legenda batu karang nini yang menyimpan kisah kesetiaan abadi di tepi laut - News | Good News From Indonesia 2025

Legenda Batu Karang Nini yang Menyimpan Kisah Kesetiaan Abadi di Tepi Laut

Legenda Batu Karang Nini yang Menyimpan Kisah Kesetiaan Abadi di Tepi Laut
images info

Pantai Karang Nini dikenal memiliki sepasang batu karang yang berhadap-hadapan. Ternyata kedua batu karang ini memiliki legenda yang sudah terkenal di kalangan masyarakat Desa Emplak, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Untuk mengetahui kisah dibalik tempat wisata indah ini, kawan dapat menyimak artikel berikut.

Kisah Legenda Batu Karang Nini

Dahulu di Desa Karang Tunjang, atau yang sekarang dikenal sebagai Desa Emplak, hiduplah sepasang suami istri bernama Aki Ambu Kolot dan Nini Arga Piara.

Mereka sudah menikah puluhan tahun namun belum juga dikaruniai momongan. Meskipun begitu, keduanya tetap hidup dengan akur dan damai serta menyayangi satu sama lain.

Sehari-harinya, Aki Ambu Kolot bekerja sebagai pelaut yang memancing ikan mulai menjelang malam hingga sore esok harinya. Hasil pancingannya akan dijual ke pasar dan sisanya dijadikan ikan asin lalu dimasak oleh Nini.

Pada suatu sore, Aki tengah bersiap-siap ke laut namun dengan kondisi tubuh yang lemas. Meskipun kurang enak badan, Aki berkeras untuk tetap berangkat melaut. Melihat hal itu, Nini langsung menasehati Aki agar tetap tinggal di rumah dan tidak melaut kali ini.

"Aki, sebaiknya Aki beristirahat saja dulu di rumah. Bukankah Aki sedang tidak enak badan?" ujar Nini. 

Mendengar itu, Aki membalas dengan suara serak. "Tidak apa-apa, Ni. Kalau Aki tidak memancing satu hari saja, badan Aki terasa pegal-pegal. Lagipula, persediaan makanan untuk besok juga sudah habis."

Nini merasa alasan suaminya tersebut cukup masuk akal. Persediaan makanan mereka memang sudah habis dan besok bisa jadi harus menahan lapar. Setelah mempertimbangkan, Nini pun mengizinkan suaminya pergi melaut.

"Baiklah, Ki. Tapi janganlah terlalu memaksakan tenaganya. Jika sudah lelah, cepatlah pulang," ujar Nini dengan penuh perhatian.

"Baik, Ni. Aki akan segera pulang jika sudah memperoleh ikan yang cukup untuk persediaan besok," ucap Aki sambil mengecup kening Sang Istri.

Aki pun pergi berangkat memancing dengan perahunya. Sesampainya di laut, kakek tua renta itu melemparkan kailnya yang telah diberi umpan. Dengan sabar, ia menunggu ikan sambil bersiul-siul. Hari berganti gelap, namun hingga saat itu Aki belum mendapatkan ikan satupun.

Oleh karenanya, Aki mulai mengayuh perahunya ke tempat lain, berharap mendapatkan ikan. Namun hingga laurt malam, tak ada seekor ikan pun yang didapatkan Aki.

Malam berganti pagi, ayam jantan pun berkokok, Nini Arga masih menunggu Aki di rumahnya. Namun hari itu, Aki juga belum ada kabar.

"Hari sudah pagi, tapi kenapa Aki belum pulang juga?" Nini Arga bergumam. "Tak biasanya Aki pulang sampai siang begini. Ah, mungkin Aki ketiduran di atas perahunya karena kecapaian," ujarnya dalam hati.

Sembari menunggu suaminya, Nini mengerjakan pekerjaan rumah mulai dari membereskan rumah hingga mencuci pakaian. Pagi menjelang siang, Sang Suami tak kunjung pulang. Nini pun semakin cemas dan gelisah. Sore hari tiba, namun Aki belum juga pulang.

Pada akhirnya, Nini memutuskan mencari Aki di sekitar pantai. Hingga larut malam, Aki tak kunjung ditemukan. Nini tidak cepat putus asa dan melanjutkan pencarian bersama warga. Setelah sehari penuh pencarian, hasilnya tetap nihil. Dengan sedih, Nini pun berdoa sendiri di ujung pantai.

"Ya, Tuhan! Pertemukanlah hamba kembali dengan suami hamba," ucapnya dengan khusyuk.

Tak lama kemudian, Tuhan mendengar doa Nini. Tiba-tiba sebuah batu karang mengambang muncul dihadapannya. Nini terkejut mendengar suara gaib yang menyapanya.

"Ketahuilah, Nini. Batu karang yang mengambang di hadapanmu itu adalah penjelmaan Aki Ambun. Jadi, janganlah kamu berharap Aki akan kembali hidup bersamamu," ujar suara gaib.

Mendengar hal tersebut, Nini sangat terkejut. Ia tidak menyangka suami yang dicintainya berubah menjadi batu karang. Ia pun duduk di atas batu karang dan mulai meneteskan air mata.

"Ya, Tuhan! Hamba amat mencintai Aki. Hamba ingin selalu bersamanya. Ubahlah wujud hamba menjadi seperti Aki!" pinta Nini kepada Tuhan.

Tuhan mendengar doa tersebut dan mengabulkannya. Langit seketika menjadi gelap, petir menyambar disertai hujan deras. Nini perlahan menjelma menjadi batu karang yang menghadap ke arah batu karang jelmaan suaminya. Batu karang tersebut berbentuk persis seperti tubuh Nini. 

Oleh masyarakat sekitar, batu karang tersebut dinamai Karang Nini, dan batu karang jelmaan Aki Ambu dinamai Bale Kambang (batu mengambang). Sepasang batu tersebut terus berdiri kokoh hingga berabad-abad lamanya. Sampai saat ini, batu karang itu dapat kita saksikan di Pantai Karang Nini.

Makna dan Nilai Moral dalam Legenda Karang Nini

Kisah "Legenda Batu Karang Nini" memberikan makna dan nilai moral bagi kita. Kisah Nini dan Aki dapat dijadikan sebagai contoh dan panutan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu sifat yang patut ditiru yaitu kesabaran dan kesetiaan yang dimiliki Nini. Ia dengan sabar selalu melayani suaminya hingga akhir hayat. Bahkan ketika suaminya menjelma menjadi batu karang, Nini rela tetap berada di samping Sang Suami dan bernasib sama sepertinya.

Sifat setia dan sabar yang dimiliki Nini dapat membentuk sikap setia kawan dan senasib di antara kita sesama manusia. Untuk itu, kita perlu menerapkan karakter ini dalam berhubungan dengan orang lain, terutama yang paling dekat dengan kita.

Baca Juga: Cerita Rakyat Jawa Timur, Legenda Asal Usul Telaga Buret di Tulungagung

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SH
AN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.