Perbedaan pendapat antara tim bubur diaduk atau tidak diaduk tidak pernah usai. Sebab, perdebatan mengenai topik tersebut kerapkali berlandaskan pada preferensi, sehingga argumen atau pendapat yang dilontarkan tidak terlalu kuat.
Padahal, rumus matematika dan fisika bisa digunakan sebagai landasan untuk menguatkan pendapat apakah bubur sebaiknya diaduk atau tidak. Melalui teori ini, Kawan akan meraih kemenangan telak untuk menjelaskan sebaiknya bubur diaduk atau tidak.
Ini membuktikan, pemahaman teori bidang eksakta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, sekecil untuk urusan menikmati makanan.
Alif Hijriah (29), pemilik akun Instagram @aliftowew, membagikan eksperimen sederhana yang bikin kita mikir bahwa menikmati bubur ayam juga bisa dilihat dari kacamata sains.
Lulusan Magister Matematika ITB ini menggunakan tiga pendekatan, yakni panas, kombinasi rasa, dan entropi untuk menjawab pertanyaan, “apakah sebaiknya bubur diaduk atau tidak diaduk?” ini.
1. dari Segi Panas: Bubur Diaduk Hangatnya Lebih Merata
Pertama, Alif melihat bagaimana fenomena penyebaran panas dalam semangkuk bubur. Dengan rumus konduksi panas, ia bandingkan dua kondisi:
- bubur diaduk menghasilkan perpindahan panas mencapai 45 Joule,
- sedangkan bubur tidak diaduk hanya 19 Joule.
Ini artinya, bubur yang tidak diaduk memiliki tingkat perpindahan panas yang kecil. Akibatnya, panas pada bubur tidak merata. Oleh karena itu, lapisan bubur di bagian bawah biasanya masih terasa panas meskipun suhu di permukaan bubur telah mengalami penurunan.
“Artinya panas berpindah 40 persen lebih banyak kalau (bubur) diaduk. Jadi kalau diaduk itu suhunya seragam, nyaman dimakan. Tapi kalau enggak diaduk, masih panas banget. Ada yang udah panas banget, ada yang udah dingin banget,” ungkapnya sebagaimana dikutip dari Tempo.
Ragam Bubur Ayam Nusantara: Satu Hidangan, Berjuta Cita Rasa
2. dari Segi Kombinasi Rasa: Banyak Pilihan Rasa Tiap Suapan
Dari segi rasa, Alif memperhitungkan kenikmatan yang dirasakan saat bubur tidak diaduk. Ambil contoh jika semangkuk bubur ada enam bahan pugasan (topping), yakni ayam, sambal, kacang, daun bawang, kerupuk, dan kecap.
Dengan rumus kombinasi, ia mengungkap ada 63 kemungkinan rasa berbeda yang dihasilkan dalam satu mangkuk jika tidak diaduk. Sebab, dalam satu sendok makan bubur, sangat jarang pugasan itu dapat turut serta seluruhnya jika tanpa diaduk.
Menurutnya:
- jika tidak diaduk, setiap sendokan bisa berbeda: bisa agak dominan ayam, sambal, kerupuk, atau campuran lain.
- Sementara itu, jika diaduk, setiap suapan menghasilkan rasa yang konsisten karena semua tercampur rata.
“Artinya kalau enggak diaduk, rasanya itu seperti kita berpetualangan rasa. Sendokan pertama bubur ayam sambal. Sendokan kedua bubur kerupuk daun bawang. Dan beda-beda gitu ya,” katanya.
Bubur Sagu Ubi, Makanan Tradisional yang Patut Dicoba Ketika Datang ke Maluku
3. dari Segi Entropi Rasa: Stabil atau Dinamis?
Pendekatan ketiga, entropi, dipakai untuk mengukur seberapa variatif pengalaman makan bubur. Entropi berkaitan dengan penyebaran energi dalam sistem.
Sebagaimana dilansir dari laman UGM, entropi—dalam hal ini informasi—mengukur seberapa banyak “kejutan” atau ketidakpastian yang terkandung dalam sebuah peristiwa. Semakin besar ketidakpastian, semakin tinggi entropinya.
Hasilnya:
- bubur tidak diaduk menghasilkan entropi sekitar 2,32 bit.
- Sementara itu, bubur diaduk sekitar 0 bit.
Artinya, bubur tidak diaduk berpotensi menghasilkan entropi rasa yang tinggi karena kejutan rasa yang dihasilkan dari tiap suapan.
“Kalau diaduk itu rasanya stabil, kalau nggak diaduk rasanya itu dinamis dan tak tergugah.”
Stabil di sini berarti rasa hampir tidak berubah dari sendok ke sendok.
Bubur Mengguh, Makanan Tradisional dari Bali yang Dulunya Disajikan Saat Upacara Adat
Cara Makan Menunjukkan Karakter?
Rumus di atas hanyalah rasionalisasi. Lagi-lagi, tim bubur diaduk atau tidak aduk kembali pada preferensi masing-masing. Sebab, ada yang lebih menyukai kenyamanan dan ada pula yang lebih suka tantangan.
“Kalau teman-teman sukanya yang kenyamanan, efisiensi, stabil, dan tidak suka kejutan, nah lebih baik buburnya diaduk aja. Tapi kalau teman-teman suka orangnya itu dinamis, kejutan, pengen pengalaman rasa yang lebih kompleks, nah itu jangan diaduk,” imbuh Alif.
Melacak Bubur Ase, Kuliner Tradisional Kaya Rempah yang Langka dari Betawi
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News