jejak alam suara desa pelatihan geopark di negeri atas angin bersama dinas kebudayaan dan pariwisata menggali nilai bumi menanamkan cinta alam di hati masyarakat - News | Good News From Indonesia 2025

Pelatihan Geopark di Negeri Atas Angin dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata: Gali Nilai Bumi, Tanamkan Cinta Alam pada Masyarakat

Pelatihan Geopark di Negeri Atas Angin dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata: Gali Nilai Bumi, Tanamkan Cinta Alam pada Masyarakat
images info

Suasana Balai Desa Deling pagi itu terasa berbeda, Rabu (23/7/2025). Kursi-kursi telah tertata rapi, layar proyektor menyala, dan para peserta dari berbagai unsur masyarakat Desa Deling mulai dari perangkat desa, Pokdarwis, hingga mahasiswa KKN-TK Universitas Bojonegoro duduk menyimak dengan antusias.

Pelatihan bertema geopark yang dipaparkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro ini menjadi ruang belajar bersama tentang pentingnya menjaga, mengelola, dan mengembangkan potensi wisata berbasis geologi dan budaya lokal.

Acara dimulai dengan sambutan dari Pj Kepala Desa Deling, Lantip. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya kesadaran kolektif masyarakat dalam menjaga keberlangsungan kawasan wisata Negeri Atas Angin yang telah dikenal luas.

“Jangan sampai geopark ini menjadi terbengkalai dan tidak terurus,” ucapnya tegas.

Dirinya menambahkan bahwa Desa Deling memiliki potensi penunjang wisata yang sangat kaya. Namun, masih banyak yang belum maksimal dalam pengelolaannya.

Tim KKN-T IPB 2025 Perkenalkan Selai Salak kepada Masyarakat Desa Ambal, Bisa Tahan Lama

Ia berharap pelatihan ini dapat membuka wawasan dan menjadi pemicu semangat baru bagi masyarakat, khususnya kelompok sadar wisata.

Selanjutnya, perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro menyampaikan materi inti mengenai konsep geopark, fungsi pelestarian geodiversity, dan pentingnya sinergi kelembagaan lokal dalam membangun sektor pariwisata. Ia menekankan bahwa pengembangan wisata tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri.

“Dalam usahanya dalam mengelola wisata atas angin harus berkesinambungan antara Pokdarwis dan BUMDes,” ujarnya.

Kolaborasi yang kuat antara dua unsur ini dinilai menjadi fondasi penting untuk menciptakan wisata yang berkelanjutan dan berdampak langsung bagi ekonomi masyarakat desa.

Setelah pemaparan materi, sesi diskusi dibuka dan menjadi ruang interaktif yang hangat. Perwakilan Pokdarwis mempertanyakan tantangan riil yang mereka hadapi di lapangan. Contohnya, iklim panas yang menyulitkan proses penghijauan kawasan wisata.

“Sangat panas, bagaimana kita mengelola dan menanam pohon itu bisa hidup dan cepat tumbuh, yang cocok dengan kondisi cuaca di situ?” tanyanya.

Pertanyaan ini mengarah pada diskusi yang lebih dalam tentang jenis vegetasi lokal yang tahan panas dan cara merawatnya agar mampu menunjang estetika dan ekosistem kawasan wisata.

Menjawab pertanyaan tersebut, narasumber dari Disbudpar memberikan penjelasan bahwa selain faktor teknis, pengembangan kawasan wisata juga sangat bergantung pada aspek sosial.

“Dalam meningkatkan wisata harus meningkatkan juga dari segi kesadaran masyarakat, dan itu membutuhkan waktu yang lama,” jelasnya.

Menurutnya, pembangunan fisik hanyalah satu bagian dari proses panjang. Yang lebih penting adalah membangun rasa memiliki dan cinta terhadap lingkungan dari dalam diri masyarakat itu sendiri.

Pelatihan ini juga melibatkan mahasiswa KKN-TK 20 Universitas Bojonegoro yang turut memaparkan hasil pengamatan mereka selama dua minggu berada di Desa Deling.

Mereka menyampaikan potensi dan permasalahan yang ditemukan di Negeri Atas Angin, serta memberikan beberapa usulan pengembangan sederhana tetapi aplikatif. Misalnya penambahan papan informasi geosite, sistem kebersihan terpadu, hingga pelatihan fotografi wisata untuk pemuda desa.

Presentasi ini disambut baik oleh peserta dan memantik diskusi lebih lanjut mengenai pengelolaan geopark berbasis partisipatif.

Genpeta KKN-T IPB, Sosialisasi Pencegahan Kenakalan Remaja demi Generasi Tangguh dan Cemerlang

Kegiatan yang berlangsung hampir 3 jam ini ditutup dengan refleksi bersama. Para peserta menyepakati bahwa pengembangan wisata bukan hanya soal mempercantik lokasi, tetapi juga tentang membangun pengetahuan, kepedulian, dan tanggung jawab bersama.

Pelatihan ini menjadi langkah kecil namun berarti dalam upaya mewujudkan desa wisata yang hidup, lestari, dan berdaya saing.

Dengan semangat “menggali nilai bumi, menanamkan cinta alam di hati masyarakat”, pelatihan geopark di Desa Deling ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antar pihak pemerintah, masyarakat, dan akademisi dapat menjadi fondasi kuat untuk masa depan wisata yang inklusif dan berkelanjutan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SD
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.