- Masjid Saka Tunggal merupakan salah satu masjid tertua yang ada di Banyumas, Jawa Tengah.
- Terdapat sebuah legenda yang menceritakan tentang asal usul monyet yang banyak dijumpai di Masjid Saka Tunggal Banyumas tersebut.
Masjid Saka Tunggal merupakan salah satu masjid tertua yang ada di daerah Desa Cikakak, Banyumas, Jawa Tengah. Terdapat sebuah cerita legenda yang menceritakan tentang keberadaan monyet yang sering muncul di sekitar Masjid Saka Tunggal Banyumas tersebut.
Bagaimana cerita lengkap dari legenda monyet di Masjid Saka Tunggal ini?
Legenda Monyet di Masjid Saka Tunggal Banyumas
Dilansir dari buku Wahyu Setyorini dan Tim Wong Indonesia Nulis yang berjudul 78 Legenda Ternama Indonesia, pada zaman dahulu Kiai Mustholih mendirikan sebuah masjid di daerah Desa Cikakak, Banyumas. Masjid tersebut dia beri nama Masjid Saka Tunggal.
Masjid ini menjadi pusat penyebaran agama Islam di daerah Desa Cikakak dulunya. Di masjid ini Kiai Mustholih memberikan ajaran terkait agama Islam kepada masyarakat luas.
Tidak heran banyak santri yang berdatangan ke masjid tersebut untuk menuntut ilmu kepada sang kiai. Santri yang datang tidak hanya berasal dari Banyumas saja, tetapi dari berbagai daerah lainnya.
Pada suatu hari, para santri tengah berkumpul menjelang waktu Jumat. Mereka saling bercengkrama antara satu sama lain sambil menunggu waktu salat wajib tersebut.
Ketika sedang asyik berkumpul, tiba-tiba salah seorang santri menyampaikan sebuah ide di antara mereka. Santri ini mengajak teman-temannya untuk pergi ke sungai yang tidak jauh dari Masjid Saka Tunggal.
Dia berkata bahwa mereka bisa mencari ikan di sungai sambil menunggu waktu salat tiba. Para santri yang lain setuju dengan usulan yang diberikan tersebut.
Mereka kemudian berangkat menuju sungai. Sesampainya di sana, mereka langsung masuk ke dalam sungai untuk menangkap ikan.
Tidak terasa azan sudah mulai berkumandang di masjid. Salah seorang santri kemudian mengajak teman-temannya untuk kembali ke masjid dan menjalankan salat Jumat.
Namun santri lainnya berkata bahwa mereka bisa mencari ikan lebih lama lagi. Apalagi baju mereka sudah basah karena masuk ke dalam sungai.
Ternyata mereka tetap tidak mendapatkan satupun ikan. Karena sudah merasa kelelahan, mereka kemudian memutuskan untuk kembali ke masjid.
Ibadah salat Jumat ternyata sudah selesai dilaksanakan ketika mereka kembali ke masjid. Tidak hanya itu, Kiai Mustholih terlihat berdiri dan sudah menunggu kedatangan mereka di halaman masjid.
Para santri terkejut karena Kiai Mustholih terlihat berdiri di halaman masjid. Mereka kemudian berjalan sambil menunduk malu dan mendekati sang kiai.
Sesampainya di sana, Kiai Mustholih kemudian bertanya dari mana saja mereka. Terlebih tidak ada satupun dari para santri yang terlihat mengikuti salat Jumat.
Selain itu, Kiai Mustholih juga mendengar ada suara riuh dari arah sungai. Suara ini ternyata mengganggu jamaah lain yang tengah menjalankan ibadah salat Jumat.
Akhirnya para santri mengaku bahwa mereka baru saja kembali mencari ikan ke sungai. Para santri juga berkata bahwa suara riuh itu juga berasal dari mereka.
Kiai Mustholih kemudian menanyakan di mana ikan yang mereka cari di sungai tersebut. Sebab tidak ada satupun santri yang terlihat membawa ikan.
Para santri kemudian berkata bahwa mereka gagal mendapatkan satu ekorpun ikan. Oleh sebab itu mereka kembali ke masjid dengan tangan kosong.
Kiai Mustholih kemudian memberikan nasihat kepada santri-santrinya. Dia berkata bahwa santrinya merupakan orang-orang yang saleh.
Oleh sebab itu, tidak sepatutnya mereka berbuat demikian. Terlebih mereka sudah menjadi orang yang sangat merugi pada siang itu.
Para santri sudah melewatkan ibadah salat Jumat. Selain itu, mereka juga tidak berhasil mendapatkan satu ekor ikan seperti yang direncanakan pada awalnya.
Kiai Mustholih kemudian berkata bahwa perbuatan tersebut bukanlah sesuatu hal yang dilakukan oleh orang saleh. Perbuatan itu hanya dilakukan oleh makhluk yang tidak memiliki akal dan pikiran, seperti seekor monyet.
Ketika Kiai Mustholih menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba semua santri tersebut berubah menjadi monyet. Mereka kemudian menyadari kesalahan yang sudah dilakukan dan meminta maaf kepada sang kiai.
Kiai Mustholih kemudian memaafkan para santrinya. Seketika para santri kembali menjadi manusia dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali.
Konon cerita legenda ini menjadi awal mula mengapa banyak monyet yang bermunculan di sekitar Masjid Saka Tunggal Banyumas. Meskipun demikian, monyet-monyet ini dikenal jinak dan tidak mengganggu aktivitas orang-orang yang ada di sekitarnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News