Beliau bernama Amatredjo alias Sadiman, atau yang lebih dikenal dengan nama Pak Lindu. Seorang guru PBH di daerah Gunungkidul yang pernah mengirimkan surat secara langsung kepada Presiden Soekarno dan Sultan Yogyakarta pada 1954.
Sekilas nama Pak Lindu mungkin terkesan biasa saja. Apalagi namanya tidak tercantum dalam narasi besar sejarah Indonesia pada umumnya.
Namun tahukah Kawan bahwa Pak Lindu juga memiliki peran besar, khususnya di daerah Gunungkidul pada waktu itu? Bersama guru-guru PBH lainnya, Pak Lindu turut aktif dalam mengentas buta huruf bagi masyarakat Gunungkidul pada dekade awal usai kemerdekaan Indonesia tersebut.
Dilansir dari akun Facebook Arsip Nasional Republik Indonesia, Pemberantasan Buta Huruf atau PBH merupakan salah satu program utama yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaan. Program ini sendiri dicanangkan langsung oleh Presiden Soekarno pada 14 Maret 1948.
Tingginya angka buta huruf di Indonesia pada waktu itu menjadi sebab utama mengapa program ini dicanangkan dan menjadi fokus utama. Berbagai pihak juga turut terlibat dalam keberlangsungan program ini, mulai dari guru, sekolah, hingga lapisan masyarakat.
Kiprah Pak Lindu ini sendiri pernah diwartakan dalam surat kabar Nasional edisi 11 Maret 1954. Lantas bagaimana kisah dari Pak Lindu yang turut aktif dalam memberantas buta huruf di wilayah Gunungkidul hingga bisa mengirimkan surat kepada Presiden Soekarno dan Sultan Yogyakarta pada waktu itu?
Profil Pak Lindu
Dikutip dari artikel "Pak Lindu Guru PBH Jang Tertua, Kirim Surat pada Presiden dan Sultan" yang terbit di surat kabar Nasional edisi 11 Maret 1954, pada waktu itu diketahui ada 618 guru PBH yang tersebar di daerah Gunungkidul Yogyakarta. Dari semua guru tersebut, nama Pak Lindu cukup menarik perhatian.
Sebab pria yang berusia 65 tahun tersebut merupakan guru PBH tertua yang ada di Gunungkidul pada waktu itu. Bahkan, Pak Lindu diperkirakan menjadi guru PBH tertua yang ada di Indonesia dalam kurun waktu tersebut.
Lindu sebenarnya bukanlah nama asli beliau. Seperti yang sudah dipaparkan di awal artikel, nama asli Pak Lindu adalah Amatredjo atau Sadiman.
Nama Lindu sendiri merujuk kepada putra sulungnya. Oleh sebab itu, dirinya kemudian dikenal dengan nama Pak Lindu.
Selain menjadi guru PBH, beliau juga merupakan kepala dukuh di Desa Kwangen, Semanu, Gunungkidul.
Memberantas Buta Huruf di Gunungkidul
Peran Pak Lindu sebagai kepala dukuh menjadi alasan mengapa dirinya bisa membaca dan menulis pada waktu itu. Selain itu, hasrat belajar ini juga sudah muncul ketika rumahnya digunakan sebagai markas perjuangan pada masa perjuangan.
Pak Lindu merasa kemampuan membaca dan menulis bisa menunjang kinerjanya sebagai kepala dukuh. Dengan demikian, dia mudah memahami perintah dari kelurahan dan menyampaikan ke masyarakat.
Pada 1952, Pak Lindu berhasil lulus ujian membaca dan menulis yang diadakan oleh pihak kelurahan saat itu. Tidak lama berselang, Pak Lindu justru terlibat aktif menjadi guru PBH dan memberikan pembelajaran kepada masyarakat Gunungkidul pada waktu itu.
Berdasarkan data yang dirilis Djawatan Pendidikan Masyarakat Gunungkidul, sudah ada 800 orang yang menjadi murid PBH yang diajar oleh Pak Lindu hingga awal 1954. Para murid yang ikut dalam program ini berusia 14 tahun ke atas.
Selain itu, Pak Lindu juga membuka kelas menulis dan membaca sendiri. Kelas khusus ini dia tujukan untuk mengajar anggota pamong desa.
Surat untuk Soekarno dan Sultan Yogyakarta
Keberhasilan Pak Lindu tidak hanya sebatas mengajar saja. Pada tes yang dilakukan saat itu, terdapat 90 orang murid Pak Lindu yang dinyatakan lulus.
Dirinya juga mendapatkan berbagai macam bantuan dari pemerintah. Pak Lindu menerima uang sebesar Rp2.700, 1.500 buku bacaan, 60 batu tulis, dan seekor kambing.
Atas dasar inilah, Pak Lindu kemudian memutuskan untuk mengirim surat kepada Presiden Soekarno dan Sultan Yogyakarta. Surat ini berisi capaian yang sudah berhasil dia dapatkan selama mengajar sebagai guru PBH dan ucapan terima kasih atas semua bantuan yang diterimanya dari pemerintah.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News