dari panembangan untuk pangan sehat inovasi beras pratanak mahasiswa ipb - News | Good News From Indonesia 2025

Dari Panembangan untuk Pangan Sehat: Inovasi Beras Pratanak Mahasiswa IPB

Dari Panembangan untuk Pangan Sehat: Inovasi Beras Pratanak Mahasiswa IPB
images info

Dalam upaya mendorong pengolahan pascapanen yang lebih optimal, mahasiswa KKN-T IPB 2025 menginisiasi kegiatan sosialisasi pembuatan beras pratanak (parboiled rice) di Desa Panembangan, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Kegiatan ini berlangsung pada Rabu, 23 Juli 2025, bertempat di Aula Balai Desa Panembangan, dan diikuti oleh puluhan peserta dari kalangan kelompok wanita tani, kader PKK, serta masyarakat umum.

Kecamatan Cilongok merupakan wilayah dengan produksi beras tertinggi di Kabupaten Banyumas, dengan jumlah mencapai 28.450,40 ton (BPS 2024). Namun, sebagian besar hasil panen tersebut masih dijual dalam bentuk gabah tanpa pengolahan lebih lanjut. Minimnya pemanfaatan teknologi pascapanen membuat petani belum memperoleh nilai ekonomi yang maksimal dari hasil pertaniannya.

Desa Panembangan sendiri memiliki lahan pertanian yang cukup luas dan sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dari sektor pertanian, khususnya padi. Dengan kondisi ini, inovasi pengolahan pascapanen seperti beras pratanak sangat relevan untuk diterapkan secara berkelanjutan.

Sebagai bagian dari solusi yang ditawarkan kepada masyarakat desa, tim KKN-T IPB memperkenalkan metode pengolahan sederhana namun efektif untuk meningkatkan nilai tambah gabah melalui pembuatan beras pratanak. Melalui proses ini, beras yang dihasilkan memiliki mutu lebih baik, daya simpan yang lebih lama, serta potensi harga jual yang lebih tinggi dibandingkan beras biasa.

Beras pratanak merupakan hasil olahan gabah yang melewati tiga tahapan utama, yaitu perendaman, pengukusan, dan pengeringan sebelum digiling (Binalopa et al. 2019). Proses pengukusan membantu transfer nutrisi penting seperti vitamin dan mineral dari lapisan luar gabah ke dalam butiran beras, menghasilkan tekstur beras yang lebih kokoh, tidak mudah patah, dan memiliki indeks glikemik lebih rendah. Kondisi ini menjadikannya lebih baik dikonsumsi oleh individu dengan risiko diabetes (Nurdjannah et al. 2018).

Sebagai bentuk diversifikasi produk, beras pratanak juga membuka peluang baru bagi petani untuk mengolah hasil panen mereka menjadi produk dengan nilai jual lebih tinggi dan manfaat kesehatan yang lebih baik.

Tak hanya bermanfaat secara gizi, proses ini juga dapat dilakukan pada skala rumah tangga dengan peralatan sederhana, sehingga aplikatif di tingkat desa. Selain untuk konsumsi sendiri, beras pratanak juga berpeluang dikembangkan sebagai produk bernilai ekonomi untuk dijual ke pasar yang lebih luas, khususnya segmen konsumen yang mencari alternatif beras sehat.

Inovasi ini juga berpotensi menjadi salah satu solusi pangan fungsional lokal yang lebih terjangkau dan mudah diakses masyarakat dibandingkan produk beras impor rendah glikemik.

Sosialisasi dilakukan secara interaktif melalui pemutaran video tutorial, penyampaian materi melalui presentasi, pembagian leaflet, dan diskusi terbuka dengan peserta. Tim KKN-T turut membawa sampel beras pratanak sebagai contoh visual dari hasil akhir proses yang diperkenalkan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi
info gambar

Masalah rendahnya nilai jual gabah menjadi tantangan umum di berbagai wilayah sentra produksi beras. Banyak petani masih fokus pada aspek budidaya dan belum terlibat dalam pengolahan pascapanen.

Dalam kondisi seperti ini, petani memiliki posisi tawar yang lemah di pasar. Akibatnya, nilai tambah dari proses pascapanen lebih banyak dinikmati oleh pedagang, sementara petani hanya memperoleh sekitar 33% dari nilai total produk (Nugrahapsari dan Hutagaol 2021).

Melalui kegiatan ini, mahasiswa KKN-T IPB berharap masyarakat Desa Panembangan dapat mulai menerapkan teknologi pengolahan ini secara mandiri. Inovasi beras pratanak diharapkan tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga membuka peluang usaha kecil berbasis pangan sehat di tingkat rumah tangga, serta mendorong kemandirian pangan berbasis teknologi tepat guna di pedesaan.

Diharapkan pula kegiatan ini dapat menginspirasi desa-desa lain di wilayah Banyumas untuk mulai mengembangkan model serupa, menyesuaikan dengan potensi komoditas masing-masing.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KB
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.