Kawan GNFI, dunia pangan kini semakin berkembang, tidak hanya soal ketersediaan, tetapi juga nilai gizi dan keberlanjutan. Dari balik perkembangan ini, nama Prof. Ir. Herry S. Utomo, M.S., Ph.D., menjadi sorotan global.
Ia adalah ilmuwan asal Indonesia yang telah menjadi profesor tetap di Amerika Serikat dan berhasil menciptakan Cahokia Rice, beras tinggi protein pertama di dunia yang dikembangkan secara non-GMO alias tanpa rekayasa genetika.
Inovasi ini bukan hanya penting bagi dunia pertanian, tetapi juga menjadi tonggak baru dalam upaya global menghadirkan pangan yang sehat, terjangkau, dan berkelanjutan.
Lebih dari itu, Cahokia Rice juga membuktikan bahwa diaspora Indonesia mampu mencetak karya yang memberi dampak luas bagi dunia.
Dari Panembangan untuk Pangan Sehat: Inovasi Beras Pratanak Mahasiswa IPB
Dari Malang ke Louisiana: Jejak Langkah Seorang Ilmuwan
Prof. Herry adalah lulusan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB), Malang. Setelah meraih gelar sarjana, beliau melanjutkan pendidikan master di University of Kentucky dan meraih gelar doktoral di Louisiana State University (LSU), Amerika Serikat.
Karier akademiknya berkembang pesat di negeri Paman Sam hingga ia dipercaya menjadi tenured professor (gelar kehormatan tertinggi di dunia akademik LSU).
Ia menjabat sebagai F. Avalon Daggett Endowed Professor di H. Rouse Caffey Rice Research Station, salah satu pusat riset padi terkemuka di Amerika. Jabatan ini menjadi bukti nyata dedikasi dan keahlian beliau dalam bidang ilmu genetika tanaman, khususnya beras.
Mengenal Cahokia Rice: Beras Tinggi Protein, Sehat dan Inovatif
Bersama timnya, Prof. Herry mengembangkan varietas padi bernama Frontière, yang kemudian dikenal di pasar dengan nama Cahokia Rice. Varietas ini memiliki kandungan protein 50% lebih tinggi dibandingkan beras biasa, yakni sekitar 10,6% dibanding 6–7% pada beras konvensional.
Keunggulan lain dari Cahokia Rice adalah indeks glikemiknya yang sangat rendah, hanya sekitar 41. Ini menjadikannya pilihan tepat bagi penderita diabetes, pelaku diet sehat, serta mereka yang peduli pada gaya hidup berkelanjutan.
Yang menarik, semua keunggulan ini diperoleh tanpa menggunakan teknologi rekayasa genetika (GMO). Cahokia Rice dikembangkan melalui proses pemuliaan tradisional dan mutasi alami yang diseleksi dari lebih dari 100 juta butir padi.
Dampak Global dan Potensi Besar untuk Indonesia
Cahokia Rice kini dibudidayakan secara komersial di negara bagian Illinois dan Louisiana. Varietas ini telah diterima pasar dengan sangat baik karena memiliki tekstur, rasa, dan tampilan yang tidak berbeda jauh dari beras pada umumnya, tetapi dengan gizi yang jauh lebih unggul.
Kawan GNFI, bila teknologi dan varietas ini dapat diterapkan di Indonesia, dampaknya akan sangat signifikan. Menurut Prof. Herry, jika hanya 10% lahan sawah Indonesia ditanami Cahokia Rice, maka Indonesia bisa menambah asupan protein setara dengan 264.000 ton daging sapi atau 4 miliar liter susu per tahun.
Angka yang luar biasa untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan mengatasi masalah stunting serta malnutrisi.
Indonesia Siap Sambut Era “Kebanjiran” Beras, Bagaimana Langkah untuk Mengoptimalkannya?
Bukan Sekadar Ilmuwan, tapi Inspirator
Prof. Herry tidak hanya berkiprah di bidang sains, tetapi juga aktif dalam mendukung pendidikan di daerah tertinggal di Indonesia, seperti Papua dan Maluku.
Ia menjabat sebagai Presiden Indonesian Diaspora Network United (IDN-U)yang mempertemukan para diaspora Indonesia dari berbagai disiplin ilmu di seluruh dunia.
Dalam berbagai kesempatan, Prof. Herry menyampaikan pentingnya membangun karakter ilmiah yang kuat, etika riset, serta orientasi pada dampak sosial. Baginya, inovasi bukan sekadar pencapaian pribadi, tetapi bentuk kontribusi nyata kepada kemanusiaan.
Teknologi Pangan Masa Depan: menuju Konsumsi Lebih Sehat
Inovasi seperti Cahokia Rice menunjukkan arah baru dalam teknologi pangan: tidak hanya sekadar memberi makan, tapi juga menyehatkan. Saat ini, Cahokia Rice sudah dikembangkan menjadi berbagai produk turunan seperti tepung bebas gluten, pasta berprotein tinggi, hingga makanan bayi sehat.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dunia terhadap pola makan sehat dan keberlanjutan lingkungan, inovasi seperti ini akan menjadi sangat relevan dalam satu dekade ke depan. Selain itu yang membanggakan, Kawan GNFI, itu datang dari tangan putra bangsa.
Inspirasi dari Cahokia Rice untuk Generasi Muda Indonesia
Cahokia Rice adalah lebih dari sekadar beras. Ia adalah simbol dari dedikasi, riset panjang, dan mimpi besar yang menjadi kenyataan.
Prof. Herry S. Utomo telah membuka jalan bahwa ilmuwan Indonesia bisa berkiprah di panggung dunia tanpa melupakan akar dan kontribusi untuk tanah air.
Sebagai generasi muda, kita patut menjadikan beliau sebagai teladan bahwa keahlian, kerja keras, dan komitmen pada ilmu pengetahuan adalah kunci untuk menciptakan perubahan.
Bareh Randang, Makanan Tradisional Khas Payakumbuh Sumatera Barat yang Terbuat dari Tepung Beras
Di tengah krisis pangan dan tantangan global lainnya, karya seperti Cahokia Rice menjadi harapan baru menuju masa depan yang lebih sehat, berdaulat, dan berkeadilan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News