dari sampah jadi cuan warga leuwiliang antusias belajar budidaya maggot - News | Good News From Indonesia 2025

Dari Sampah jadi Cuan: Warga Leuwiliang Antusias Belajar Budidaya Maggot

Dari Sampah jadi Cuan: Warga Leuwiliang Antusias Belajar Budidaya Maggot
images info

Dari Sampah jadi Cuan: Warga Leuwiliang Antusias Belajar Budidaya Maggot


Udara pagi di Desa Leuwiliang terasa segar. Namun, di balik kesejukan itu, tersimpan masalah yang selama ini menghantui banyak desa di Indonesia salah satunya ialah pengelolaan sampah organik rumah tangga.

Di dapur-dapur warga, sisa sayuran, kulit buah, dan limbah makanan kerap berakhir di tempat pembuangan tanpa diolah lebih lanjut. Selain menimbulkan bau tak sedap, kebiasaan ini berpotensi mencemari tanah, air, bahkan udara di sekitar permukiman.

Sebagai pusat kegiatan Kecamatan Leuwiliang, desa ini memiliki infrastruktur yang cukup baik dan menjadi pusat berbagai aktivitas sosial dan ekonomi. Namun, kualitas lingkungan masih memerlukan perhatian serius.

Persoalan sampah organik menjadi salah satu isu utama yang membutuhkan solusi nyata dan berkelanjutan.

Melihat permasalahan ini, mahasiswa KKN IPB University membuat pelatihan pengelolaan sampah organik melalui budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF). Program yang dilaksanakan pada 19–20 Juli 2025 ini menggabungkan pendekatan edukasi, praktik langsung, dan pemberdayaan masyarakat.

Maggot BSF: Si Kecil yang Bekerja Besar

Maggot Black Soldier Fly bukan sekadar larva biasa. Dalam siklus hidupnya, larva ini mampu menguraikan limbah organik hingga 2–3 kali berat tubuhnya setiap hari. Proses penguraian ini tidak hanya mengurangi volume sampah secara signifikan, tetapi juga menghasilkan produk sampingan yang bermanfaat. Maggot sebagai pakan ternak berkualitas tinggi dan residu organik yang dapat digunakan sebagai pupuk.

Keunggulan budidaya maggot BSF antara lain:

  • Ramah lingkungan: mengurangi timbunan sampah organik dan mencegah pencemaran.

  • Bernilai ekonomis: maggot memiliki harga jual yang cukup tinggi, terutama bagi peternak ikan, unggas, dan reptil.

  • Proses cepat: hanya dalam waktu 2–3 minggu, larva sudah siap panen.

  • Bahan sederhana: media budidaya bisa dibuat dari ember, kotak plastik, atau wadah bekas.

  • Tujuan Program

    Program ini dirancang dengan tujuan:

    1. Mengurangi volume sampah organik rumah tangga melalui metode pengolahan yang efektif.

    2. Memberikan solusi ramah lingkungan untuk mengatasi limbah domestik.

    3. Memberdayakan masyarakat agar mampu memanfaatkan budidaya maggot sebagai sumber pakan ternak dan peluang usaha mikro.

    Rangkaian Kegiatan

    Selama dua hari pelaksanaan, kegiatan dibagi menjadi 4 tahap utama:

    1. Sosialisasi dan Edukasi
      Warga diperkenalkan pada jenis-jenis sampah, dampaknya terhadap lingkungan, dan peran maggot BSF sebagai agen pengurai. Visualisasi melalui foto dan video membuat warga lebih mudah memahami prosesnya.

    2. Demonstrasi Pembuatan Media Budidaya
      Mahasiswa KKN memperagakan cara membuat wadah budidaya maggot menggunakan bahan sederhana mulai dari wadah, jaring kawat, dan sampah organik dapur.

    3. Praktik Bersama Warga
      Warga langsung mencoba membuat media budidaya mereka sendiri. Mulai dari telur hingga maggot siap panen untuk dijual.

    4. Diskusi Tindak Lanjut
      Sesi terakhir membahas strategi pemasaran maggot, cara pengemasan yang menarik, dan rencana penerapan di tingkat rumah tangga.

    Antusiasme yang Tinggi

    Sejak sesi pertama, antusiasme warga terlihat jelas. Beberapa peserta bahkan sudah mendengar tentang maggot BSF sebelumnya, namun belum pernah mencoba membudidayakannya. Pelatihan ini menjadi kesempatan pertama mereka melihat langsung prosesnya.

    “Awalnya saya pikir ini rumit, ternyata gampang sekali. Malah bisa jadi usaha sampingan,” ujar salah satu peserta.

    Iwan, warga lainnya, menambahkan, “Kalau ini bisa jalan di rumah masing-masing, bukan cuma lingkungan yang bersih, tapi kita juga bisa dapat tambahan penghasilan.”

    Semangat warga menunjukkan bahwa program ini memiliki peluang besar untuk diterapkan secara berkelanjutan.

    Selaras dengan SDGs untuk Kemajuan Desa

    Program ini mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) Desa Nomor 12: Konsumsi dan Produksi Desa Sadar Lingkungan. Dengan mengubah limbah menjadi sumber daya, warga Leuwiliang berkontribusi pada konsumsi yang bertanggung jawab, mengurangi pencemaran, dan mendukung ekonomi lokal.

    Selain manfaat lingkungan, potensi ekonomi dari budidaya maggot juga signifikan. Jika dikelola dengan baik, maggot dapat dipasarkan ke peternak lokal atau bahkan ke luar daerah.

    Harapan ke Depan

    Mahasiswa KKN berharap, pelatihan ini menjadi titik awal perubahan perilaku pengelolaan sampah di Desa Leuwiliang. Ke depannya, program ini diharapkan dapat dikelola bersama oleh kelompok warga atau lembaga desa, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara luas dan berkelanjutan.

    Dari dua hari pelatihan yang sederhana, tetapi penuh semangat dan kehangatan, lahirlah kesadaran baru bahwa sampah bukan akhir dari segalanya.

    Dengan kreativitas dan kemauan, limbah organik bisa menjadi sumber penghidupan. Maggot BSF adalah bukti sederhana, tapi punya dampak besar bagi lingkungan dan ekonomi warga.

    Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

    Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

    AZ
    KG
    Tim Editorarrow

    Terima kasih telah membaca sampai di sini

    🚫 AdBlock Detected!
    Please disable it to support our free content.