Pada hari Rabu Pon, 25 Juni 2025, tim KKN-PPM UGM 2025 Lendah Melangkah berkunjung ke kompleks pemakaman Syekh Jangkung (Kyai Landoh) yang berlokasi di Dusun Bangeran, Kalurahan Jatirejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo. Makam tersebut merupakan destinasi wisata religi terkenal di Kalurahan Jatirejo.
Pukul 19.25 WIB, tim diwakili oleh empat orang mahasiswa (Ika Mustiya, Carloz Siahaan, Tri Darina, dan Abevi Claudia) bertemu dengan Pak Sarjiman, ketua RT 15 Dusun Bangeran sekaligus salah satu juru kunci makam.
Bersama beliau hadir Mas Dedi, sesama juru kunci yang kemudian mempersilakan kami untuk masuk ke dalam benteng pertama dan duduk bersama di dalam sebuah pendopo mini di tengah kompleks pemakaman. Kami lantas berbincang-bincang dengan kedua juru kunci mengenai sejarah Syekh Jangkung.
Syekh Jangkung memiliki nama asli Saridin dan merupakan murid dari Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang punya andil besar dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Di kalangan masyarakat Lendah, beliau lebih dikenal dengan sebutan Kyai Landoh, sebutan yang merujuk pada kebiasaannya memeliharakerbau yang dinamai ‘Landoh’.
Usut punya usut, nama kapanewon ‘Lendah’ sendiri diyakini berasal dari kata ‘landoh’tersebut. Sementara itu, di luar wilayah Kulon Progo, masyarakat lebih mengenalnya dengan nama Syekh Jangkung.
Berdasarkan keterangan Pak Sarjiman, Syekh Jangkung diketahui masyarakat sebagai pendiri Masjid Al-Furqon, masjid tua di Jatirejo yang menjadi simbol warisan dakwah beliau. Ia juga meninggalkan tiga aji pusaka yang diyakini memiliki nilai sejarah dan spiritual tinggi, yaitu sebuah tombak, ‘bathok bolu’ (tempurung batok), dan sebuah kitab stambul. Ketiga pusaka tersebut kini disimpan sebagai warisan sejarah di Keraton Yogyakarta.
Dulu, pusaka tersebut rutin dibersihkan dalam ritual Jamasan yang dilakukan setiap bulan Suro sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.
Berkaitan dengan tempat peristirahatan terakhir Syekh Jangkung, ternyata terdapat makam yang sama di tiga provinsi berbeda, yakni di Lendah (D. I. Yogyakarta), Pati (Jawa Tengah), dan Palembang (Sumatera Selatan).
Masyarakat di masing-masing daerah meyakini bahwa makam yang berada di wilayah mereka merupakan makam yang asli, sementara dua makam lainnya dianggap sebagai petilasan (tempat pertapaan) Syekh Jangkung.
Dari segi arsitektur, kompleks makam Syekh Jangkung dikelilingi oleh dua lapis benteng. Pintu-pintunya sengaja dibuat rendah sehingga peziarah harus menunduk saat memasukinya, sesuai dengan nilai luhur budaya Jawa yang menyimbolkan sopan santun ‘wong kudu duwe tata krama’. Di dalam benteng inti, terdapat makam Syekh Jangkung beserta istri dan anak-anaknya, sedangkan di sekelilingnya terdapat makam para kerabat dan pengikut dekat beliau.
Sampai sekarang, makam Syekh Jangkung masih dikunjungi oleh peziarah, baik untuk mendoakan maupun memohon doa melalui perantaraannya.
Sebagian peziarah meyakini bahwa hajat mereka akan terkabul apabila Syekh Jangkung berkenan atas doa mereka, menjadikan makam tersebut tak hanya sebagai situs sejarah, tetapi juga tempat aktivitas takziah atau ziarah oleh kalangan yang meyakini pentingnya hubungan batin dengan tokoh-tokoh agama masa lampau. Tradisi tersebut tidak hanya dilakukan oleh warga lokal, tetapi juga oleh masyarakat dari luar daerah.
Jumlah pengunjung akan meningkat pada malam-malam tertentu yang diyakini memiliki nilai spiritual khusus dalam budaya Jawa, seperti Selasa Kliwon, Jumat Kliwon, atau Tahun Baru Islam (1 Muharram/Sura). Puncak jumlah pengunjung terbanyak dari kegiatan ziarah pernah terjadi pada momen peringatan Hari Santri Nasional (22 Oktober) sebelum era pandemi Covid-19.
Menurut keterangan Mas Dedi, pernah tercatat lonjakan peziarah hingga mencapai sekitar 150 bus dalam sehari, yang mana sebagian besarnya merupakan rombongan dari berbagai pondok pesantren. Sementara itu, pada hari-hari biasa, makam ini tetap menerima kunjungan meski jumlahnya hanya berkisar antara satu hingga lima orang per hari.
Mayoritas kegiatan ziarah ke makam Syekh Jangkung dilakukan pada malam hari, yang secara simbolik memperkuat aspek kontemplatif dan khidmat dari aktivitas takziah itu sendiri. Bahkan terdapat fenomena menarik yaitu peziarah yang memutuskan untuk bermalam di area makam untuk mencari ketenangan batin. Fenomena ini menunjukkan adanya integrasi antara kepercayaan budaya, religi, dan mobilitas sosial dalam satu praktik kolektif masyarakat di Jatirejo.
Tak sampai di situ, makam ini juga dipenuhi cerita mistis yang menjadi daya tarik tersendiri. Salah satu ceritanya terdapat seekor macan gaib yang dipercaya menjaga makam tersebut. “Oiya, memang betul cerita tentang macan itu banyak beredar di masyarakat sini,” ujar Pak Sarjiman.
Kisah ini diwariskan dari generasi ke generasi dan diyakini sebagai bentuk perlindungan gaib dari sosok leluhur. Tak sampai disitu, di beberapa rumah warga terdapat monumen dan dekorasi berbentuk macan “Itu sebagai bentuk penghormatan juga” imbuh Mas Dedi. Macan dalam cerita rakyat ini dianggap sebagai simbol kewibawaan dan penjaga batas antara dunia kasat mata dan dunia spiritual.
Pak Sarjiman dan Mas Dedi mengisahkan pengalaman peziarah yang dianggap sebagai tanda-tanda gaib. Salah satunya datang dari seorang perempuan asal Purworejo yang pernah menginap di dekat area makam untuk berziarah.
Di malam harinya, ia mengaku didatangi seekor ular besar dalam mimpinya, sebuah pengalaman yang dipercaya sebagai pesan spiritual. Bagi masyarakat Jatirejo, pengalaman semacam ini bukan hal asing, dan justru memperkuat keyakinan bahwa makam Syekh Jangkung bukan sekadar tempat fisik, tetapi juga ruang spiritual yang dijaga oleh kekuatan tak terlihat.
Para juru kunci lantas mengungkapkan harapan sederhana mereka bagi masa depan pemakaman Syekh Jangkung. “Saya berharap lingkungan sekitar makam ini bisa terus terjaga kebersihannya, rapi, dan terawat,” tutur Pak Sarjiman. Sementara itu, Mas Dedi selaku juru kunci dari generasi yang lebih muda, ingin makam Syekh Jangkung dikenal lebih luas oleh masyarakat. “Saya berharap makam ini bisa lebih dikenal lagi sebagai salah satu wisata religi di Yogyakarta,” ungkapnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News