Taman Hutan Raya Djuanda terletak di kawasan Dago Pakar, Kota Bandung. Dengan luas mencapai lebih dari 500 hektar, taman ini punya suasana sejuk khas pegunungan, pepohonan tinggi menjulang, dan udara yang bersih.
Berada di ketinggian 770–1330 meter di atas permukaan laut, Taman Hutan Raya Djuanda (sering disebut Tahura Djuanda) adalah salah satu kawasan konservasi hutan kota terbesar di Jawa Barat.
Luas wilayahnya membentang dari Dago Pakar hingga Maribaya, lengkap dengan jalur trekking, gua bersejarah, curug alami, hingga situs edukatif seperti museum dan penangkaran fauna.
Bukan cuma untuk melepas penat, taman ini juga cocok dijadikan tempat belajar ekologi dan sejarah. Koleksi tumbuhan, peninggalan kolonial, dan lanskap hutan tropisnya membuat satu kunjungan saja tak cukup untuk menjelajahi seluruh keindahannya.
Sekilas Mengenai Taman Hutan Raya Djuanda
Taman Hutan Raya Djuanda awalnya merupakan kawasan hutan lindung bernama Pulosari yang dibangun pada masa kolonial Belanda sejak 1912.
Gagasan menjadikannya taman hutan raya muncul pada 1960 oleh Gubernur Jawa Barat kala itu, Mashudi. Ia mencanangkan hutan ini sebagai ruang konservasi dan kebun raya yang terbuka untuk publik.
Pada 1965, kawasan ini diresmikan dan diberi nama Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda untuk mengenang jasa Perdana Menteri ke-10 Republik Indonesia, sosok penting dalam Deklarasi Djuanda yang menegaskan kedaulatan wilayah laut Indonesia.
Tahura resmi ditetapkan melalui Keputusan Presiden pada 1985 sebagai taman hutan raya pertama di Indonesia.
Daya Tarik Utama Taman Hutan Raya Djuanda
Berjalan kaki menyusuri Tahura, Kawan GNFI akan menemukan bahwa tempat ini lebih dari sekadar taman.
Gua-gua peninggalan penjajahan jadi saksi bisu masa lalu. Ada Gua Belanda yang dibangun pada 1918 sebagai markas militer, dan Gua Jepang dari masa pendudukan Jepang yang disebut dibangun dengan kerja paksa. Keduanya masih bisa dimasuki dan dieksplorasi hingga sekarang.
Selain itu, beberapa curug alami seperti Curug Omas, Curug Lalay, dan Curug Dago tersebar di dalam kawasan ini.
Curug Omas di Maribaya jadi favorit karena debit airnya yang deras dan tebing curam yang dramatis. Meski harus sedikit trekking, jalur menuju curug-curug ini cukup aman dan layak dicoba untuk yang ingin tantangan ringan.
Taman ini juga punya fasilitas edukatif seperti Museum Ir. H. Djuanda dan Monumen Deklarasi Djuanda. Di tengah rimbunnya hutan, ada penangkaran rusa yang bisa jadi aktivitas menarik bagi keluarga atau rombongan sekolah.
Bahkan, di beberapa titik, Kawan bisa menemukan taman terbuka yang nyaman untuk duduk santai atau berpiknik.
Akses Menuju Taman Hutan Raya Djuanda
Lokasi Tahura cukup strategis. Kalau Kawan GNFI datang dari pusat Kota Bandung, cukup arahkan kendaraan menuju Dago Atas.
Ikuti Jalan Ir. H. Juanda hingga menemukan gerbang masuk Dago Pakar. Ini adalah akses utama yang paling populer. Dari gerbang ini, pengunjung bisa langsung berjalan kaki menuju jalur-jalur dalam Tahura.
Alternatif lain, jika datang dari arah Lembang, pintu masuk bisa melalui kawasan Maribaya. Akses ini memungkinkan Kawan menjelajahi area dari ujung yang berbeda, langsung menuju Curug Omas atau Gua Jepang terlebih dahulu.
Akses publik seperti angkutan kota dan ojek online juga tersedia, meskipun lebih nyaman menggunakan kendaraan pribadi.
Jam Operasional dan Harga Tiket
Taman Hutan Raya Djuanda buka setiap hari pukul 08.00–16.00 WIB. Tiket masuknya terjangkau, hanya sekitar Rp15.000 untuk wisatawan domestik dan Rp50.000 untuk wisatawan mancanegara.
Biaya tambahan mungkin dikenakan jika Kawan ingin menyewa pemandu wisata atau menggunakan fasilitas khusus seperti camping ground.
Kalau Kawan GNFI sedang cari ruang hijau yang luas, ramah dompet, dan punya nilai sejarah, Taman Hutan Raya Djuanda adalah pilihan yang layak dijelajahi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News