Transportasi umum Suroboyo Bus tidak sekadar menjadi alat mobilitas masyarakat, melainkan juga merupakan simbol pembangunan kota berkelanjutan yang mengedepankan kenyamanan, keamanan, dan inklusivitas.
Sebagai motor penggerak mobilitas kota, Suroboyo Bus memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta mendukung pertumbuhan ekonomi Surabaya secara berkelanjutan.
Hasil penelitian terbaru dari Tim Riset SDG’s Universitas Airlangga menunjukkan bahwa upaya penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), perbaikan fasilitas pendukung, serta peningkatan kolaborasi11 lintas sektor menjadi faktor kunci dalam revitalisasi layanan ini.
Penelitian ini sejalan dengan sasaran tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), seperti poin 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, poin 10 tentang pengurangan ketimpangan, poin 11 mengenai kota dan permukiman yang berkelanjutan, poin 13 terkait penanganan perubahan iklim, dan poin 17 tentang kemitraan global.
Dalam rangka memperkuat langkah tersebut, digelar Forum Focus Group Discussion bertemakan “Transformasi SDM Suroboyo Bus: Strategi Penguatan Pelatihan, Aksesibilitas, dan Keselamatan” pada Senin, 14 Juli 2025.
Forum ini menjadi momentum penting untuk berdiskusi langsung dengan berbagai pihak terkait, mulai dari pengelola dan akademisi serta diharapkan mampu menghasilkan rekomendasi kebijakan yang konkret dan implementatif.
Hasil temuan lapangan menunjukkan adanya sejumlah tantangan yang perlu segera diatasi. Antara lain, kurang optimalnya pelaksanaan pelatihan operasional, fasilitas halte yang kurang memadai, serta perlengkapan keselamatan yang belum sepenuhnya memenuhi standar.
Oleh karena itu, rekomendasi kebijakan yang diusulkan meliputi penguatan kolaborasi dengan pihak ketiga, standarisasi layanan yang inklusif, serta penataan ulang halte agar lebih aman dan nyaman bagi semua penumpang.
Selain itu, perluasan pelatihan yang melibatkan komunitas disabilitas dan tenaga profesional menjadi langkah strategis guna memastikan bahwa seluruh petugas mampu memberikan pelayanan yang ramah, aman, dan inklusif. Faiz, salah satu anggota tim riset, menegaskan bahwa penguatan SDM dan kolaborasi lintas sektor menjadi pondasi utama dalam proses transformasi tersebut.
“Kita harus memastikan petugas Suroboyo Bus memahami kebutuhan khusus penumpang rentan, seperti tuna netra, tuna rungu, lansia, hingga ibu hamil dan anak-anak. Pelatihan berkelanjutan, termasuk pelatihan inklusif, sangat penting dilakukan agar layanan transportasi ini benar-benar ramah dan aman untuk semua,” ujarnya.
Lebih jauh, peneliti menekankan perlunya penerapan regulasi yang ketat, termasuk mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 29/2015, sebagai pedoman baku dalam aspek keselamatan dan pelayanan.
Pola kolaborasi yang kuat antara Pemerintah Kota Surabaya melalui UPTD Pengelola Transportasi Umum dan Dinas Pemadam Kebakaran juga menjadi faktor penting untuk menjamin keberlangsungan standar keselamatan. Penyediaan alat pemadam api ringan (APAR) yang mudah diakses dalam setiap armada juga harus menjadi prioritas.
Kawan GNFI, transformasi layanan Suroboyo Bus bukan hanya tentang peningkatan infrastruktur atau pelatihan teknis semata. Lebih dari itu, ini adalah tentang menghadirkan layanan yang humanis dan berkeadilan, dimulai dari sumber daya manusia, fasilitas, hingga kolaborasi aktif semua elemen terkait.
Dengan sinergi yang baik, Surabaya dapat menjadi contoh kota yang mampu mengintegrasikan moda transportasi umum yang berkelanjutan, inklusif, dan ramah lingkungan.
Transformasi ini juga akan mendukung pencapaian berbagai indikator SDGs, seperti pengurangan ketimpangan dan penanganan perubahan iklim, sekaligus memperkuat citra kota sebagai kota pintar dan berdaya saing global.
Jika seluruh pemangku kepentingan senantiasa bekerja sama dan berkomitmen, bukan tidak mungkin Surabaya dengan Suroboyo Bus akan menjadi pelopor transportasi berkelanjutan yang mampu memberi manfaat luas bagi masyarakat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News