tempuyung tanaman herbal yang berkhasiat untuk ginjal hingga antioksidan - News | Good News From Indonesia 2025

Tempuyung, Tanaman Herbal yang Berkhasiat untuk Ginjal hingga Antioksidan

Tempuyung, Tanaman Herbal yang Berkhasiat untuk Ginjal hingga Antioksidan
images info

Tempuyung (SonchusarvensisL.) telah lama dikenal dalam pengobatan tradisional Indonesia, terutama sebagai tanaman herbal yang berkhasiat meluruhkan batu ginjal. 

Namun, di balik popularitasnya, tempuyung menyimpan berbagai potensi medis lain yang didukung oleh penelitian ilmiah.

Prof. Mohamad Rafi, pakar biofarmaka dari IPB University, menjelaskan bahwa kandungan senyawa aktif dalam tempuyung seperti flavonoid, kalium, dan β-sitosterol menjadikannya tanaman dengan manfaat kesehatan yang beragam.

Salah satu khasiat utama tempuyung adalah kemampuannya sebagai diuretik alami yang membantu melarutkan batu ginjal.

"Kandungan kalium dan flavonoid dalam tempuyung berperan dalam meningkatkan ekskresi urine dan mengurangi penumpukan mineral penyebab batu ginjal," jelas Prof. Rafi, dikutip dari IPB Today.

Efek diuretik ini tidak hanya bermanfaat bagi penderita batu ginjal tetapi juga dapat membantu mengatasi hipertensi dengan mengurangi retensi cairan dalam tubuh.

Antioksidan, Antiinflamasi, dan Potensi Lainnya

Selain sebagai peluruh batu ginjal, tempuyung juga memiliki sifat antioksidan yang kuat berkat kandungan flavonoid seperti luteolin, apigenin, dan kuersetin. Senyawa-senyawa ini berperan dalam menangkal radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan penuaan dini.

Kemampuan antioksidan ini menjadikan tempuyung sebagai kandidat potensial untuk pengembangan suplemen atau produk perawatan kulit berbahan alami.

Di sisi lain, tempuyung juga menunjukkan aktivitas antiinflamasi yang signifikan. Beberapa penelitian, termasuk yang dilakukan oleh Prof. Dyah Iswantini dari Pusat Studi Biofarmaka Tropika (TropBRC) IPB University, menemukan bahwa ekstrak tempuyung dapat menghambat peradangan, sehingga berpotensi digunakan untuk mengatasi nyeri sendi, luka, atau gangguan inflamasi ringan. 

Bahkan, tempuyung telah diuji dalam formulasi obat herbal antigout dan antihipertensi, memanfaatkan efek diuretik dan antiinflamasinya.

Tidak hanya itu, penelitian terbaru juga mengungkap bahwa tempuyung memiliki kemampuan menurunkan kadar kolesterol. Senyawa β-sitosterol dalam tanaman ini bekerja dengan menghambat penyerapan kolesterol di usus, sehingga dapat menjadi alternatif alami untuk mengelola hiperkolesterolemia.

Selain itu, aktivitas antibakteri dan antijamur yang dimilikinya menjadikan tempuyung sebagai bahan alami yang potensial untuk mengatasi infeksi ringan.

Baca juga Honje, Tanaman Herbal Alami Rahasia Kulit Sehat Ala Suku Baduy

Tantangan dalam Pengembangan Tempuyung sebagai Fitofarmaka

Meskipun memiliki segudang manfaat, pengembangan tempuyung sebagai fitofarmaka berbasis bukti ilmiah masih menghadapi berbagai kendala.

Prof. Rafi menyoroti bahwa salah satu tantangan terbesar adalah variabilitas kandungan senyawa aktif dalam tanaman tempuyung, yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kondisi pertumbuhan, dan penanganan pascapanen.

“Kandungan luteolin atau kalium dalam ekstrak tempuyung dari daerah berbeda bisa sangat bervariasi, sehingga menyulitkan standardisasi produk," ujarnya.

Selain itu, meskipun telah banyak uji in vitro dan in vivo yang membuktikan khasiat tempuyung, data uji klinis pada manusia masih sangat terbatas. Hal ini menjadi penghambat utama dalam pengembangan tempuyung menjadi obat herbal terstandar (OHT) atau fitofarmaka yang diakui secara medis. 

Kurangnya dukungan regulasi dan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan industri juga turut memperlambat proses hilirisasi tempuyung.

Solusi untuk Meningkatkan Konsistensi dan Kualitas

Untuk mengatasi masalah variabilitas bahan baku, Prof. Rafi menyarankan pendekatan metabolomik dan kemometrik dalam proses standardisasi. Teknik seperti principal component analysis (PCA) dapat digunakan untuk membandingkan profil kimia ekstrak tempuyung dari berbagai daerah, sehingga dapat diidentifikasi senyawa penanda yang konsisten.

“Analisis LC-MS/MS dan spektroskopi NMR dapat membantu menciptakan chemical fingerprint sebagai acuan mutu," jelasnya.

Selain itu, metode analisis sederhana seperti spektroskopi FTIR dan kromatografi lapis tipis-densitometri dapat digunakan untuk mendeteksi keaslian bahan baku dan memastikan kandungan senyawa aktif seperti luteolin tetap terjaga. Dengan pendekatan ini, reproduktibilitas produk berbasis tempuyung dapat ditingkatkan.

Peluang dan Harapan ke Depan

Potensi tempuyung sebagai fitofarmaka Indonesia sangat besar, tetapi diperlukan upaya kolaboratif untuk mengoptimalkannya. Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan memberikan insentif bagi riset pengembangan obat herbal.

Industri farmasi dan UMKM juga harus terlibat dalam proses hilirisasi, sementara akademisi terus melakukan penelitian mendalam untuk validasi klinis.

"Tempuyung bisa menjadi salah satu tanaman unggulan Indonesia di pasar fitofarmaka global, asalkan didukung oleh standardisasi yang ketat dan pembuktian ilmiah yang kuat," tegas Prof. Rafi.

Dengan langkah-langkah strategis, tempuyung tidak hanya akan tetap menjadi bagian dari pengobatan tradisional, tetapi juga dapat berkembang menjadi obat modern berbasis bukti yang diakui secara internasional.

Baca juga Mengenal Sarang Semut, Tanaman Herbal yang Dikenal sebagai Alternatif Antibakteri

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.