edukasi seksual sejak dini jadi program kkn inovatif mahasiswa upn veteran yogyakarta di magelang - News | Good News From Indonesia 2025

Edukasi Seksual Sejak Dini Jadi Program KKN Inovatif Mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta di Magelang

Edukasi Seksual Sejak Dini Jadi Program KKN Inovatif Mahasiswa UPN Veteran Yogyakarta di Magelang
images info

"Bu, kenapa ada bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain?"

Pertanyaan itu mungkin terdengar sederhana, tapi sangat penting. Sayangnya, pertanyaan seperti ini sering dianggap tabu, terlalu dini, atau bahkan diabaikan sama sekali dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan desa.

Padahal, mengenalkan pendidikan seksual sejak dini bukan soal hal-hal vulgar, tapi soal perlindungan diri, penghargaan terhadap tubuh sendiri, dan pembentukan rasa aman pada anak-anak.

Itulah yang melatarbelakangi program kerja saya selama KKN di Dusun Sonorejo, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang. Program ini saya beri nama “Edukasi Seksual Sejak Dini: Mengenal Aku dan Tubuhku.” Sebuah pendekatan pendidikan yang dirancang khusus untuk anak-anak usia dini, dikemas dengan dongeng interaktif, lagu, gerakan tubuh, dan media kartun peraga.

Pendidikan Seksual Itu Bukan Hal Tabu

Masyarakat desa, seperti halnya di banyak wilayah Indonesia, masih menganggap pembicaraan soal tubuh dan seksualitas sebagai sesuatu yang memalukan, bahkan tidak pantas dibicarakan oleh anak-anak. Tapi apakah kita akan terus diam saat angka kekerasan seksual terhadap anak terus meningkat?

Menurut data Simfoni PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak), pada tahun 2023 tercatatlebih dari 12.000 kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia, dan lebih dari 60% di antaranya adalah kekerasan seksual. Bahkan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan bahwa mayoritas anak korban kekerasan seksual tidak memahami bahwa mereka sedang menjadi korban karena tidak mendapat edukasi mengenai bagian tubuh pribadi yang harus dijaga.

Ironisnya, survei dari Lentera Sintas Indonesia dan UNFPA menunjukkan bahwa hanya sekitar 9% orang tua di Indonesia yang pernah membicarakan pendidikan seksual kepada anak mereka secara terbuka dan mendidik. Sisanya merasa itu terlalu dini atau tidak tahu bagaimana memulainya.

Angka-angka ini menjadi alarm keras yaitu kurangnya pendidikan seksual membuat anak-anak bingung. Tidak tahu hak atas tubuhnya sendiri, tidak bisa membedakan perilaku yang salah, dan akhirnya tidak tahu bagaimana meminta bantuan.

Dongeng, Lagu, dan Peraga: Belajar Jadi Menyenangkan

Karena sasarannya adalah anak-anak, materi yang saya sampaikan tidak datang dalam bentuk ceramah atau slideshow seperti di ruang kuliah. Saya hadir sebagai tokoh dongeng, lengkap dengan boneka kartun peraga.

Suara saya naik-turun, mengikuti karakter ada yang galak, ada yang lucu, ada yang menenangkan. Kami bernyanyi bersama lagu sederhana yang liriknya menekankan bagian-bagian tubuh mana saja yang tidak boleh dilihat atau disentuh orang lain seperti mulut, dada, kemaluan, sekitar paha, dan pantat.

Saya selalu mengulang bahwa hanya orang tua atau dokter dalam situasi tertentu yang boleh menyentuh, dan itupun dengan izin. Jika ada orang lain yang melakukannya, anak-anak harus belajar berkata "TIDAK", berteriak minta tolong, dan segera melapor kepada orang dewasa terpercaya.

Respons mereka luar biasa. Mereka ikut bernyanyi, bergerak, bahkan menirukan dialog tokoh dongeng. Tidak hanya itu, beberapa orang tua juga mulai ikut mengamati dan bertanya, “Mba, boleh nggak kalau saya ajarkan juga di rumah?”

Dari Dusun untuk Indonesia

Apa yang saya lakukan di Dusun Sonorejo mungkin terlihat kecil. Hanya satu dusun, hanya satu program, dan hanya segelintir anak. Tapi saya percaya, perubahan selalu dimulai dari satu titik. Pendidikan seksual sejak dini bukanlah ancaman budaya. Justru ini adalah bentuk nyata kepedulian dan perlindungan anak yaitu bagian dari budaya kasih dan aman yang seharusnya tumbuh di semua lini masyarakat kawan.

Lewat program ini, saya berharap semakin banyak desa, sekolah, dan keluarga yang mulai terbuka dengan pendidikan seksual berbasis usia. Bukan untuk menakut-nakuti anak, tapi untuk membuat mereka merasa memiliki kendali dan perlindungan atas tubuhnya sendiri.

Karena tubuh mereka adalah milik mereka dan mereka berhak tahu, sejak dini.

Kalau Kawan percaya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari dusun kecil seperti Sonorejo, mari suarakan hal ini bersama. Anak-anak kita berhak tumbuh dalam lingkungan yang sadar, aman, dan penuh cinta.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.