Mahasiswa IPB University yang menjalankan KKN-T Inovasi di Desa Sibanteng diajak untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan kreatif melalui kegiatan langsung di lapangan. Mereka berinteraksi dengan warga, menggali potensi lokal, serta merancang program yang aplikatif dan berdampak nyata.
Desa Sibanteng, dengan luas wilayah sekitar 640 hektar, menyimpan potensi sumber daya alam dan manusia yang besar. Namun, tantangan seperti rendahnya kesadaran dalam pengelolaan limbah rumah tangga masih menjadi masalah utama.
Mahasiswa IPB University yang tergabung dalam program KKN-T Inovasi menghadirkan, solusi edukatif untuk permasalahan pengelolaan sampah di Desa Sibanteng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.
Melalui program bernama Ceurilin (Cerita Ibu Cerdas Kelola Limbah), mereka mensosialisasikan pentingnya pengelolaan limbah B3 rumah tangga. Selain itu, budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) juga dihadirkan sebagai alternatif pengolahan sampah organik.
Ceurilin, Cerita Ibu Cerdas Kelola Limbah
Kegiatan Ceurilin digelar pada Rabu, 9 Juli 2025 di Rumah Sedekah Kampung Jambu RW 02. Acara ini diikuti oleh para Ibu PKK dan ibu rumah tangga dari berbagai dusun di Desa Sibanteng.
Tujuan utama kegiatan ini adalah memberikan pemahaman praktis kepada ibu-ibu terkait pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) seperti baterai bekas, obat kadaluwarsa, serta kaca dan pecahan kaca.
Sebelum materi disampaikan, peserta mengikuti pre-test untuk mengukur pemahaman awal mereka tentang limbah rumah tangga dan maggot BSF.
Mahasiswa KKN IPB University Kenalkan Pariwisata di Sukabumi lewat Kampanye Media Sosial
Hasil pre-test menunjukkan bahwa mayoritas peserta belum mengetahui bahaya dan cara penanganan limbah B3, serta belum familiar dengan teknik pemilahan limbah yang tepat.
Maggot BSF, Solusi Cerdas Limbah Organik
Selain membahas limbah B3, peserta juga dikenalkan pada budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) sebagai solusi pengolahan sampah organik rumah tangga. Sampah seperti sisa nasi, sayur, dan buah dapat diolah oleh maggot menjadi bahan bernilai guna, seperti pakan ternak.
Materi disampaikan secara ringan dan interaktif, mencakup siklus hidup maggot, jenis sampah yang dapat diolah, hingga manfaat ekonomi yang bisa diperoleh. Peserta juga diajak melihat langsung siklus hidup maggot agar lebih memahami praktiknya.
Setelah sesi pemahaman praktis, peserta diberikan kesempatan untuk bercerita dan memberikan saran mengenai pengolahan limbah rumah tangga. Salah satu momen menarik datang dari Didah, peserta yang berbagi kebiasaan positif mengubur sampah organik untuk menghindari bau.
Praktik sederhana ini mendapat apresiasi dari tim KKN sebagai langkah awal yang baik dalam mengelola sampah di tingkat rumah tangga.
Selanjutnya, peserta mengikuti post-test yang menunjukkan peningkatan pemahaman yang signifikan. Banyak dari mereka mulai menyadari pentingnya memilah sampah dan menyimpan limbah B3 dengan aman.
Tak hanya berhenti di situ, kegiatan ini dikemas dengan hal yang menyenangkan yaitu games edukatif, dan pembagian hadiah yang membuat suasana belajar terasa santai dan menyenangkan.
Dampak dan Harapan
Program ini mendapat respon positif, termasuk dari Ketua RW 02, Rusdi, yang menyatakan dukungan penuh. “Setelah kegiatan ini, kami akan mendorong warga mulai mencoba budidaya maggot di lingkungan masing-masing,” ujarnya.
Melalui kegiatan Ceurilin, mahasiswa IPB tidak hanya membagikan ilmu, tetapi juga menginspirasi warga untuk menjadi bagian dari perubahan.
Para ibu rumah tangga diharapkan dapat menjadi agen perubahan di keluarga dan lingkungan terdekatnya.
Mahasiswa KKN IPB Perkenalkan Ekoenzim dan IPB DIGITANI di Kota Agung, Lampung
Program KKN-T Inovasi ini membuktikan bahwa kontribusi nyata mahasiswa di masyarakat sangat penting. Tak hanya memberikan manfaat jangka pendek. Namun, juga meninggalkan bekal pengetahuan dan kesadaran lingkungan yang berkelanjutan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News