Kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah menjadi isu krusial di Desa Cemplang, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Perilaku membakar sampah atau membuangnya sembarangan masih kerap ditemui dan minimnya edukasi lintas usia turut memperparah persoalan ini.
Jika tidak segera ditindaklanjuti, kondisi ini berpotensi menambah beban pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga yang saat ini sudah mendekati batas kapasitas. Ketidakteraturan pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga dapat memperburuk situasi lingkungan, baik secara lokal maupun regional.
Menjawab tantangan tersebut, mahasiswa KKN-T KAB. BOGOR 46 IPB University menggagas program bertajuk “Cemplang Peduli Sampah: Edukasi Lintas Generasi untuk Lingkungan Bersih dan Berkelanjutan.” Sepanjang Juli 2025, lebih dari 400 warga dari berbagai usia terlibat aktif dalam serangkaian kegiatan edukatif yang dirancang untuk membentuk kebiasaan baru dalam mengelola sampah.
Program ini menyasar tiga kelompok utama: anak-anak, remaja, dan masyarakat dewasa. Untuk anak-anak, edukasi dilakukan melalui program “Aku Bisa, Pilah Olah Sampah!” yang diselenggarakan pada 15–17 Juli di SDN 04 Cemplang.
Materi disesuaikan dengan usia siswa, mulai dari bermain peran, praktik memilah sampah, hingga permainan cuci tangan yang menyenangkan. Pendekatan ini bertujuan menanamkan pemahaman dasar tentang pentingnya menjaga kebersihan sejak dini.
Bagi kelompok remaja, kegiatan difokuskan pada edukasi kreatif bertema upcycling sampah plastik. Bertempat di RT 20 RW 05 pada 9 Juli, para remaja diajak berdiskusi dan bermain secara interaktif mengenai cara mengelola sampah secara berkelanjutan, termasuk ide pemanfaatan sampah plastik menjadi barang yang lebih berguna.
Sementara itu, masyarakat dewasa terlibat dalam dua sesi Sosialisasi Sampah Rumah Tangga yang berlangsung pada 13 Juli di Balai Desa Cemplang dan 18 Juli di Pos RT 14. Kegiatan ini difokuskan pada praktik langsung pembuatan kompos rumah tangga dari limbah dapur dan instalasi lubang biopori. Uniknya, alat pembuat kompos yang digunakan berasal dari galon plastik bekas, sebagai bentuk nyata penerapan prinsip daur ulang.
“Selama ini mungkin banyak warga yang belum tahu bahwa sisa sampah dapur bisa menjadi pupuk yang bermanfaat,” ujar Pak Atang Senjaya, perwakilan dari Kecamatan Bogor Barat, yang sekaligus menjadi fasilitator dalam praktik pembuatan kompos.
Program ini juga menjadi bagian dari dukungan mahasiswa terhadap inisiatif Kampung Ramah Lingkungan (KRL) yang tengah digencarkan oleh pemerintah desa. Harapannya, perubahan pola pikir dan kebiasaan warga terhadap sampah dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan lestari.
Tidak hanya berhenti pada sosialisasi, tim KKN-T juga memastikan keberlanjutan program melalui pemberian berbagai media edukasi kepada warga. Di antaranya adalah poster mengenai Pilah Sampah dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), sabun cuci tangan, serta prototipe komposter sederhana untuk SDN 04 Cemplang. Seluruh bahan edukatif ini dikembangkan agar mudah dipahami dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini melibatkan banyak pihak, mulai dari tokoh masyarakat, perangkat RT/RW, relawan lingkungan, hingga pemerintah desa. Antusiasme warga dalam setiap sesi menunjukkan bahwa perubahan itu mungkin, asalkan dimulai bersama dan dipandu dengan pendekatan yang tepat.
Dengan semangat kolaborasi lintas generasi, mahasiswa dan warga Desa Cemplang membuktikan bahwa solusi lingkungan tidak harus dimulai dari kota-kota besar.
Justru dari desa, langkah kecil yang konsisten dapat memberi dampak besar bagi bumi. Sebab, perubahan besar selalu dimulai dari rumah dan dari diri sendiri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News