Mei menjadi bulan yang menyenangkan. Terlebih ketika mendengar Isyana Sarasvati merilis album Eklektiko. Di tengah derasnya arus musik pop yang cenderung seragam dan mudah dicerna, Isyana memilih jalan yang tak lazim.
Eklektiko bukan sekadar album melainkan sebuah deklarasi jiwa artistik yang membangun sosok Isyana. Isyana berhasil merangkum eksplorasi liar yang mampu menembus batas genre. Bukan hanya berbicara mengenai musik atau lirik, Eklektiko seolah mempertegas posisi Isyana dalam belantika musik Indonesia sebagai musisi yang haus untuk terus bereksplorasi.
Eklektiko merupakan album kelima Isyana selama lebih dari satu dekade berkarya. Dalam beberapa siniar, Isyana menyampaikan bahwa Eklektiko akan terbagi menjadi empat babak, yakni Lunora, Mamiu, Cecilia, dan Abadhi dan dirancang untuk menemani perjalanan Isyana selama satu tahun ke depan.
Perjalanan pada babak pertamanya, Lunora, dimulai tepat di hari ulang tahun Isyana—2 Mei 2025—dengan merilis lagu berjudul Hari Ini. Pada lagu ini, Isyana menggandeng musisi kenamaan Indonesia, Baskara Putra atau yang dikenal dengan nama panggung Hindia.
Pada lagu itu, Isyana dan Hindia sebagai penulis memberikan ruang ekspresi yang kerap direpresi. Hari Ini seolah mengajak pendengar untuk memberi afirmasi positif akan kegagalan atau kegelisahan yang mengusik batin.
Lagu ini terasa begitu jujur dengan menunjukkan sisi mereka yang tidak sempurna, bahwa mereka adalah manusia yang juga memiliki titik lemah masing-masing. Dibalut dengan susunan nada dan melodi yang kental menunjukkan karakter suara mereka, lagu ini menghadirkan sisi lain sosok Isyana yang tidak ditemui di album sebelumnya.
Ditambah lagi, aspek visual pada video musiknya seakan dikonsep untuk menunjukkan ruang jeda pada kekacauan. Seperti memberi pertanda bahwa tidak masalah jika semua belum selesai hari ini, nikmati saja prosesnya.
Euforia kesuksesan lagu pertama Isyana dan Hindia disambung dengan pesan yang lebih ringan dan relateable. Selang dua minggu, Isyana kembali memanjakan telinga pendengar dengan lagu berjudul Frenemy. Kali ini, Isyana berkolaborasi dengan Vidi Aldiano.
Sangat kontras dengan lagu sebelumnya, Frenemy adalah lagu dengan ledakan emosi yang liar, teatrikal dan penuh sarkasme. Frenemy mengeksplorasi bentuk komunikasi pasif-agresif, manipulasi atau kepura-puraan dan konflik ringan yang disajikan dengan interaksi lucu—identik dalam hubungan pertemanan.
Lagu terakhir untuk menutup perjalanan Lunora dirilis bersama Afgan dengan judul Something New. Lagi dan lagi, Isyana dengan cerdas menyajikan formula duet yang tidak lazim digunakan di Indonesia. Lagu berdurasi tiga menit itu menyuguhkan kemampuan Isyana bermain nada.
Bagian vokal disusun tumpang tindih dengan dinamika yang cukup intens. Meskipun begitu, melodinya sangat mudah masuk di telinga pendengar, hingga kepala mengangguk dan bergeleng mengikuti irama. Lagu ini adalah bentuk keberanian Isyana dan Afgan untuk bergerak dari persona masa lalu mereka.
Seperti namanya, Eklektiko yang berasal dari akar kata eklektik, bermakna perpaduan gaya atau elemen dari berbagai sumber untuk menciptakan sesuatu yang baru dan unik. Album ini adalah bentuk komunikasi tentang perjalanan Isyana yang terus berevolusi.
Dalam semesta musik Isyana, setiap album adalah medium komunikasi yang berbeda. Album Lexicon adalah bentuk penegasan identitas musikal Isyana—panggung perkenalan dirinya sebagai musisi yang tidak tunduk pada pasar.
Sementara itu, Eklektiko adalah deklarasi kebebasan. Isyana seolah menolak untuk dikotak-kotakkan. Ia justru menciptakan bahasa musiknya sendiri yang sangat autentik. Isyana tidak hanya berbicara lewat lirik, tetapi juga tone dan genre yang ia pilih. Eklektiko layak mendarat di setiap telinga yang rindu akan kejujuran musik.
Ia tak hanya bentuk semangat bermusik Isyana tetapi juga menyuarakan untuk tetap jujur dan tidak takut menjadi berbeda.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News