Lagu “Stecu” milik Faris Adam menghiasi jagad media sosial. Mengutip Instagram Ide Timur, lagu ini berhasil menembus 10 juta pendengar per tanggal 11 April 2025. Lirik bahasa Maluku ini juga memikat hati masyarakat Indonesia hingga menepati posisi pertama di YouTube Top Music pada Kamis (24/4/2025).
Nah, berbicara tentang Maluku sendiri, provinsi ini memiliki beberapa alat musik tradisionalnya yang khas loh! Apa saja?
1. Tahuri
Alat musik tahuri berasal dari kulit kerang. Mengutip tambahpinter.com, jenis kerang yang digunakan dalam pembuatan tahuri adalah triton shell. Peniupan tahuri sama dengan terompet pada umumnya.
Alat musik tahuri memiliki fungsi sebagai komunikasi mengumpulkan masyarakat meliputi informasi tanda bahaya, orang meninggal, dan upacara adat.
Carolis Elias Horhorouw adalah orang yang memiliki andil besar dalam pelestarian musik tahuri di Maluku.
Mengutip YouTube Kanal Indonesia TV, laki-laki yang disapa Opa Loli mendedikasikan dirinya untuk pengembangan musik tahuri dari generasi ke generasi. Ia turut mengajak kerja sama sekolah SD-SMP dalam pelestarian musik tahuri.
Legenda Asal Usul Telaga Wekaburi di Papua Barat yang Menjadi Cikal Bakal Desa Werabur
2. Totobuang
Totobuang menjadi alat musik pukul yang dapat ditemukan di Maluku. Rozarie dalam buku Alat Musik Tradisional Perkembangan dan Tantangannya di Negeri Hutumuri Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon mencatat alat musik totobuang telah dikenal sejak dulu kala sebelum masuknya orang Eropa di sana.
Totobuang dilengkapi dengan tifa dan gong. Semakin banyak tifa bertemu dengan totobuang, akan ramai perpaduan keduanya.
Tak jarang, orang menyebutnya sebagai tifa totobuang. Alat musik ini digunakan dalam menari lenso, menyambut tamu kehormatan, dan mengiringi pengantin.
Totobuang memiliki bunyi khas keras dan dinamis, sehingga orang yang melihatnya akan ikut menari bersamanya.
3. Yangere
Musik tradisional yang berkembang di Maluku adalah yangere. Mengutip kebudayaan.kemdikbud.go.id, musik yangere adalah hasil adaptasi budaya dari musik bangsa Eropa, yaitu Portugis.
Portugis memiliki seni musik yang sering dimainkan seperti biola, banyo, gitar, rebana, dan cello. Namun, masyarakat Maluku mengadaptasi alat-alat musik berdasarkan bahan-bahan di alam sekitar.
Penduduk memiliki mata pencaharian untuk bercocok tanam atau berkebun, di mana kayu telur atau pohon pule (alstonia scholaris) dipilih sebagai bahan membuat alat musik bas kasteh.
Pembuatan alat musik menggunakan dengan kayu yangere yang masih mentah atau belum kering. Awalnya musik yangere dimainkan ketika warga Kampung Tengah istirahat dari aktivitas berkebun pada malam hari.
Tahun 1990-an, musik yangere mulai berkembang dengan masuknya ke dalam acara resmi, seperti ritual keagamaan. Kemudian, turut disebarkan dan dimainkan ke seluruh pelosok Halmahera Utara, Kecamatan Galela Selatan, Kecamatan Ibu, Sahu, Jailolo, dan Kota Tobelo.
Instrumen pendukung musik yangere meliputi bas kasteh, hitara lamoko, koroncongan, kololale, loca-loca, dan tam-tam. Di sisi lain, sumber melodi berdasarkan vokal orang-orang yang menyanyikan lagu dalam musik yangere.
Hari Keris Nasional Ditetapkan 19 April, Begini Sejarah dan Upaya Pelestariannya
Nilai kebersamaan atau gotong royong hadir dalam musik yangere. Orang yang terlibat dalam memainkannya turut merasakan nilai estetika melalui perpanduan harmoni satu sama lain.
4. Jukulele
Jukulele merupakan alat musik yang tidak boleh dilewatkan di Maluku. Alat musik ini sering dimainkan oleh berbagai latar belakang usia.
Mengutip YouTube Agus Dwi Pranata, perbedaan antara jukulele dan gitar terletak di jumlah dawai yaitu 4 (empat).
Jukulele, alat musik yang diimpor dari Portugis pada abad ke-15, telah menjadi bagian dari alat musik Provinsi Maluku.
Rozarie dalam buku Alat Musik Tradisional Perkembangan dan Tantangannya di Negeri Hutumuri Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon menuliskan, pembuatan jukulele berasal dari batok kelapa sebelah dengan panjang 58 cm.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News