belajar ketahanan pangan dari masyarakat adat suku boti di pulau timor - News | Good News From Indonesia 2025

Belajar Ketahanan Pangan dari Masyarakat Adat Suku Boti di Pulau Timor

Belajar Ketahanan Pangan dari Masyarakat Adat Suku Boti di Pulau Timor
images info

Di tengah tantangan krisis pangan global, masyarakat adat Suku Boti di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT), menunjukkan peran kearifan lokal untuk ketahanan pangan.

Terletak di wilayah pegunungan kering di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Desa Boti tetap mempertahankan tradisi pertanian berkelanjutan yang menjamin ketahanan pangan tanpa ketergantungan pada sistem luar. 

Bagaimana mereka mencapai hal ini? 

Melihat Kehidupan Suku Boti

Suku Boti tinggal di daerah terpencil yang dikelilingi perbukitan kering, sekitar 40 km dari Kota Soe, ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, mereka memiliki sistem pangan yang mandiri.

Kehidupan sehari-hari mereka berpusat pada pertanian tradisional, peternakan, dan pelestarian adat. Mereka menolak modernisasi yang merusak keseimbangan alam, sehingga tetap mampu memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.

Sistem Pemenuhan Pangan yang Berkelanjutan

Kunci ketahanan pangan Suku Boti terletak pada keanekaragaman tanaman pangan dan teknik pertanian yang ramah lingkungan. Mereka menanam jagung, sorgum, ubi kayu, kacang-kacangan, serta berbagai jenis sayuran lokal yang tahan kekeringan.

Sistem pertanian mereka tidak menggunakan pupuk kimia atau pestisida, melainkan mengandalkan kompos alami dan rotasi tanaman untuk menjaga kesuburan tanah.

Selain bercocok tanam, mereka juga memelihara ternak seperti kambing, ayam, dan babi dalam skala kecil. Hasil ternak tidak hanya untuk konsumsi, tetapi juga berperan dalam ritual adat dan sistem barter antarkeluarga. Dengan demikian, mereka tidak bergantung pada pasokan pangan dari luar, melainkan menciptakan siklus pangan yang mandiri.

Baca juga Merawat Cerita Pangan Lokal: Langkah Kecil untuk Ketahanan Pangan dan Budaya

Budaya Makan yang Menghargai Alam 

Masyarakat Boti memiliki budaya makan yang sederhana namun kaya nutrisi. Mereka mengonsumsi apa yang mereka tanam dan hasilkan sendiri, menghindari makanan olahan atau kemasan.

Jagung dan umbi-umbian menjadi makanan pokok, disajikan dengan sayuran liar seperti daun kelor dan buah gewang yang kaya gizi. Setiap keluarga memiliki lumbung (gudang penyimpanan tradisional) untuk menyimpan cadangan pangan, memastikan ketersediaan makanan bahkan di musim kemarau panjang.

Pelajaran dari Suku Boti untuk Ketahanan Pangan Nasional

Ahmad Arif, Inisiator Nusantara Food Biodiversity, menekankan pentingnya belajar dari masyarakat adat seperti Suku Boti. 

"Keragaman hayati adalah anugerah terbesar yang kita punya, namun saat ini terjadi pergeseran budaya pangan yang menyebabkan keseragaman pangan. Kita tergantung pada beras dan gandum impor, padahal Indonesia memiliki ribuan sumber pangan lokal yang lebih adaptif," kata Arif kepada GNFI, Jumat (13/6/2025). 

Menurutnya, Suku Boti membuktikan bahwa ketahanan pangan bisa dicapai dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati dan kearifan lokal. Langkah konkret yang bisa diambil antara lain melestarikan benih lokal, mendorong konsumsi pangan beragam, dan mengembalikan penghargaan terhadap sistem pangan tradisional.

Baca juga Indonesia-Swiss Perkuat Kolaborasi, Bangun Ketahanan Pangan dan Ekonomi Berkelanjutan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.