- Lima bandara terkecil di Indonesia adalah Bandara Teminabuan, Bandara Wunopito, Bandara Adi Jemma, Bandara Pogogul, dan Bandara Saudale.
- Bandara terkecil di Indonesia adalah Bandara Teminabuan.
- Bandara Adi Jemma hanya bisa menampung 40 penumpang saja.
Kawan GNFI pasti sudah familier dengan bandara-bandara besar, seperti Bandara Soekarno-Hatta atau Bandara Juanda, bukan? Namun, nyatanya tidak semua bandara di tanah air dibangun dengan luas dan megah seperti halnya bandara-bandara tersebut.
Ada beberapa bandara di Indonesia justru begitu mungil, bahkan ada yang hanya bisa menampung 40 penumpang saja di terminalnya. Ruang tunggu dan landasan pacunya yang pendek membuat bandara-bandara ini unik.
Berikut adalah lima bandara terkecil di Indonesia:
1. Bandara Teminabuan
Bandara terkecil di Indonesia ada di Provinsi Papua Barat Daya, tepatnya di Kabupaten Sorong Selatan. Adalah Bandara Teminabuan—bandara mungil yang hanya punya landasan pacu atau runway sepanjang 800 meter.
Kawan GNFI, saking kecilnya, bandara ini bahkan cuma mampu menampung maksimal 50 orang saja pada jam sibuk. Bandara Teminabuan juga hanya melayani tiga rute domestik saja, dengan frekuensi penerbangan dua kali per minggu.
Melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Hubud), maskapai yang melayani penerbangan di sini hanyalah Susi Air, terbang menuju Sorong, Manokwari, dan Inanwatan. Namun, meskipun kecil, Bandara Teminabuan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti charging station, CIP Lounge, musala, toilet, dan free Wi-Fi, loh!
2. Bandara Wunopito
Terbang sedikit dari Papua menuju ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Di sini, ada bandara terkecil lainnya, yaitu Bandara Wunopito. Bandara Wunopito terletak di Kabupaten Lembata, NTT.
Runway bandara ini adalah 1.200 meter. Uniknya, walaupun landasan pacunya lebih panjang dari Bandara Teminabuan, Bandara Wunopito justru hanya melayani satu penerbangan saja, yaitu menuju Bandara El Tari, Kupang, dengan frekuensi tiga kali seminggu.
Hanya ada satu maskapai yang terbang di sini, yakni Wings Air. Jika Kawan GNFI akan terbang menuju atau meninggalkan Bandara Wunopito, mata Kawan akan dimanjakan dengan pemandangan alam super indah yang disajikan di sana.
3. Bandara Andi Jemma
Bandara Andi Jemma berada di Kabupaten Luwu Utara, Kecamatan Masamba, Sulawesi Selatan. Dimensi runway-nya adalah 1.400 meter x 30 meter.
Melalui akun Instargram Kementerian Pariwisata, disebutkan kalau terminal Bandara Andi Jemma hanya mampu menampung 40 orang saja pada jam sibuk. Terbayang, kan, betapa kecil dan sepinya?
Bandara ini hanya melayani rute domestik menuju Rampi dan Seko saja—dua bandara kecil di Kabupaten Luwu Utara. Maskapai yang melayani penerbangan di sini hanyalah Susi Air dengan frekuensi penerbangan sebanyak lima kali per minggu.
4. Bandara Pogogul
Berada di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, Bandara Pogogul memiliki landasan pacu sepanjang 1.546 meter x 30 meter. Walaupun kecil, bandara satu ini menyediakan satu penerbangan antarprovinsi, loh.
Penerbangan lintas provinsi dari Bandara Pogogul adalah menuju Bandara Djalaluddin, Provinsi Gorontalo. Ada juga penerbangan jarak dekat, yakni ke Bandara SIS Al-Jufrie di Palu, Sulawesi Tengah.
Data Hubud tahun 2024, penumpang bandara ini hanya berjumlah 568 orang saja. Sementara itu, pesawat yang bersandar di bandara ini adalah Wings Air (menuju Gorontalo) dan Susi Air (menuju Palu), di mana keduanya memiliki frekuensi penerbangan satu kali seminggu.
5. Bandara D.C. Saudale
Bandara D.C. Saudale terletak di Kabupaten Rote Ndao, NTT. Bandara ini memiliki runway sepanjang 1.650 meter x 30 meter.
Bandara ini istimewa karena memiliki sejarah yang panjang sejak tahun 1960-an dan melibatkan warga Rote secara langsung. David Constantijn Saudale, seorang tokoh penting di Rote Ndao, mengajak masyarakat sekitar untuk membangun bandara secara gotong-royong dan berswadaya.
Dahulu, nama bandara ini adalah Bandara Lekunik Rote, sebelum akhirnya diubah menjadi D.C. Saudale untuk menghormati Saudale. Bandara ini juga sudah mengalami berbagai perubahan, salah satunya adalah panjang landasan pacu yang sebelumnya hanya 900 meter x 27 meter.
Bandara D.C Saudale menyediakan tiga rute domestik, di antaranya menuju Bandara El Tari, NTT dengan pesawat Susi Air (tiga kali seminggu), Bandara Tardamu, NTT dengan Susi Air (sekali seminggu), dan Bandara El Tari via Wings Air (tiga kali seminggu).
Meskipun kelima bandara di atas kecil, tetapi semuanya penting karena menjadi “urat nadi” yang membantu masyarakat daerah terpencil bermobilisasi. Adakah Kawan GNFI yang sudah pernah atau berencana akan singgah ke bandara-bandara kecil itu?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News