- Pohon murbei (Morus spp.) tidak hanya untuk industri sutra, tetapi juga memiliki kandungan bioaktif seperti DNJ dan flavonoid yang bermanfaat sebagai antidiabetes, antioksidan, dan bahan kosmetik anti-aging.
- Meskipun di Tiongkok murbei sudah lama dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional dan pangan, di Indonesia pemanfaatannya masih terbatas sebagai pakan ulat sutra.
- Ahli tanaman obat IPB menyarankan studi lebih mendalam dan peremajaan tanaman agar potensi murbei sebagai bahan herbal dan fungsional bisa dioptimalkan di Indonesia.
Pohon murbei, dengan nama ilmiah Morus spp., termasuk dalam famili Moraceae dan merupakan tanaman serbaguna yang telah dikenal sejak ribuan tahun.
Terdapat beberapa spesies murbei, seperti Morus alba (murbei putih), Morus nigra (murbei hitam), dan Morus rubra (murbei merah), yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda.
Tanaman ini berasal dari wilayah beriklim subtropis di Asia, terutama Tiongkok, sebelum menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Persebaran Tanaman Murbei
Murbei tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian 500-1.500 meter di atas permukaan laut, meskipun beberapa varietas dapat beradaptasi di dataran rendah.
Di Indonesia, tanaman ini banyak dibudidayakan di daerah seperti Cianjur (Jawa Barat), Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur, terutama untuk mendukung industri sutra.
Namun, di negara asalnya seperti Tiongkok, murbei tidak hanya dimanfaatkan sebagai pakan ulat sutra, tetapi juga sebagai tanaman obat dan bahan pangan.
Ciri Khas Pohon Murbei
Pohon murbei memiliki batang berkayu dengan tinggi mencapai 10-15 meter, tergantung spesiesnya. Daunnya berbentuk jantung atau oval dengan tepi bergerigi, berwarna hijau muda hingga tua, dan tersusun secara berseling.
Buah murbei tergolong buah majemuk, berbentuk bulat kecil dengan tekstur lunak saat matang. Warna buah bervariasi, mulai dari putih, merah, hingga ungu kehitaman, tergantung jenisnya. Rasa buahnya manis sedikit asam, dengan kandungan air yang tinggi.
Baca juga Pohon Maja atau Mojo, Tanaman Berbuah Pahit Asal-usul Kerajaan Majapahit
Segudang Manfaat Murbei
Khasiat Daun Murbei untuk Kesehatan
Sebuah studi dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry (2013) menyebutkan bahwa ekstrak daun murbei efektif dalam mengontrol hiperglikemia pada penderita diabetes tipe 2.
Selain itu, kandungan flavonoid dan polifenol dalam daun murbei juga memiliki sifat antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas, mengurangi peradangan, dan mencegah kerusakan sel.
Sumber Nutrisi dan Anti-Aging
Penelitian dalam Food Chemistry (2016) mengungkapkan bahwa antosianin dalam buah murbei hitam (Morus nigra) memiliki efek antioksidan yang lebih kuat dibandingkan varietas murbei lainnya.
Senyawa ini juga berpotensi mencegah penuaan dini dengan melindungi kulit dari paparan sinar UV dan stres oksidatif. Selain itu, buah murbei mengandung serat tinggi yang baik untuk pencernaan dan membantu menurunkan kolesterol jahat (LDL)
Pemanfaatan Murbei dalam Industri Pangan dan Farmasi
Di beberapa negara, murbei telah diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti teh herbal, suplemen antidiabetes, dan ekstrak kosmetik.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Korea (KFDA) bahkan telah menyetujui penggunaan ekstrak daun murbei sebagai bahan aktif dalam produk kesehatan untuk mengontrol gula darah.
Sementara itu, di Jepang, buah murbei dijadikan bahan pewarna alami dan campuran minuman fungsional karena kandungan nutrisinya yang tinggi.
Belum Dimanfaatkan Maksimal
Menurut Prof. Sandra Arifin Aziz, ahli tanaman obat dari Fakultas Pertanian IPB University, murbei memiliki potensi besar di bidang kesehatan, meskipun pemanfaatannya di Indonesia masih terbatas.
"Tanaman murbei yang selama ini dikenal sebagai pakan ulat sutra, ternyata menyimpan banyak manfaat medis," ujarnya dikutip dari IPB Today.
Di Tiongkok, daun murbei telah lama digunakan sebagai obat tradisional untuk menurunkan tekanan darah, mengontrol diabetes, meningkatkan fungsi hati, serta memperbaiki kesehatan mata, ginjal, dan kulit.
Prof. Sandra menjelaskan bahwa daun murbei mengandung senyawa aktif seperti deoxynojirimycin (DNJ), yang berperan sebagai antidiabetes, serta flavonoid dengan sifat antioksidan kuat.
"Daunnya bisa dikeringkan dan diseduh seperti teh, sementara bagian lain seperti kulit batang, buah, dan akar juga memiliki khasiat, meski belum banyak dimanfaatkan di Indonesia," tambahnya.
Peluang Pengembangan Murbei di Indonesia
Salah satu faktor yang menyebabkan murbei belum populer sebagai tanaman obat di Indonesia adalah statusnya sebagai tanaman introduksi.
Berbeda dengan di Tiongkok, di mana murbei telah terintegrasi dalam pengobatan tradisional selama berabad-abad, masyarakat Indonesia lebih mengenalnya sebagai tanaman pendukung industri sutra dan pakan ternak.
Prof. Sandra menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk mengungkap potensi bioaktif murbei. "Kita perlu mendorong studi mendalam agar tanaman ini bisa dimanfaatkan secara optimal, baik sebagai obat herbal maupun bahan pangan fungsional," ujarnya.
Ia juga menyarankan agar dilakukan peremajaan tanaman murbei di Indonesia agar produktivitasnya tetap terjaga, mengingat di negara lain, murbei bisa berumur hingga ratusan tahun.
Baca juga Kepuh atau Kelumpang, Pohon Asli Indonesia yang Baunya Busuk
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News