“Kita menikmati bising setiap hari, seperti konser, tempat musik, atau tempat bermain yang memiliki pengeras suara bervolume tinggi,” ungkap Staf pengajar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) dari Departemen Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah Kepala Leher (THT-KL), Dr. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL, sebagaimana dikutip dari laman UI.
Kenikmatan untuk mendengarkan suara dengan volume tinggi memang tidak bisa dirasakan oleh semua orang. Akan tetapi, bagi sebagian besar orang, musik yang dimainkan dengan keras mampu meningkatkan pelepasan dopamin, sebuah zat kimia otak yang bertanggung jawab atas perasaan senang dan motivasi.
Permintaan pasar ini lah yang membuat earphone ataupun headset hadir dengan menawarkan fitur berupa volume yang tinggi, mencapai 105 dB. Padahal, di balik kecanggihan volume yang ditawarkan, teknologi ini juga berpotensi mengancam kesehatan telinga.
Buktinya, sekitar 1,1 miliar remaja di seluruh dunia berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat paparan bising—termasuk penggunaan headset—menurut data dari badan kesehatan dunia WHO. Penelitian terbaru pada 2023 bahkan menunjukkan, 1 dari 4 pengguna berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat penggunaan headset.
Sound Horeg di Laut Ternyata Berbahaya bagi Ekosistem. Kok Bisa?
Berapa Normal Volume yang Bisa Didengar Manusia?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan batas aman untuk mendengarkan musik atau suara adalah 85 desibel (dB) dengan durasi maksimal 8 jam per hari. Jika Kawan berada dalam kondisi tertentu yang mengharuskan mendengar suara hingga 100 dB atau lebih, durasi aman hanya sekitar 15 menit per hari, tanpa pelindung telinga.
dr. Fikri mengungkap, sebagai pedoman aman, penggunaan Personal Listening Device(PLD) atau alat dengar pribadi dengan volume maksimal 60% adalah 60 menit per hari.
Aturan ini sering disebut sebagai aturan 60/60 dan direkomendasikan oleh berbagai organisasi kesehatan.
“Batas waktu mendengarkan suara melalui headset yang aman adalah 60 menit per hari dengan tingkat volume maksimal 60 persen,” jelasnya.
Itu pun, Kawan perlu untuk beristirahat setiap satu jam selama 5 menit.
Benarkah Musik Metal Membuat Bahagia? Sains Menjawab: Ya!
Apa yang Terjadi Jika Menggunakan PLD secara Berlebihan?
Gejala pusing, mual, atau rasa penuh di telinga setelah menggunakan headset bisa menjadi pertanda awal adanya gangguan pendengaran. Kondisi ini disebut sebagai Noise-Induced Hearing Loss (NIHL). Sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari gejala awal tersebut.
“Orang yang mengalami cedera bising memiliki gejala awal telinga berdenging dan terasa tertutup seperti kemeng. Gejala ini sering kali dianggap sepele karena dapat hilang dalam waktu 24 jam. Namun, justru karena sering diabaikan dan berulang, lama-kelamaan bisa menimbulkan gangguan permanen,” imbuh dr. Fikri.
Abainya kewaspadaan pengguna PLD ini akan berdampak fatal. Studi dari Journal of Audiology & Otology (2019) menyebutkan bahwa penggunaan headset dengan intensitas tinggi secara terus-menerus dapat menyebabkan hilangnya sensitivitas frekuensi tinggi, yang bisa bersifat permanen.
Oleh karena itu, pengguna PLD perlu memeriksakan diri ke dokter spesialis THT-KL jika merasakan nyeri atau berdenging setelah pemakaian. Kawan juga dianjurkan memeriksakan kesehatan jika penggunaan PLD lebih dari 4 jam per hari dan volume di atas 80%.
Di Tangan Coldplay, Sampah Sungai Cisadane Disulap Jadi Vinyl yang Memanjakan Telinga
3. Tips Aman Menggunakan Headset Sehari-hari
Berikut beberapa tips agar telinga tetap sehat meski menggunakan headset setiap hari:
- Gunakan Aturan 60/60
Maksimal 60% volume, tidak lebih dari 60 menit dalam satu sesi mendengarkan. - Pilih Headset Over-Ear
Headset jenis over-ear lebih aman karena tidak langsung menyalurkan suara ke saluran telinga seperti in-ear headset. Over-ear merupakan jenis headset yang menutupi seluruh telinga. Headset jenis ini dinilai lebih aman dan nyaman untuk penggunaan jangka panjang karena tekanan suara tidak langsung ke lubang telinga, melainkan menyebar. - Hindari Penggunaan Headset di Tempat Bising
Kita cenderung menaikkan volume saat berada di tempat ramai. Lebih baik gunakan noise isolation atau cari tempat yang tenang. Kabar baiknya, Jenis over-earkini dilengkapi dengan fitur Active Noise Cancelling(ANC) yang dianggap menjadi pilihan yang relatif lebih aman karena mampu meredam kebisingan tanpa harus menaikkan volume secara berlebihan - Istirahatkan Telinga
Berikan jeda 5–10 menit setelah penggunaan selama satu jam. - Jaga Kebersihan Headset dan Telinga
Headset yang kotor bisa menyebabkan infeksi saluran telinga. Bersihkan secara rutin dan jangan saling pinjam headset. - Jangan Tidur dengan Headset Terpasang
Durasi paparan yang panjang saat tidur bisa memperburuk kerusakan telinga dan meningkatkan risiko tekanan berlebih di dalam saluran telinga.
Maluku Bisa Bikin Asik Berdendang Bersama!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News