Sosialisasi GERAK (Gerakan Pangan Lestari) dan Workshop EcoSoap oleh tim mahasiswa KKN-T IPB University sukses dilaksanakan di Aula KRL Saur Alam, Desa Sukajaya selama dua hari (29—30 Juli 2025) yang dihadiri oleh 27 orang peserta.
Program GERAK X Ecosoap dilatarbelakangi dari hasil observasi dan wawancara singkat dengan beberapa warga. Berdasarkan hasil observasi tim, pemukiman di Desa Sukajaya rata-rata memiliki pekarangan yang cukup luas, tetapi pemanfaatannya belum optimal bahkan hanya dibiarkan kosong.
Selain itu, pengelolaan limbah masih sangat kurang memadai. Sebagian besar keluarga membuang sampah di kebun dan membakarnya secara langsung. Untuk limbah rumah tangga seperti minyak jelantah, warga biasanya langsung membuangnya ke saluran air atau dibuang ke tanah.
Oleh karena itu, program ini diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan warga tentang ketahanan pangan keluarga dan pengelolaan limbah rumah tangga. Caranya dengan memperkenalkan metode budidaya pangan subsisten skala kecil dan solusi daur ulang minyak jelantah menjadi sabun yang praktis, ekonomis, dan aplikatif.
Pada pelaksanaannya, kegiatan dibagi kedalam dua sesi, sesi pertama diisi dengan workshop pembuatan sabun dan selanjutnya sosialisasi pekarangan.
Pohpasari: Inovasi Sabun Organik Mahasiswa KKNT IPB Tamansari Dalam Mengolah Limbah Daun Pohpohan
Pada sesi pertama, kegiatan diawali dengan pemaparan materi yang menjelaskan dampak membuang minyak jelantah sembarangan bagi lingkungan. Kemudian, dilanjutkan dengan penayangan video tutorial pembuatan sabun dari minyak jelantah dan praktik pembuatan sabun langsung bersama peserta.
Pada dasarnya pembuatan sabun dari minyak jelantah sangatlah sederhana dan mudah diikuti. Bahan-bahan yang digunakan meliputi minyak jelantah, soda api, air, pewarna makanan, dan essential oil.
Para peserta hanya perlu membawa wadah dan minyak jelantah yang sudah disaring, sisa bahan lainnya telah disediakan oleh tim KKN-T.
Pencampuran bahan dilakukan bertahap hingga menjadi cairan kental, lalu siap dicetak ke dalam botol plastik bekas. Sabun akan mengeras dalam waktu 2-3 hari. Setelah didiamkan terlebih dahulu selama 1—2 minggu, sabun siap digunakan.
Sabun minyak jelantah dapat digunakan untuk mencuci pakaian dan mencuci tangan. Kelebihannya dengan sabun komersial adalah bahan yang digunakan alami, hemat biaya, dan ramah lingkungan.
Sesi kedua dilanjutkan dengan sosialisasi pekarangan pangan lestari secara verbal dan diikuti sesi tanya jawab interaktif. Dalam kesempatan ini dijelaskan pengertian pekarangan, pengelolaan pekarangan pangan sederhana, dan metode budidaya tanaman sederhana yang mudah dipraktikkan.
Ubah Limbah Jadi Manfaat, Tim KKN-T IPB Bersama Ibu PKK Desa Kertayasa Ciptakan Sabun Ramah Lingkungan dari Minyak Jelantah
Beberapa metode budidaya tanaman yang dijelaskan meliputi vertikultur, hidroponik, tabulampot (tanaman buah dalam pot), potkombu (pot komunal bumbu), budikdamber (budidaya ikan dalam ember), pertanian organik, dan TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
Tidak hanya itu, diperkenalkan juga platform digital buatan IPB University, IPB Digitani, yang dapat menjadi sumber informasi serta mewadahi pertanyaan-pertanyaan peserta seputar bidang pertanian, perikanan, dan peternakan.
Salah satu peserta, Yuli, menyambut adanya program ini dan antusias dalam mengikuti kegiatan.
“Saya dari dulu memang ngumpulin minyak jelantah, tetapi sampai sekarang belum tahu mau diapain. Alhamdulillah karena ada program ini, saya jadi belajar cara mengolah minyak jelantah menjadi sabun,” ujarnya.
Ade menambahkan, “Dulu pekarangan saya cuma ditumbuhi rumput liar. Setelah ikut sosialisasi, saya jadi tahu cara menanam sayuran di pot dan memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari. Senang rasanya makan sayur dari hasil tanam sendiri.”
Evaluasi kegiatan dilakukan dengan menggunakan pre-test dan post-test untuk mengukur perubahan pengetahuan peserta.
Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan rata-rata sebesar 9,54% terkait pemahaman tentang pengelolaan pekarangan lestari.
Angka tersebut bukan hanya sekadar data, tetapi merepresentasikan perubahan cara pandang warga terhadap potensi pekarangan dan limbah rumah tangga yang sebelumnya kurang diperhatikan.
Sebelum kegiatan, sebagian besar peserta belum familiar dengan konsep pemanfaatan pekarangan secara berkelanjutan, seperti vertikultur atau budikdamber. Mereka juga belum mengetahui risiko lingkungan dari pembuangan minyak jelantah sembarangan.
Hentikan Penggunaan Sabun dan Buat Sendiri Obat Keputihan dari Rebusan Daun Sirih
Setelah mendapatkan materi dan praktik langsung, peserta tidak hanya memahami manfaat pengelolaan pekarangan dan daur ulang minyak jelantah. Namun, juga mulai merencanakan penerapannya di rumah masing-masing.
Dengan adanya hasil ini, tim KKN-T IPB melihat peluang besar untuk mengembangkan model pelatihan serupa yang dapat direplikasi di desa lain dengan penyesuaian sesuai kebutuhan lokal.
Peserta berharap program seperti ini dapat dilaksanakan secara rutin dan diperluas ke desa lain. Mereka juga menginginkan pendampingan lanjutan dalam teknik perawatan tanaman dan pengolahan limbah, serta peluang pemasaran untuk produk hasil pelatihan seperti sabun jelantah.
Dari sisi penyelenggara, evaluasi menunjukkan antusiasme warga yang cukup tinggi. Namun, masih diperlukan peningkatan jumlah alat dan bahan praktik agar semua peserta dapat berpartisipasi secara maksimal.
Program GERAK X EcoSoap di Desa Sukajaya membuktikan bahwa sinergi antara mahasiswa dan masyarakat mampu menghadirkan solusi nyata bagi ketahanan pangan dan pengelolaan limbah.
Melalui pemanfaatan pekarangan dan daur ulang minyak jelantah, tercipta langkah kecil menuju gaya hidup zero waste.
Harapannya, gerakan ini terus berlanjut dan menginspirasi lebih banyak komunitas untuk mengelola sumber daya lokal secara bijak demi lingkungan yang lebih lestari.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News