Kerja nyata DPMA IPB University melalui OVOC, berhasil membuka jalan ekspor 10 ton ubi jalar ke pasar Malaysia dan Singapura.
“Pangan lokal berdaya, petani unggul mendunia,” telah diwujudkan melalui sinergi Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim IPB dan OVOC sebagai akademisi bersama dengan para petani lingkar kampus, Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, serta swasta.
Melalui kegiatan ini, petani mengungkap bahwa telah meningkatkan nilai jual ubi jalar yang memang menjadi komoditas utama hasil pertanian di Kabupaten Bogor.
Hal ini disampaikan langsung oleh Mahfudin, salah satu petani mitra DPMA IPB University saat menghadiri pelepasan ekspor ubi di Agribussines and Technology Park IPB, pada Selasa, 22 Juli 2025.
“Alhamdulillah setelah saya menanam ubi, sebelumnya karena hasilnya dijual ke tengkulak biasa, nominal yang didapatkan tidak begitu signifikan. Mudah-mudahan dengan sudah diekspornya pada hari ini, saya dan petani mitra IPB bisa lebih giat lagi menanam komoditas ubi, kemudian angka yang di ekspor bisa lebih besar lagi dan menghasilkan petani sejahtera,” ujarnya.
Bagi Mahfudin, dampak dari sinergi ini sangat terasa. Sebelumnya, ia hanya menjual hasil panen kepada tengkulak dengan harga berkisar Rp1.000-Rp2.000 per kilogram.
Namun setelah pendampingan dan kerja sama dengan DPMA IPB, harga jualnya melonjak hingga Rp6.000 per kilogram.
Sinergi Multi Pihak dari Desa untuk Dunia
IPB melalui DPMA menggandeng pemerintah daerah, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan RI, PT Astra, dan PT Beleaf, untuk membuka jalan ekspor ubi jalar.
“Sinergi seperti ini akan terus kita pertahankan. Kami yakin, dengan kerja sama seperti ini, kita bisa mencukupi pangan dalam negeri dan juga ekspor,” ungkap Rektor IPB.
Baca juga: Dari Tanah Air ke Dunia: Komoditas Ekspor Andalan Indonesia
Kementerian Perdagangan pun ikut mendukung, dengan membuka akses pasar, dan melakukan promosi produk UMKM, serta menjodohkan produk lokal dengan permintaan global.
Melalui perjanjian perdagangan bebas dengan 33 negara, pemerintah siap mendukung IPB dan Indonesia dalam memasarkan produk pertanian ke pasar global.
Danu, sebagai CEO OVOC dan Alumni IPB University mengungkap bahwa semua stakeholder sangat mendukung terjalinnya kerja sama bersama petani, mulai dari hulu ke hilir.
Hasilnya, ekosistem OVOC dalam ekspor ubi ini telah menunjukkan adanya peningkatan ekonomi petani-petani mitra.
Langkah IPB tidak berhenti di ekspor bahan mentah. Saat ini DPMA juga mulai membangun kemitraan dengan pabrik dan perusahaan olahan ubi.
“Saat ini juga telah mulai bekerjasama dengan pabrik keripik, dan Sangkuriang juga. Untuk keripik ubinya, sehingga nanti akan ada produk olahan yang nanti bisa nanti kita jadikan brand sendiri, dari petani-petani desa. Kita mungkin akan mengekspor itu juga, olahannya” Tandas Danu.
Bukti Nyata IPB Hadir untuk Petani Indonesia
Melalui pendampingan dari hulu ke hilir, DPMA IPB University membuktikan bahwa inovasi kampus tidak berhenti sampai laboratorium. Bersama dengan OVOC, IPB menghadirkan alumni, fresh graduate, dan mahasiswa tingkat akhir, yang terjun langsung dalam mengabdikan diri pada masyarakat.
Mereka berhasil membuka akses teknologi, pasar, dan pembiayaan, yang mendorong eksplorasi potensi produk pertanian lokal yang unggul dan berdaya saing di pasar global.
Baca juga: Ekspor Kopi Indonesia Tembus USD 1,64 Miliar di 2024, Lampung Jadi Kontributor Utama
Ekspor 10 ton ubi jalar dari lima desa di Kabupaten Bogor, termasuk dari Desa Sejahtera Astra, menjadi tonggak awal. Di balik keberhasilan ekspor ini, tersimpan potensi besar dari ribuan desa di Indonesia yang menanti disentuh oleh inovasi, sinergi, dan keberanian untuk melangkah lebih jauh.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News