kritik sosial dalam cerpen robohnya surau kami - News | Good News From Indonesia 2025

Kritik Sosial dalam Cerpen 'Robohnya Surau Kami'

Kritik Sosial dalam Cerpen 'Robohnya Surau Kami'
images info

Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah karya sastra Indonesia yang menyampaikan kritik sosial dengan tajam, terutama tentang bagaimana masyarakat memahami dan menjalankan agama.

Cerita ini menggambarkan seorang pria tua yang sepanjang hidupnya rajin beribadah, tetapi 'dianggap gagal oleh Tuhan' karena tidak berusaha memperbaiki kondisi masyarakat di sekitarnya.

Dalam cerita ini, agama hanya dijalankan sebagai ritual tanpa keterlibatan dalam masalah sosial, ekonomi, dan kemanusiaan.

Dengan gaya yang sederhana tetapi penuh makna, Navis mempertanyakan apakah ibadah hanya cukup dilakukan lewat doa dan zikir, sementara kemiskinan dan ketidakadilan terus terjadi.

Analisis Kritik Sosial dalam Cerpen A.A.Navis Berdasarkan Teori Alan Swingewood

Cerpen ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sebenarnya dari keberagamaan: apakah cukup menjadi orang saleh dengan banyak berdoa, atau harus disertai tindakan nyata membantu orang yang lemah dan tertindas.

Tokoh Haji Saleh dalam cerita ini adalah pria tua yang tinggal di surau dan sangat tekun beribadah. Ia yakin bahwa ibadahnya akan membawa tempat di surga.

Namun, cerita ini mengejutkan saat setelah meninggal, Haji tidak diterima di surga. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah hanya dengan rajin beribadah sudah cukup untuk menjadi orang yang benar-benar saleh?

Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada beribadat menyembah-Mu, menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit nama-Mu menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hati-Mu untuk menginsafkan umat-Mu”

Berdasarkan kutipan tersebut, Haji Saleh terlihat hanya memusatkan perhatian pada ibadah pribadi dan doa, yakin bahwa dengan itu ia telah menjalankan kewajiban agamanya secara sempurna.

Namun, sikap ini menunjukkan kelalaian terhadap aspek penting lain dalam agama, yaitu tanggung jawab sosial. Agama tidak hanya menuntut pengabdian kepada Tuhan secara ritual, tetapi juga mengajarkan pentingnya membantu sesama, peduli terhadap penderitaan orang lain, dan berkontribusi positif dalam kehidupan masyarakat.

Haji Saleh gagal menyadari bahwa ibadah yang sejati harus diiringi dengan tindakan nyata untuk kebaikan sosial.

“Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniyaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat, karena tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. Hai, malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakan di keraknya.”

Kutipan ini memperlihatkan teguran Tuhan kepada orang-orang yang membiarkan diri mereka dan keturunan mereka hidup dalam kemiskinan dan penderitaan, meskipun mereka memiliki harta.

Cara Membuka Cerpen dengan Kalimat yang Menggugah Pembaca

Mereka malah membiarkan harta itu diambil orang lain dan sibuk bertengkar, menipu, serta memeras satu sama lain tanpa berusaha memperbaiki keadaan. Tuhan memberikan negeri yang kaya, tapi mereka malas bekerja dan hanya beribadah tanpa melakukan usaha nyata.

Tuhan menegaskan bahwa Ia tidak menyukai pujian dan penyembahan kosong tanpa diikuti perbuatan baik dan kerja keras.

Pesan utama dari kutipan ini adalah bahwa ibadah tanpa tindakan nyata untuk membantu sesama dan berbuat baik tidaklah cukup, bahkan bisa membawa konsekuensi buruk. Cerpen Robohnya Surau Kami mengingatkan kita bahwa agama sejati bukan hanya soal ritual pribadi, tetapi harus tercermin dalam sikap peduli dan tindakan nyata terhadap orang lain.

Ibadah tanpa kepedulian sosial kehilangan maknanya. Agama yang benar adalah agama yang membawa perubahan positif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Ini merupakan kritik langsung terhadap pemahaman keagamaan yang hanya menekankan ibadah formal tanpa aksi nyata untuk memperbaiki lingkungan sosial.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.