Desa Kedunggupit yang berada di Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah dikenal memiliki potensi besar di bidang pertanian. Salah satu hasil utama dari sektor ini yaitu singkong, yang sudah lama menjadi bagian dari keseharian masyarakat Desa Kedunggupit maupun masyarakat Indonesia.
Singkong biasanya hanya diolah menjadi makanan pokok pengganti nasi atau camilan tradisional. Namun, hingga kini, pemanfaatan singkong masih terbatas pada olahan-olahan sederhana dan belum banyak dijadikan produk bernilai jual tinggi.
Melihat potensi yang ada tersebut, tim KKN-T IPB University merancang sebuah program kerja bernama RENGGINOVA, yang merupakan singkatan dari Rengginang Inovasi Singkong Kedunggupit.
Program ini memiliki tujuan untuk mengenalkan alternatif olahan singkong yang lebih menarik secara rasa, tampilan, dan tentunya berpeluang dikembangkan menjadi produk usaha rumahan yang bernilai jual tinggi.
Kegiatan program kerja RENGGINOVA dilaksanakan pada Rabu, 23 Juli 2025, bertempat di Aula Balai Desa Kedunggupit. Sebanyak 35 ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok PKK hadir sebagai peserta utama.
Selain itu, perangkat desa turut hadir memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan ini, sebagai bentuk komitmen bersama dalam mengembangkan potensi pangan lokal.
Kegiatan ini diawali dengan pretest sederhana untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal peserta mengenai pengolahan singkong. Setelah itu, tim KKN menyampaikan materi terkait potensi singkong sebagai bahan dasar rengginang, mulai dari aspek pemilihan bahan baku, proses pembuatan, hingga peluang pemasaran produk.
Materi disampaikan secara komunikatif agar mudah dipahami, dan diselingi sesi diskusi tanya-jawab untuk menggali pengalaman serta pandangan para peserta.
Bagian utama dari kegiatan ini adalah demonstrasi langsung pembuatan rengginang singkong, yang menjadi daya tarik tersendiri. Para peserta diajak melihat dan melakukan secara langsung proses pengolahan secara lengkap, dari tahap pengukusan singkong, penghalusan, pencampuran bumbu, pencetakan, hingga penjemuran.
Sepanjang kegiatan, antusiasme peserta terlihat sangat tinggi. Banyak dari ibu-ibu yang aktif bertanya dan mencatat langkah-langkah yang dijelaskan. Beberapa mengaku baru mengetahui bahwa singkong ternyata bisa diolah menjadi rengginang yang tidak hanya lezat, tetapi juga memiliki tampilan menarik dan variasi rasa yang menjanjikan secara komersial.
Untuk mengukur efektivitas penyampaian materi, dilakukan posttest di akhir kegiatan. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan pemahaman peserta, yang menandakan bahwa materi dapat diterima dan dipahami dengan baik.
RENGGINOVA hadir bukan hanya menjadi pelatihan teknis semata, tetapi juga menjadi awal dari tumbuhnya semangat berwirausaha mandiri berbasis rumah tangga di Desa Kedunggupit.
Dengan modal bahan baku yang mudah diperoleh dan teknik produksi yang cukup sederhana, para peserta didorong untuk mulai melihat rengginang singkong sebagai peluang usaha yang menjanjikan, bukan sekadar kegiatan rumahan biasa.
Tim KKN berharap bahwa kedepannya, produk rengginang singkong ini dapat menjadi ikon kuliner khas Desa Kedunggupit. Selain berpotensi menjadi camilan yang digemari masyarakat lokal, tidak menutup kemungkinan rengginang ini juga dapat menjadi oleh-oleh khas Wonogiri yang bisa bersaing di pasar yang lebih luas.
Dengan adanya dukungan yang berkelanjutan mulai dari promosi, pelatihan lanjutan, hingga pendampingan dalam pemasaran, usaha kecil ini berpotensi tumbuh lebih besar dan memberi dampak positif bagi kemajuan desa.
Melalui program RENGGINOVA, tim KKN-T IPB University berupaya untuk mendorong semangat berinovasi di tengah masyarakat, khususnya kalangan perempuan. Dengan sentuhan inovasi dan dukungan komunitas, singkong yang selama ini dianggap sebagai bahan pangan sederhana berpotensi naik kelas menjadi produk unggulan yang membawa manfaat ekonomi bagi desa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News