Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk memperpanjang waktu negosiasi terkait kebijakan tarif impor yang diusulkan AS.
Perundingan akan berlangsung intensif selama tiga minggu ke depan untuk mencari solusi yang saling menguntungkan.
Keputusan ini diambil setelah pertemuan bilateral antara Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan Kepala Perwakilan Dagang AS (USTR) Jamieson Greer di Washington D.C.
Pertemuan ini menjadi langkah penting menyusul rencana AS memberlakukan tarif impor sebesar 32% terhadap produk Indonesia mulai 7 Juli 2025.
Airlangga menegaskan komitmen kedua negara untuk menjaga stabilitas hubungan dagang.
"Kami menyambut baik proses negosiasi yang konstruktif ini dan yakin dapat mencapai titik temu yang adil," ujarnya.
Baca juga Danantara Berhasil Bawa Investasi Energi Hijau Senilai Rp162 Triliun dari Arab Saudi
Pembahasan mencakup berbagai isu strategis, termasuk tarif, hambatan non-tarif, ekonomi digital, serta kerja sama investasi dan keamanan ekonomi. Salah satu fokus utama adalah potensi kerja sama di sektor mineral kritis.
AS menyatakan minat besar untuk memperkuat kemitraan dalam pengolahan nikel, tembaga, dan kobalt—komoditas yang melimpah di Indonesia.
"Indonesia memiliki sumber daya mineral kritis yang signifikan, dan kami melihat peluang besar untuk kolaborasi yang saling menguntungkan," tambah Airlangga.
Pertemuan ini juga dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi Kemenko Perekonomian, menunjukkan keseriusan Indonesia dalam perundingan ini.
Kesepakatan untuk melanjutkan negosiasi mencerminkan keinginan kedua negara untuk mempertahankan hubungan dagang yang kuat sekaligus mengatasi tantangan kebijakan perdagangan terkini.
Hasil perundingan ini akan menjadi penentu arah kerja sama ekonomi kedua negara di masa depan.
Baca juga KEK Sanur Dibuka! Solusi Rp250 Triliun Devisa Bocor karena Warga RI Berobat ke Luar
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News