Pemerintah RI mencanangkan Indonesia Emas dalam menatap usia yang ke-100 tahun pada 2045 mendatang. Ada sebongkah optimisme dari mereka bahwa cita-cita itu kelak akan tercapai tentunya dengan sejumlah alasan.
Salah satu alasan yang terkemuka ialah bonus demografi. Pemerintah percaya usia produktif akan melimpah di Indonesia dan itu akan berdampak ke pertumbuhan dan kemajuan khususnya di sektor ekonomi.
Di tengah optimisme menggebu yang patut disadari tetap ada pesimisme tumbuh dari banyak kalangan. Bonus demografi yang dielu-elukan rupanya dianggap bisa menjadi bumerang dengan berubah sedemikian rupa menjadi bencana demografi. Hal itu diyakini karena melihat situasi terkini di mana masih banyaknya permasalahan di lingkup pemerintah dan masyarakat yang tidak mencerminkan siap menjadi negara maju.
Entah benar akan maju, tetap jalan di tempat, atau malah mundur. Yang jelas, orang Indonesia hanya bisa memprediksi baik-buruknya saat bangsa menginjak usia emas nanti.
Dari sekian banyak orang food vlogger, Dyodoran adalah salah satu yang memiliki prediksi unik. Sebagai pemegang predikat “tukang makan”, pemilik nama asli Dyo Hendro Kumoro menilai industri kuliner akan berubah dalam hal penyajian karena pengaruh perkembangan teknologi yang semakin maju.
Pil Rasa Gudeg dan Robot di Industri Kuliner
Segala makanan produk instan merasuk ke kehidupan orang Indonesia sejak lama. Umumnya produk mi seduh, sarden dan daging kalengan, tapi seiring waktu sajian kuliner lain yang melokal ikut-ikutan didesain cepat saji semisal rendang dan rawon.
Teknologi turut berperan dari transformasi tersebut. Dan bukan tidak mungkin pada 2045 nanti kuliner Indonesia akan berubah drastis tak sekadar cepat saji seperti sekarang ini.
Dyo sendiri memiliki prediksi unik terkait industri kuliner untuk Indonesia 2045. Ia menilai kuliner berwujud pil dengan rasa sajian lokal akan tersedia karena zaman menuntut panganan yang serba instan terutama untuk bepergian.
“Aku bayangin kalau sekarang makanan udah mulai ready to eat mungkin besok akan ada pil rasa gudeg, di-mangan kenyang untuk travelling,” ucap Dyo kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Tak berhenti sampai di situ. Dyo lalu membuat prediksi lagi kalau pada tahun tersebut industri kuliner akan didominasi oleh pelayan berwujud robot.
“Untuk industri FnB serba robotik. Mulai kopi itu enggak ada baristanya dan lain sebagainya karena bisnis owner repot ngurusi wong, capek dramanya. Robot tinggal mencet, ‘tet!’,” ucap pria jenaka kelahiran Magelang tersebut.
Sekalipun hanya prediksi, apa yang diperkirakan Dyo cukuplah wajar. Pasalnya beberapa negara maju - seperti Jepang contohnya - penggunaan robot di industri kuliner sudah dilakukan di sejumlah restoran ataupun kafe. Di Indonesia sendiri pengaplikasian robot semacam itu bisa dilihat di Robopark Indonesia yang berada di Mal Pluit Village, Jakarta.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News