Proses pengkatalogan buku yang dilaksanakan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan langkah esensial dalam pengelolaan literatur. Kegiatan ini menjadi fondasi penting agar informasi yang tersedia dapat tersusun secara sistematis dan mudah diakses oleh para pengelola maupun masyarakat yang berkunjung.
Di tengah upaya memperkuat budaya literasi berbasis komunitas, pengkatalogan menjadi salah satu elemen kunci dalam menciptakan sistem penyimpanan dan pencarian informasi yang efisien.
Dalam Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Literasi yang bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), pengelolaan buku di TBM tak sekadar soal menyimpan. Kawan GNFI, setiap buku yang diterima melalui program ini didata secara rinci, baik melalui pencatatan manual dalam buku induk maupun digital lewat Spreadsheet.
Setiap eksemplar juga diberi nomor inventaris—sebagai identitas unik—yang menandai bahwa buku tersebut telah menjadi bagian dari koleksi resmi TBM.
Identifikasi Awal: Fondasi dari Sebuah Katalog
Tahap awal dalam proses pengkatalogan adalah melakukan identifikasi dasar terhadap setiap buku. Di sinilah petugas atau relawan literasi melakukan pencatatan bibliografi yang mencakup sejumlah informasi penting: judul buku, nama pengarang, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, ukuran buku, hingga nomor ISBN (International Standard Book Number).
Tak hanya data tekstual, kondisi fisik buku pun diperiksa. Buku yang rusak berat tentu perlu diperbaiki atau dicatat secara khusus.
Seluruh informasi ini kemudian dimasukkan ke dalam dokumentasi digital berupa file Excel, yang memungkinkan pembaruan dan pelacakan koleksi dengan lebih fleksibel.
Menyalakan Asa, Menebar Aksi: Mahasiswa KKN-T Literasi IPB University Hadirkan Warna Baru di Desa Paningkiran
Analisis Isi: Memahami Apa yang Dibawa oleh Buku
Setelah data dasar terkumpul, proses berlanjut ke tahap analisis isi buku. Ini bukan sekadar membaca cepat, tapi menelaah pokok bahasan dari masing-masing buku.
Tujuannya adalah untuk memahami subjek utama dan menentukan klasifikasi berdasarkan sistem Dewey Decimal Classification (DDC), sistem yang digunakan secara luas dalam perpustakaan di seluruh dunia.
Contohnya, jika sebuah buku membahas tentang pertanian, maka akan diberi kode klasifikasi 630 sesuai standar DDC. Klasifikasi ini memungkinkan penataan yang sistematis dan memudahkan pembaca dalam menemukan tema bacaan yang mereka cari.
Katalog dan Label: Identitas Resmi Buku
Setelah subjek dan klasifikasi ditentukan, petugas akan menyusun entri katalog lengkap. Entri ini berisi elemen-elemen penting seperti judul buku, nama pengarang, penerbit, tahun terbit, topik/subjek, nomor klasifikasi, serta nomor panggil.
Nomor panggil adalah gabungan antara kode DDC dan tiga huruf pertama nama pengarang, contohnya: 630.SUN untuk buku karya Sungkowo yang membahas pertanian.
Nomor panggil ini nantinya akan dibuat dalam bentuk label dan ditempelkan di punggung buku. Fungsi label ini bukan hanya untuk mempermudah penataan di rak, tetapi juga sebagai identitas visual yang membantu saat proses pencarian koleksi.
Pengelolaan Digital: Memaksimalkan Teknologi Literasi
Dalam pelaksanaannya, pengkatalogan dapat dilakukan secara manual dengan kartu katalog, atau secara digital menggunakan spreadsheet dan aplikasi seperti SLiMS (Senayan Library Management System).
Aplikasi ini adalah sistem manajemen perpustakaan sumber terbuka yang telah banyak digunakan oleh TBM dan perpustakaan di Indonesia.
Dengan sistem digital, petugas dapat melakukan pencarian, pelacakan koleksi, serta menyusun laporan dengan lebih cepat dan akurat. Hal ini tentunya sangat membantu bagi TBM yang memiliki keterbatasan sumber daya manusia maupun sarana prasarana.
Petani Rembul Kini Punya “Ramalan Langit” Sendiri, Inovasi Mahasiswa KKN IPB University!
Penataan di Rak: Buku yang Mudah Ditemukan
Setelah seluruh proses katalog selesai, buku-buku akan disusun di rak berdasarkan urutan klasifikasinya. Hal ini sangat memudahkan pengunjung, terutama anak-anak atau remaja, untuk menemukan buku sesuai minat dan kebutuhannya.
Buku-buku yang membahas sains, pertanian, ekonomi, sejarah, hingga fiksi ditempatkan dalam kelompok yang rapi sesuai DDC.
Penataan yang baik menciptakan pengalaman membaca yang menyenangkan. Tak hanya itu, rak yang tertata juga menumbuhkan minat baca, karena pengunjung bisa menjelajah koleksi dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
Pembaruan Berkelanjutan: Menjaga Katalog Tetap Relevan
Kawan GNFI, proses pengkatalogan bukanlah pekerjaan sekali jadi. Katalog yang sudah disusun harus terus diperbarui secara berkala. Ini mencakup penambahan koleksi baru, pencatatan buku yang rusak atau hilang, hingga koreksi bila ditemukan kesalahan data.
Dengan melakukan pembaruan, TBM dapat memastikan bahwa sistem pencarian tetap akurat dan efisien. Selain itu, pelaporan koleksi kepada mitra, donatur, atau pihak pemerintah pun bisa dilakukan dengan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pengkatalogan sebagai Jantung Literasi Komunitas
Banyak orang menganggap bahwa kegiatan di TBM hanya sebatas membaca buku. Namun, di balik itu semua, ada kerja-kerja literasi yang tak terlihat, salah satunya adalah proses pengkatalogan ini.
Meskipun sering kali dilakukan oleh relawan atau mahasiswa KKM, pekerjaan ini sangat vital dalam mendukung budaya literasi yang berkelanjutan.
Pengkatalogan membantu TBM menjadi ruang belajar yang lebih inklusif dan informatif. Semoga ke depan, semakin banyak TBM di Indonesia yang menerapkan sistem ini dengan baik, sehingga literasi benar-benar hadir sebagai kekuatan perubahan di tengah masyarakat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News