perempuan berusia 53 tahun baru pulang dari pasar. Dialah Mak Jah—sosok yang sudah lebih dari satu dekade memilih hidup di tengah laut demi menanam harapan.

Rumah yang Melawan Pasang

rumah mak jah mangrove di tengah tenggelamnya desa bedono
info gambar

Rumah Mak Jah berdiri di antara pohon-pohon mangrove yang ia tanam sendiri. Perahu menjadi halaman depannya, sementara dapur terletak di bagian belakang rumah, yang pada pagi itu masih terendam air pasang.

Sudah tiga kali rumah tersebut ditinggikan untuk menghindari genangan, tetapi air laut tetap sesekali masuk. Bagi banyak orang, kondisi ini adalah alasan untuk pergi. Namun, bagi Mak Jah, inilah alasan untuk tetap bertahan.

"Kalau saya ikut pindah, nanti tidak ada yang merawat," ujarnya.

Saksi Hidup Abrasi

Dulu, Dusun Rejosari Senik dihuni hampir 250 keluarga. Namun sejak abrasi besar melanda pada 2006, satu per satu penduduk pindah. Tahun 2010, semua warga meninggalkan kampung ini, menyisakan Mak Jah sebagai satu-satunya penduduk yang tetap tinggal.

Abrasi di Bedono bukan sekadar erosi biasa. Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah, wilayah pesisir Demak telah kehilangan lebih dari 2.000 hektar daratan dalam dua dekade terakhir.

Naiknya permukaan air laut, hilangnya vegetasi pelindung, dan perubahan arus akibat pembangunan pesisir menjadi kombinasi mematikan bagi desa-desa seperti Bedono.

Menanam sebagai Benteng Terakhir

Mak Jah mangrove sedang menanam mangrove di wilayah Bedono
info gambar

Setiap hari, Mak Jah menyiapkan bibit mangrove: mencari biji, mengisi polybag, merapikan yang siap tanam, lalu mengganti pohon yang mati tersapu ombak.

"Bibitnya dulu dikirim, saya tanam sampai besar dan berbuah. Lalu bijinya saya ambil lagi. Dari dulu seperti itu," tuturnya.

Pohon-pohon mangrove yang kini mengelilingi rumahnya adalah hasil kerja bertahun-tahun. Jumlahnya kini mencapai ratusan ribu batang, menjadikannya sebuah benteng hidup yang menahan gempuran ombak sekaligus rumah bagi burung-burung pesisir.

Cerita Mak Jah adalah gambaran nyata dari perubahan iklim yang sudah terjadi di depan mata. Abrasi, penurunan muka tanah, dan kenaikan permukaan laut bukan lagi ancaman masa depan, mereka sudah menghapus peta kampung, sekolah, dan jalan di Bedono.

5 Peran Besar Hutan Mangrove dalam Keberlanjutan

Jika ekosistem mangrove tidak diperluas, Bedono berisiko kehilangan seluruh sisa daratannya dalam waktu beberapa dekade. Lebih dari itu, hilangnya mangrove berarti hilangnya pelindung alami dari badai dan rob, yang berdampak langsung pada ribuan warga di pesisir Demak.

Bagi Mak Jah, perjuangan ini bukan sekadar menanam pohon, melainkan menanam masa depan.

"Saya tidak tahu sampai kapan bisa menanam. Tapi kalau tidak ditanam, habis semua tanah ini," ucapnya.

Di tengah gelombang dan keterasingan, Mak Jah berdiri sebagai bukti bahwa satu hati yang teguh mampu menahan laju hilangnya sebuah desa. Mangrove yang ia tanam bukan sekadar pohon, mereka adalah tembok hidup, penopang ekosistem, dan warisan untuk generasi yang akan datang.

Namun, perjuangan seperti ini tidak bisa ia lakukan sendirian. Setiap pohon yang tertanam adalah satu langkah melawan tenggelamnya Bedono, dan setiap tangan yang membantu adalah bagian dari harapan itu.

Jika Mak Jah mangrove bisa menjaga laut dan tanahnya seorang diri selama lebih dari sepuluh tahun, bayangkan apa yang bisa kita capai jika semua ikut menanam. Karena menyelamatkan pesisir bukan sekadar menyelamatkan sebuah desa, tetapi juga menyelamatkan masa depan kita bersama.

Melalui kolaborasi dengan para penjaga alam seperti Mak Jah, LindungiHutan berusaha menjadi jembatan antara mereka yang berjuang di garis depan dan kita yang ingin memberi dukungan dari jauh.

Melalui platformnya, LindungiHutan mempermudah siapa pun untuk menyalurkan dukungan donasi kepada para penjaga alam, seperti Mak Jah, mulai dari pembiayaan bibit, pemantauan penanaman, hingga pelaporan perkembangan pohon secara transparan.

Setiap pohon yang tertanam adalah bukti bahwa kepedulian, sekecil apa pun, bisa tumbuh menjadi perlindungan nyata bagi pesisir yang terancam tenggelam.

Dengan cara ini, kontribusi kecil dari banyak orang dapat berubah menjadi hutan mangrove yang menjaga pesisir dari abrasi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.