Sebagai bagian dari program kerja, tim KKN-T IPB University menyelenggarakan kegiatan diskusi pada sektor pertanian yang mempertemukan antara kelompok tani dengan pihak pemerintah Desa Cibitung Kulon.
Pada Jumat, 25 Juli 2025 mahasiswa KKN-T IPB berinisiatif mengadakan sebuah pertemuan informal untuk mengungkapkan permasalahan pertanian di Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
‘Ngariung Rasa’ diambil dari bahasa sunda yang menjadi nama program kerja bertajuk advokasi tersebut. Program ini bertujuan mencari solusi pada sektor pertanian dengan mempertemukan kedua belah pihak yakni kelompok tani dan pemerintah desa secara langsung.
Adapun kegiatan ini mencakup dua bahasan permasalahan utama yaitu masalah saluran irigasi dan tidak aktifnya gabungan kelompok tani atau gapoktan. Dalam hal ini, mahasiswa KKN-T IPB sebagai pihak ketiga menjadi moderator kegiatan.
Kegiatan yang dilaksanakan di kantor pemerintah Desa Cibitung Kulon tersebut dihadiri oleh beberapa ketua kelompok tani (Poktan), sekretaris desa, dan penyuluh pertanian swadaya (PPS). Saat memulai diskusi awal mengenai permasalahan saluran irigasi, salah satu ketua kelompok mulai menyampaikan aspirasinya.
Permasalahan irigasi yang dialami oleh petani di desa yaitu mencakup saluran primer, sekunder, dan tersier. Terutama menyoroti pada saluran primer dan tersier, kelompok tani mengungkapkan bahwa saluran primer yang menjadi sumber air mengalami kerusakan dan tak kunjung diperbaiki. Tak hanya itu, kurang melibatkannya petani secara langsung dalam pembangunan saluran irigasi tersier juga turut menjadi sorotan.
“Terutama di saluran primer itu rusak banget, terus setiap pembangunan saluran irigasi-irigasi yang menuju sawah, para petani kurang dilibatkan. Padahal yang tahu kondisinya kan petani juga,” ungkap Kosasih selaku ketua kelompok tani Sayagi.
Mendengar keluhan tersebut, pihak pemerintah desa yang diwakili oleh Sekdes Iboh Wahyudin langsung memberikan penjelasan. Beliau menjelaskan bahwa mengenai permasalahan saluran irigasi primer sudah diajukan dua tahun lalu dan rencananya akan dibangun tahun 2025/2026 oleh PU.
“Terkait saluran primer, itu sudah saya ajukan selama dua tahun berturut-turut ke pihak terkait karena itu bukan wewenang desa. InsyaAllah rencananya tahun depan akan diperbaiki,” jelas sekdes dalam pertemuan.
Kemudian pada saluran tersier, pemdes meminta kepada para petani, kelompok tani, atau masyarakat setempat untuk turut aktif dalam mengawasi pembangunan atau perbaikan saluran irigasi tersebut secara langsung ke depannya.
Terlihat saat membahas mengenai isu permasalahan saluran irigasi berjalan sangat partisipatif. Baik dari pemdes ataupun kelompok tani saling melontarkan pernyataan-pernyataan dalam mencari jalan keluarnya.
Tak kalah seru dari pembahasan sebelumnya, permasalahan mengenai tidak aktifnya gapoktan turut mewarnai jalannya diskusi. Vakumnya gapoktan menjadi permasalahan dasar bagi poktan-poktan yang tersebar di Desa Cibitung Kulon.
Mahasiswa KKN IPB University yang menjadi moderator kala itu membuka dengan pernyataan pasifnya gapoktan dalam kegiatan pertanian di desa. Hal tersebut langsung disambut hangat oleh Ma’mun selaku ketua kelompok tani Bumi Lestari Sejahtera sebagai pemantik lainnya dalam diskusi. Beliau mengungkapkan bahwa tidak aktifnya gapoktan membuat kelompok tani yang ada berjalan masing-masing. Serta jika mendapatkan bantuan dari pemerintah, subsidi tersebut tidak melalui gapoktan.
“Gapoktan yang tidak aktif sangat berdampak kepada kelompok tani. Ketika ada subsidi pun jadinya berjalan sendiri-sendiri, nggak terpusat melalui gapoktan dulu,” ungkap Ma’mun.
Gapoktan juga berfungsi sebagai jembatan informasi kepada petani jika ada bantuan dari pemerintah, bantuan tersebut dapat tersebar secara merata dan cepat ke seluruh petani dan dapat menghindari risiko adanya kecemburuan jika bantuan tidak tersebar merata. Selain itu, aspirasi petani tidak tersalurkan jika Gapoktan ini tidak aktif.
Tanggapan dari pihak pemdes sendiri mengakui ketidakaktifan gapoktan tersebut, dimana faktor utamanya yaitu berasal dari ketuanya. Kemudian dari pihak PPS pun turut menyayangkan hal tersebut dan mengajak secara kolaboratif untuk membangun kembali gapoktan demi keberhasilan sektor pertanian di Desa Cibitung Kulon.
“Adik-adik mahasiswa selanjutnya diharapkan dapat memfasilitasi kita untuk membangun kembali Gapoktan ini di sisa-sisa masa KKN adik-adik” ucap Pak Ridwan selaku PPS yang menghadiri kegiatan sekaligus menjadi penutup.
Sejatinya, Desa Cibitung Kulon memiliki potensi yang cukup besar pada sektor pertanian. Sangat disayangkan jika hal tersebut tidak bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News