World Bank dan studi pengelolaan sampah (2018) menyatakan bahwa total sampah harian di Makassar mencapai lebih dari 1.000 ton. Sekitar 68% nya merupakan sampah organik, termasuk sisa makanan. Ini berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca dan dapat memperburuk krisis iklim apabila tidak dikelola secara berkelanjutan.
Di sisi lain, perburuan liar dan penelantaran satwa terus mengancam keberlangsungan spesies endemik Sulawesi. Kekayaan budaya Makassar pun kian tergerus oleh modernisasi, sementara masih belum banyak ruang bagi anak muda untuk mengambil peran strategis dalam pelestariannya.
Menjawab kondisi ini,AIESEC in Universitas Hasanuddin menghadirkan Local Project sebagai program pengabdian sosial yang dirancang khusus untuk menciptakan dampak nyata dan berkelanjutan di Makassar, Sulawesi Selatan.
AIESEC in Semarang Gandeng Jateng Radio untuk Bekali Anak Muda Hadapi Dunia Kerja
Sebagai satu-satunyaLocal Project yang aktif di Indonesia Timur, AIESEC in Universitas Hasanuddin berkomitmen untuk memperluas jangkauan dampaknya dan menjadikannya sebagai ruang belajar kolaboratif bagi pemuda. Dengan demikian, mereka tak hanya aktif pada kegiatan yang belum memberikan dampak, tetapi benar-benar memahami esensi kontribusinya.
Tahun 2025, Local Project hadir dengan tiga program unggulan yang mengangkat isu-isu khas Makassar secara langsung. Pertama, Greeneration 17.0, proyek yang berfokus pada perlindungan hewan, edukasi tentang kesejahteraan satwa, dan peningkatan kesadaran masyarakat terkait ancaman terhadap keanekaragaman hayati Sulawesi.
Program ini secara aktif mengkampanyekan penghentian perburuan liar serta menyoroti pentingnya konservasi spesies lokal yang mulai punah.
Kedua, Heroes for Life 9.0, sebuah program hybrid selama empat minggu yang membahas keterkaitan antara pola makan tidak berkelanjutan dengan risiko kesehatan seperti obesitas, malnutrisi, dan tingginya limbah makanan.
Program ini mendukung pencapaian SDGs nomor 3 dan menyasar kalangan muda agar lebih sadar dalam memilih konsumsi yang sehat, sadar lingkungan, dan minim limbah.
Ketiga, program Culturise 2.0 yang difokuskan pada pelestarian budaya lokal Makassar, selaras dengan SDGs nomor 11. Kegiatan tersebut mendorong generasi muda untuk menggali nilai-nilai budaya dan norma lokal, menghidupkan kembali praktik budaya yang mulai terlupakan, dan menemukan peran mereka dalam menjaga identitas kota Makassar di tengah arus globalisasi.
Melalui Local Project, AIESEC in Universitas Hasanuddin bukan hanya menawarkan pengalaman baru, tetapi juga membentuk kesadaran sosial yang lebih mendalam. Faried Ramadhan Yamin, salah satu partisipan sebelumnya, menyampaikan pengalamannya.
Impact Circle 8.0: AIESEC Untan x Ruang Guru Wujudkan Kepemimpinan Visioner Pemuda
“Menjadi bagian dari Nusaraya dalam program Culturise 1.0 oleh AIESEC di Universitas Hasanuddin merupakan salah satu keputusan terbaik yang pernah saya buat. Setiap sesi dalam Culturise 1.0, baik melalui workshop, kegiatan peningkatan kapasitas, maupun kunjungan untuk mengeksplorasi dan mempelajari warisan budaya kita, bukan hanya sangat menyenangkan tetapi juga memberikan pengalaman yang sangat bermakna dan berdampak. Program ini membuat saya semakin menyadari betapa pentingnya melestarikan dan merayakan budaya sebagai bagian dari identitas kita,” ujarnya.
Local Project Summer 2025 kini resmi dibuka dan terbuka bagi seluruh pemuda di Makassar dan sekitarnya yang ingin melampaui kesibukan semu dan mulai mengambil peran dalam perubahan nyata.
Program ini bukan sekadar ruang untuk menambah daftar pengalaman di CV, melainkan wadah untuk memahami makna kontribusi sosial yang sesungguhnya dan menciptakan dampak berkelanjutan bagi komunitas.
Inilah saatnya pemuda Makassar berhenti hanya menjadi sibuk, dan mulai menjadi bermakna.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
