kisah makam misterius di pantura lasem konon agen mata mata pada zaman kompeni - News | Good News From Indonesia 2025

Kisah Makam Misterius di Pantura Lasem, Konon Agen Mata-mata pada Zaman Kompeni

Kisah Makam Misterius di Pantura Lasem, Konon Agen Mata-mata pada Zaman Kompeni
images info

Masyarakat yang kerap melewati Jalur Pantura Utara Rembang Semarang-Surabaya pasti tidak kaget dengan penampakan sebuah makam tunggal di pinggir utara jalan. Makam yang berada di Desa Gedongmulyo, Kecamatan Lasem ini konon tempat peristirahatan terakhir seorang intelijen zaman VOC.

Bila meliat secara sepintas, makam ini nyaris tidak mencolok. Makamnya tertutup oleh pohon tua dan dilindungi cungkup kayu yang sangat sederhana. Keberadaannya seolah terlupakan oleh modernitas. Namun, bagi sebagian masyarakat Lasem, makam ini adalah saksi bisu perjuangan heroik di masa lampau.

Dimuat dari CB FM Radio, Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah (Fokmas) Lasem, Ernantoro menjelaskan makam yang berada di timur dari pusat Kota Rembang ini merupakan makam Mbah Galio. Dia adalah seorang intelijen sejak 1725 Masehi.

"Raden Galio adalah mata-mata dari Raden Panji Margono. Kalau sekarang intel," imbuhnya.

Operasi di Kudus dan Jepara

Ernantoro menyebut Mbah Galio berperan penting pada Perang Kuning di Lasem pada 1742 Masehi. Ketika itu, wilayah operasi Mbah Galio sebagai mata-mata berada di Juwana (Pati), Kudus dan Jepara.

Ernantoro mengungkapkan Mbah Galio terkenal sebagai mata-mata yang ulung. Dia mampu menyamar dengan sangat baik, bahkan hingga dianggap orang biasa oleh masyarakat umum. 

Karena kesederhanaan dan kemisteriusannya, ia dijuluki Mbah Sedandang, sosok yang selalu membawa dandang (panci tradisional untuk mengukus) dan berpakaian seperti rakyat jelata.

"Dia melihat kanan kiri ini musuh atau tidak dengan menjual Dandang ke kampung-kampung," ujarnya.

Dimakamkan di Pantura\

Ernantoro mengungkapkan alasan mengapa Mbah Galio lebih memilih dimakankan di Pantura. Hal ini karena beliau punya cita-cita tidak mau dimakamkan di makam kerabat keluarga kerajaan, tetapi menjadi orang yang harus menjaga di pinggir jalan.

Forkmas Lasem kini tengah mengusulkan agar situs makam Mbah Galio dijadikan cagar budaya lokal, sebagai upaya pelestarian sejarah lisan yang masih hidup di tengah masyarakat.

"Sejarah tidak selalu harus tertulis. Selama masih hidup dalam ingatan kolektif, ia layak dihormati dan dilestarikan," pungkasnya.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.