mahasiswa kkn unhas gelombang 114 membangun mimpi di desa sicini gunakan nonton bareng sebagai media edukasi karir - News | Good News From Indonesia 2025

Mahasiswa KKN UNHAS Gelombang 114 Membangun Mimpi di Desa Sicini, Gunakan Nonton Bareng sebagai Media Edukasi Karier

Mahasiswa KKN UNHAS Gelombang 114 Membangun Mimpi di Desa Sicini, Gunakan Nonton Bareng sebagai Media Edukasi Karier
images info

Pendidikan dan kesadaran akan pentingnya merencanakan karier sejak dini menjadi kunci kesuksesan generasi muda. Melalui program kreatif, mahasiswa KKN Universitas Hasanuddin (UNHAS) mengajak pemuda Desa Sicini untuk mengeksplorasi masa depan mereka dengan metode yang modern dan menyenangkan yaitu melalui nonton bareng.

Kegiatan ini diharapkannya tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga media edukasi untuk membuka wawasan tentang peluang dan pentingnya pendidikan dan karir yang lebih luas.

Desa Sicini menghadapi tantangan serius dalam tingkat pendidikan warganya. Data terbaru berdasarkan pada Buku Monografi Desa 2025, Desa Sicini Dalam Angka menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk hanya menempuh pendidikan dasar, dengan 332 orang tidak tamat SD dan 400 orang bahkan tidak pernah mengenyam bangku sekolah sama sekali.

Sementara itu, jumlah lulusan perguruan tinggi (PT) masih sangat minim. Kondisi ini memicu keprihatinan mahasiswa KKN Universitas Hasanuddin (UNHAS), yang melihat salah satu potensi generasi muda desa tersebut terhambat oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan dan perencanaan karir.

Menyadari bahwa pendekatan konvensional seperti seminar atau penyuluhan mungkin kurang menarik minat pemuda setempat, tim KKN UNHAS memilih strategi kreatif dengan mengemas sosialisasi pendidikan melalui kegiatan nonton bareng.

Dengan metode ini, mereka berharap bisa menyampaikan pesan inspiratif tentang masa depan yang lebih baik tanpa terkesan menggurui. Film “Laskar Pelangi 2008” dipilih sebagai media untuk membuka diskusi tentang peluang pendidikan, keterampilan, dan karir dipilih sebab menjadi sesuatu yang dekat dengan dunia anak muda namun tetap sarat makna.

"Kami ingin mematahkan anggapan bahwa belajar harus selalu formal. Melalui hiburan, pesan tentang pentingnya pendidikan justru bisa lebih mengena," ujar Reghinaa salah satu anggota tim KKN UNHAS sekaligus penanggung jawab kegiatan, dalam wawancara.

Program ini tidak hanya bertujuan memotivasi pemuda Desa Sicini untuk melanjutkan sekolah, tetapi juga mendorong mereka melihat pendidikan sebagai investasi nyata bagi kemandirian ekonomi dan kualitas hidup.

“Pendidikan adalah alat kunci untuk mengubah keadaan,” tegas Reghinaa, Program ini menjadi yang pertama kali diadakan di Desa Sicini, menyasar anak-anak SMP dan SMA yang rentan putus sekolah dan menikah dini.

Data di lapangan menunjukkan, banyak pemuda-pemudi di desa ini berhenti sekolah begitu memasuki usia kerja, dengan anggapan bahwa “sekolah percuma” jika akhirnya harus bekerja juga. Sementara itu, anak perempuan sering dinikahkan muda karena faktor ekonomi, tradisi, atau pandangan bahwa peran perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga.

Ibu Suryati, guru SD Inpres Sicini, mengonfirmasi kondisi ini, “Di sini, banyak anak SMP yang berhenti sekolah karena merasa tidak perlu pendidikan tinggi. Mereka lebih memilih bekerja atau menikah muda.” Pernyataan ini diperkuat oleh staf desa yang menyatakan bahwa pernikahan dini telah menjadi masalah sistemik, dipengaruhi oleh faktor orang tua, dan ekonomi.

Melalui nonton bareng film inspiratif, mahasiswa KKN UNHAS ingin mengubah pola pikir tersebut. Kegiatan ini dirancang untuk:

  1. Menyadarkan pemuda tentang pentingnya pendidikan sebagai investasi masa depan.
  2. Mematahkan stigma bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi.
  3. Membuka diskusi tentang solusi konkret, seperti beasiswa atau pelatihan keterampilan.

“Kami ingin menunjukkan bahwa pendidikan bisa membuka jalan menuju kehidupan yang lebih baik, bukan sekadar untuk mencari kerja,” tambah Reghinaa. Harapannya, kegiatan ini menjadi langkah awal untuk memutus lingkaran setan putus sekolah dan pernikahan dini di Desa Sicini, sekaligus mendorong kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan akademisi dalam membangun desa yang lebih maju.

"Dengan penuh harapan program ini kami peruntukan sebagai jembatan untuk membuka wawasan mereka. Kami ingin memutus anggapan bahwa menikah muda atau berhenti sekolah adalah jalan satu-satunya," jelas Reghinaa, penanggung jawab kegiatan.

Fakta di lapangan memperlihatkan betapa sistemiknya masalah ini. Seperti kisah Ibu Rayhan, sarjana ekonomi syariah yang kini hidup dalam keterbatasan bersama suami dan anaknya.

Meski berpendidikan tinggi, ia terjebak dalam kemiskinan struktural, rumah dari papan reyot, kakus semipermanen, dan bergantung pada hasil pungut sayuran pakis untuk bertahan hidup. Kisahnya menjadi bukti bahwa ijazah saja tidak cukup tanpa dukungan sistem yang memadai.

Namun, mahasiswa KKN UNHAS percaya bahwa pendidikan tetap menjadi kunci perubahan. Melalui nonton bareng film inspiratif, mereka menyasar remaja SMP dan SMA bahwa pada masa inilah usia kritis pembentukan jati diri.

"Kami memilih medium layar lebar karena dampaknya yang kuat dan mudah diterima. Ini adalah cara untuk menanamkan mimpi tanpa terkesan menggurui," tambah Reghinaa.

Dukungan juga datang dari guru dan staf desa yang mengakui tingginya angka pernikahan dini. "Banyak anak SMP menikah muda karena faktor ekonomi. Pendidikan sering dianggap tidak relevan," ungkap seorang staf desa.

Program ini adalah langkah awal untuk mengubah narasi tersebut. Meski tantangannya besar bahwa keterlibatan segalah pihak diibutuhkan seperti kebijakan pemerintah yang belum optimal berdasarkan temuan lapangan dan mindset masyarakat masih menghadang, mahasiswa KKN berharap kegiatan ini bisa menjadi percikan api perubahan.

Seperti kata Reghinaa, "Kami tidak ingin program ini cepat terlupakan. Layar lebar ini adalah pintu masuk untuk dialog yang lebih besar tentang masa depan Desa Sicini."

Dalam kesempatan lain Koordinator Desa KKN Unhas Muhammad Hulaivi menyampaikan responnya, "Perubahan tidak bisa terjadi dalam semalam, tapi kami yakin setiap langkah kecil akan membuka jalan. Program ini bukan sekadar kegiatan seremonial ini akan menjadi komitmen kami untuk menanamkan benih kesadaran bahwa pendidikan adalah hak sekaligus senjata untuk melawan ketidakadilan. Dan Kepada pemuda Desa Sicini, mimpi kalian valid, dan masa depan layak diperjuangkan. Kepada pemerintah dan stakeholder, mari bersama-sama memperkuat jembatan ini dengan kebijakan yang berpihak. Kami pulang membawa harapan semoga layar lebar yang kami pasang hari ini, kelak menjadi cermin yang memantulkan progres nyata Sicini."

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MK
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.