- Ditemukan 2 spesies baru katak bertaring di Kalimantan dengan ciri unik taring dan pola kulit khas.
- Sebelumnya juga ditemukan katak tanduk endemik di wilayah yang sama.
- Penemuan ini menunjukkan kekayaan biodiversitas Indonesia yang perlu dilindungi.
Tim peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bekerja sama dengan Aichi University of Education, Kyoto University, dan Universitas Palangkaraya, berhasil mengidentifikasi dua spesies baru katak bertaring di Pegunungan Meratus, Kalimantan.
Kedua spesies tersebut diberi nama Limnonectesmaanyanorumsp. nov. dan Limnonectesnusantarasp. nov., yang sebelumnya dianggap sebagai bagian dari kelompok Limnonectes kuhlii. Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Zootaxa pada 24 Januari 2025.
Punya Perbedaan Genetik dan Morfologis yang Signifikan
Untuk membedakan kedua spesies baru ini, tim peneliti menggunakan pendekatan integratif, menggabungkan analisis molekuler (gen 16S rRNA) dan kajian morfologi mendalam.
Hasilnya menunjukkan bahwa kedua katak ini memiliki perbedaan genetik dan morfologis yang signifikan, sehingga dapat dikategorikan sebagai spesies baru.
Profesor Amir Hamidy, herpetolog dari PRBE BRIN, menjelaskan bahwa penemuan ini memperkaya pemahaman tentang keanekaragaman herpetofauna Kalimantan.
Ia juga menekankan pentingnya konservasi habitat di Pegunungan Meratus, mengingat ancaman seperti kerusakan hutan, perubahan iklim, eksploitasi sumber daya alam, dan penyakit dapat mengancam kelangsungan hidup amfibi.
Ciri Khas dan Habitat Kedua Spesies
Spesies pertama yang berhasil diidentifikasi adalah Limnonectesmaanyanorumsp. nov. Katak ini ditemukan di kawasan Gunung Karasik, Kalimantan Tengah. Nama ilmiahnya sengaja dipilih untuk menghormati suku Dayak Maanyan, masyarakat adat yang telah lama mendiami wilayah tersebut.
Dalam bahasa lokal, katak ini dikenal dengan sebutan "Senteleng Watu" yang berarti katak batu. Secara morfologis, spesies ini memiliki ciri khas berupa struktur tulang yang menonjol seperti taring di bagian rahang bawah, terutama pada katak jantan. Selain itu, katak ini memiliki jari-jari yang berselaput penuh, kulit berbintil, serta pola warna yang khas yang membedakannya dari spesies lain.
Adapun spesies kedua adalah Limnonectesnusantarasp. nov. yang ditemukan di daerah Loksado dan Paramasan, Kalimantan Selatan. Nama "Nusantara" dipilih sebagai bentuk pengakuan terhadap identitas nasional Indonesia, sekaligus merujuk pada Ibu Kota Negara (IKN) baru yang terletak di Kalimantan.
Masyarakat setempat, khususnya suku Dayak Meratus, menyebut katak ini dengan nama "Lampinik". Secara fisik, spesies ini memiliki perbedaan yang cukup jelas dibandingkan dengan L. maanyanorum, terutama dalam hal ukuran taring dan pola bintil pada kulitnya. Kedua ciri ini menjadi pembeda utama antara kedua spesies katak bertaring tersebut.
Analisis filogenetik menunjukkan bahwa kedua spesies ini membentuk klad monofiletik (kelompok yang berasal dari nenek moyang yang sama) dengan dukungan statistik tinggi. Jarak genetik pada sekuens 16S rRNA juga membuktikan bahwa keduanya berbeda secara signifikan dari spesies Limnonectes lainnya.
Baca juga Kelinci Belang Sumatra yang Super Langka Tertangkap Kamera Peneliti UNP Padang
Penemuan Katak Tanduk di Kalimantan
Sebelum penemuan katak bertaring, para peneliti dari LIPI pada 2019 menemukan spesies baru katak tanduk di Kalimantan. Katak ini awalnya dianggap mirip dengan katak tanduk pinokio (Megophrysnasuta), namun analisis morfologi dan akustik membuktikan bahwa ia merupakan spesies berbeda.
Spesies katak tanduk baru yang diberi nama Megophryskalimantanensis ini ditemukan di beberapa lokasi berbeda, meliputi Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan dan Timur, serta di Bario (Sarawak) dan Crocker Range (Sabah, Malaysia).
Katak ini memiliki beberapa perbedaan mencolok jika dibandingkan dengan katak tanduk pinokio (Megophrysnasuta) yang sudah lebih dulu dikenal. Perbedaan utama terletak pada bentuk tanduknya yang lebih pendek di bagian moncong dan mata, serta adanya lipatan lateral tambahan pada tubuhnya.
Selain ciri morfologis tersebut, katak jantan dari spesies baru ini juga memiliki suara panggilan yang lebih bervariasi dan lebih panjang dibandingkan dengan katak pinokio. Penemuan penting ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Zootaxavol. 4679, menambah kekayaan daftar amfibi endemik Indonesia.
Penemuan katak bertaring (Limnonectes maanyanorum & L. nusantara) dan katak tanduk (Megophrys kalimantanensis) di Kalimantan membuktikan bahwa Indonesia masih menyimpan banyak keanekaragaman hayati yang belum terungkap. Perlindungan habitat dan penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk memastikan kelestarian spesies endemik ini.
Dengan terus berkembangnya ilmu biosistematika dan teknologi genetik, diharapkan lebih banyak lagi spesies baru yang akan ditemukan, memperkaya khazanah keanekaragaman hayati Indonesia sekaligus memperkuat upaya konservasi di masa depan.
Baca juga Pakar IPB University: 14 dari 15 Spesies Tarsius Dunia Ada di Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News