Tim KKN-T IPB 2025 memperkenalkan inovasi produk selai buah salak pada warga. Kegiatan yang dilaksanakan pada 22 Juli 2025 bertempat di Dusun Klesem, Desa Ambal, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Kegiatan ini dihadiri oleh kelompok ibu rumah tangga yang sebagian besar memiliki lahan yang ditanami salak dan memanfaatkannya sebagai sumber penghasilan tambahan.
Para masyarakat bercerita bahwa buah salak yang mereka produksi di Desa Ambal masih dijual sebagai buah segar sehingga harga yang dijual tidak terlalu tinggi. Terlebih ketika segmentasi pasar para petani masih terbatas pada pasar lokal di tingkat kabupaten.
Ketika pasokan salak membludak, harga salak bisa sampai turun drastis. Selain itu, buah salak yang dijual segar tentu saja akan cepat mengalami stase overripe, bahkan membusuk, sehingga buah salak harus cepat dijual agar petani tidak mengalami kerugian.
Karena itu, masyarakat pun juga mengeluhkan sisa-sisa buah salak yang tidak lagi bisa dijual utuh.
“Kalau buahnya sudah mulai menghitam, tidak bisa diapa-apakan lagi jadi akhirnya ya saya buang,” ujar salah satu peserta yang hadir pada demonstrasi pembuatan selai salak.
Genpeta KKN-T IPB, Sosialisasi Pencegahan Kenakalan Remaja demi Generasi Tangguh dan Cemerlang
Para masyarakat berharap buah salak yang mereka produksi bisa ditambah nilai jualnya dan bisa memiliki daya simpan yang cukup panjang.
Selai salak dipilih sebagai inovasi produk karena dinilai memiliki berbagai aspek yang menguntungkan. Inovasi ini diperkenalkan kepada masyarakat dengan harapan dapat menambah nilai jual salak. Salah satunya adalah dengan proses pembuatan yang mudah, yakni salak, gula pasir, gula aren, rempah-rempah seperti cengkeh dan kayu manis, serta penambahan pengawet alami yaitu jeruk nipis yang mengandung asam sitrat.
Sebagai informasi, jeruk nipis memang banyak digunakan untuk produk buah-buahan.
Alat-alat yang digunakan juga cukup sederhana, misalnya wajan, spatula, pelumat (blender/cobek), piring, sendok, dan lain-lain. Selain itu, produk selai bisa memiliki masa simpan yang cukup lama tanpa harus melewati proses pasteurisasi ataupun sterilisasi seperti produk buah lainnya.
Ini dikarenakan produk selai sudah mengandung banyak asam baik dari buah maupun tambahan asam sitrat dari jeruk nipis.
Produk selai juga memiliki kandungan air yang sangat minim, sehingga bakteri pembusuk makanan akan butuh waktu lebih lama untuk berkembang.
Program pembuatan selai salak ini juga mendukung beberapa poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals (SDGs)). Poin 12 yaitu Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab (Responsible Consumption and Production) menjadi salah satu poin dari tujuan program ini.
Hal ini dikarenakan pembuatan selai salak ini akan mengurangi jumlah limbah pertanian, terlebih jika terdapat banyak buah yang cacat sehingga tidak bisa dijual sebagai buah segar.
Delegasi IPB Tingkatkan Literasi Keuangan Ibu-Ibu Leang Leang lewat KKN Kebangsaan XIII
Selain itu, nomor 5 yaitu Kesetaraan Gender (Gender Equality). Sebab, program ini berkontribusi pada kesetaraan gender dengan membuka peluang usaha untuk ibu rumah tangga sehingga bisa memiliki penghasilan mandiri.
Pembuatan selai salak tidak hanya mengurangi limbah salak yang tidak terjual, tetapi juga menambah peluang usaha rumahan bagi masyarakat. Selain manfaat ekonomi, selai salak juga bisa memberikan dampak positif kepada masyarakat, terutama ibu rumah tangga.
Inovasi sederhana ini dapat menjadi pondasi kuat untuk pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal di Desa Ambal dan sekitarnya. Ini dapat dicapai melalui pelatihan lanjutan, dukungan pemasaran, dan kolaborasi dengan pelaku UMKM lokal. Dengan demikian, produk selai salak dapat masuk ke pasar yang lebih luas, termasuk pasar online atau e-commerce.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News