Di era digital yang serba cepat ini, kesehatan mental menjadi persoalan yang sangat penting. Memang tidak dapat disangkal bahwa era digital saat ini banyak memberikan kemudahan bagi kita dalam mengakses informasi dan konektivitas. Misalnya, kita bisa bekerja dari mana saja, terhubung dengan teman atau sanak saudara yang lintas negara bahkan benua, serta bisa mendapatkan berita dalam hitungan detik saja.
Namun, di balik kemudahan itu, terdapat sisi gelap yang perlu kita waspadai. Tanpa disadari, gempuran informasi yang tidak putus, perbandingan diri dengan orang lain di media sosial, hingga ketakutan ketinggalan (FOMO) bisa memicu Dampak negatif. Ini tentu saja berpengaruh pada kesehatan mental kita.
Tenang, Kawan GNFI tidak perlu risau. Simak artikel ini sampai selesai karena akan membagikan tips praktis dalam menjaga keseimbangan kesehatan mental di era digital yang serba cepat ini.
Baca juga: Self-Care di Era Digital: Cara Menjaga Kesehatan Mental dari Paparan Media Sosial
Tips Jaga Keseimbangan Kesehatan Mental di Era Digital yang Serba Cepat
Batasi Waktu Layar: Bukan Puasa, tapi Diet Digital
Bayangkan gawai sebagai perut. Jika terus diisi tanpa henti, maka perut akan kembung bukan? Nah, begitu juga dengan otak kita. Membatasi waktu layar bukanlah hukuman melainkan diet sehat untuk mata dan juga pikiran.
Menurut Rahmah 2025, ledakan notifikasi dapat menimbulkan kebingungan, kecemasan, bahkan stres kognitif.
Kawan GNFI bisa lakukan ini dengan cara instropeksi terlebih dahulu terkait waktu yang dihabiskan dalam menggunakan gawai. Kawan bisa manfaatkan fitur digital weilbeing di gawai untuk mengetahui waktu tersebut dan mulai kurangi secara bertahap.
Kemudian, tentukan zona bebas gawai misalnya pada waktu-waktu tertentu seperti saat sarapan, sebelum tidur, atau pada area tertentu di rumah.
Fokus pada Koneksi Nyata (Real-life Connection): Layar Mati, Hati Hidup
Perlu ditegaskan bahwa manusia merupakan makhluk sosial, bukan makhluk digital. Derasnya arus digital ini seharusnya semakin mendekatkan, bukan malah menjauhkan dari orang-orang sekitar. Coba kita ingat-ingat berapa banyak obrolan makan malam yang terinterupsi oleh notifikasi?
Saatnya kini fokus pada koneksi nyata seperti meluangkan waktu berkumpul dengan teman lama, mengajak keluarga makan di luar tanpa gawai, atau bergabung dengan komunitas hobi di dunia nyata.
Tatapan mata, sentuhan tangan, dan tawa lepas yang terdengar langsung, tentunya jauh lebih menyehatkan daripada sekadar emotikon di layar.
Latihan “Detoks Digital” Periodik: Sesekali Hilang dari Radar
Pernahkah Kawan GNFI merasa harus selalu online? Rasanya seperti ada rantai tak terlihat yang mengikat ke dunia maya. Nah, coba sesekali, putuskan rantai itu. Detoks digital periodik ini berarti sengaja menghilang dari radar internet untuk sementara.
Melakukan detoks digital ini bisa dimulai dari yang kecil, misalnya satu jam tanpa notifikasi setiap malam, atau satu hari di weekend tanpa media sosial. Rasakan perbedaannya, Kawan GNFI mungkin akan terperangah betapa damainya dunia tanpa harus mengetahui update terbaru setiap menit.
Berdasarkan penelitian dari Ramadhan 2024, menemukan bahwa melakukan detoks digital secara signifikan dapat mengurangi depresi.
Saring Informasi dan Kurasi Konten: Jadilah Penjaga Gerbang Pikiranmu
Linimasa media sosial kita ibarat gerbang menuju pikiran. Jika dibiarkan terbuka lebar untuk semua hal, tidak heran jika sampah informasi dan konten negatif ikut masuk. Saatnya menjadi penjaga gerbang pikiran sendiri.
Hal yang harus Kawan GNFI lakukan yaitu dengan cara berhenti mengikuti akun-akun yang memicu kecemasan, rasa iri, atau kemarahan. Pandai memilah dan memilih berita dari sumber terpercaya dan batasi waktu membacanya.
Carilah konten yang menginspirasi, mendidik, atau sekadar menghibur tanpa membebani. Ingat, apa yang Kawan GNFI konsumsi secara digital akan membentuk suasana hati secara nyata.
Tetapkan Batasan Diri yang Jelas: Bukan Egois, tapi Mendesak
Di dunia yang selalu menyala ini, mudah sekali merasa harus selalu responsif. E-mail kantor di akhir pekan, grup chat yang tidak henti-henti, atau permintaan dari bos di luar jam kerja.
Menetapkan batasan diri yang jelas bukanlah sikap egois, melainkan sebuah keharusan demi kewarasan mental diri sendiri.
Kawan GNFI harus mulai belajar berkata tidak pada tuntutan yang melampaui batas waktu pribadi. Pisahkan waktu kerja dan waktu istirahat secara tegas.
Ingat, Kawan bukan robot yang harus siap 24 Jam. Waktumu adalah hakmu, dan mental sehatmu adalah prioritas.
Baca Juga: Mindfulness sebagai Kunci Kesehatan Mental di Era Digital
Hidup di zaman yang serba cepat ini memang sangat menguras tenaga dan hati kita. Pasalnya jika kita tidak bijak dalam menggunakannya, justru teknologi akan menjerumuskan kita pada hal yang berdampak negatif dan merugikan diri kita sendiri.
Oleh karena itu, menjaga keseimbangan kesehatan mental di era digital ini sangat penting karena kendali atas penggunaan teknologi adalah kunci hidup yang lebih seimbang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News