Indonesia Emas adalah visi yang diprakarsai pemerintah Indonesia saat bangsa menginjak usia ke-100 tahun. Harapannya pada tahun tersebut Indonesia sudah maju secara signifikan dalam bidang ekonomi sampai pendidikan.
Pemerintah meyakini cita-cita itu akan tercapai, salah satu faktor intinya ialah bonus demografi. Pada 2030-an, diprediksi fenomena tersebut bisa tercipta yang membuat Indonesia memiliki mayoritas penduduk usia produktif dan bisa berdampak ke arah pembangunan yang lebih baik.
Dalam menanggapi gagasan itu, orang-orang Indonesia pun ada yang optimistis tapi tak sedikit juga yang pesimistis. Salah satu yang merasa pesimistis ialah kreator konten populer, Alwi Johan Yogatama alias Alwijo. Menurutnya Indonesia berpotensi hancur pada 2045 mendatang. Apa alasannya?
Hancur
Alwi tak sekadar asal bunyi saat menyebut Indonesia bakal hancur pada 2045. Ia merasa harus ada yang perlu diperbaiki dari sistem pemerintahan dan pola pikir masyarakatnya.
“Apabila pemerintahannya tidak becus, apabila masyarakatnya dipelihara kebodohannya, apabila sejarah dikubur-kubur, sejarah yang selama ini disembunyikan tidak diungkap, saya rasa Indonesia akan hancur,” ucap Alwi kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Sebagai pencinta sejarah, Alwi merasa nilai-nilai memupuk ingatan sejarah harus ditanamkan dalam menyongsong masa depan. Karena kalau tidak, sejarah akan berulang dan akan menimbulkan luka yang sama pada kemudian hari.
“Siapa yang tidak mempelajari sejarah maka akan dikutuk untuk mengulanginya dan ketika kita tidak menengok luka itu, tidak untuk duduk bersama luka itu, saya yakin kita akan dikutuk mengulangi sejarah, kata Alwi.
Goebbels dan Suharto
Adapun sebagai pencinta sejarah dan pembaca buku yang akut, Alwi memiliki tabungan profil tokoh-tokoh sejarah yang sudah dibaca serta dipahaminya. Jika berandai bisa bertemu dengan satu tokoh sejarah luar negeri, Josep Goebbels lah yang ingin ia temui.
Joseph Goebbels sendiri adalah tangan kanan pemimpin Partai Nazi, Adolf Hitler. Kemampuannya dalam menyebarkan propaganda membuat menjadi tokoh penting yang membuat Nazi berkuasa di Jerman.
Di mata Alwi, Goebbels teramat lihai menyebarkan propaganda ke masyarakat. Dan jika bertemu, ia ingin mengorek bagaimana sang tokoh tersebut bisa membekali dirinya dengan kemampuan tersebut.
“Saya mau bertanya, ‘Kok bisa gitu? Apa teknik-teknik komunikasi yang bisa mencuci otak seluruh negara biar mengikuti aturan-aturan tolol kamu?’. Dan saya pengin belajar seperti itu untuk mengedukasi masyarakat yang uneducate,” jawab Alwi ketika diajak berandai oleh Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk mengenai tokoh sejarah yang ingin ia temui.
Selain Goebbels, Alwi juga berandai bertemu dengan satu tokoh dalam negeri yang tak asing lagi yaitu Suharto. Presiden kedua Republik Indonesia yang memimpin selama 32 tahun itu memang kaya kontroversi. Alwi pun cuma memiliki satu pertanyaan yaitu terkait keberadaan Widji Thukul.
Widji Thukul adalah seorang aktivis yang lantang menyuarakan kritiknya kepada pemerintahan Orde Baru pimpinan Suharto melalui puisi. Ia dikabarkan hilang dan tidak diketahui keberadaannya sejak 1998.
“Saya pengin mengajak dia duduk di warung kopi terus ajukan satu pertanyaan, ‘Di man Widji Thukul?’,” ungkap Alwi dengan senyum.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News