Halo, Kawan GNFI!
Pernahkah Kawan memperhatikan bagaimana budaya Indonesia sering muncul di linimasa TikTok? Tarian lokal, pakaian tradisional, bahasa lokal dan cerita rakyat banyak dibahas dalam bentuk format video yang menarik. Beberapa orang menyambut dengan optimis tentang fenomena ini. Namun, apakah budaya hanya digunakan sebagai tren saat ini?
Budaya yang Direnovasi Berdasarkan Layar
TikTok kini tidak hanya bersoal dengan tren tarian global, tetapi juga menjadi ruang di mana budaya Nusantara yang baru diperkenalkan kembali. Terutama bagi generasi muda yang banyak menjadi pencipta dari berbagi konten budaya yang kreatif. Ini termasuk tutorial tari tradisional, kosakata dalam bahasa lokal, dan penjelasan filosofi pakaian tradisional.
Misalnya, ada akun-akun seperti @IndonesiainFrame dan akun seperti @masbroindonesia yang membuat bahasa Jawa terasa hidup dan menarik. Atau menyajikan keindahan budaya dari berbagai daerah dalam gambar yang menakjubkan. Ini adalah bukti bahwa semangat cinta budaya masih ada dan hanya medianya yang berubah.
Tidak Hanya Risiko Distorsi, tetapi Juga Ruang Adaptasi
Tentu saja, tidak semua hal bisa dikemas dalam 60 detik. Ada kekhawatiran bahwa budaya dapat hilang bahkan bisa dipotong-potong, disederhanakan dan digunakan sebagai konten viral. Ini adalah tantangan nyata.
Namun, Kawan GNFI, budaya tidaklah statis, dia terus berbalik dan bertranformasi. Ketika dilakukan dengan niat baik dan pemahaman yang tepat, adaptasi budaya ke platform digital bukanlah distorsi, tetapi bentuk baru dari pelestarian itu sendiri.
Demi Masa Depan, Urgensi Perbaikan Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran di Indonesia
TikTok, Jembatan Kreatif antargenerasi
Seorang pemuda di Makassar menciptakan konten tentang filosofi rumah tradisional Tonconan, dan kemudian disajikan Dayakramin, dibuat dengan reaksi remaja Kalimantan.
Jenis percakapan budaya ini terjadi di ruang digital tanpa menunggu kurikulum atau forum resmi. TikTok adalah jembatan yang merayakan budaya dengan menghubungkan generasi yang lebih tua dan lebih muda, memperluas jangkauannya ke seluruh dunia.
Saatnya untuk Kompetensi Budaya Digital
Agar budaya kita bukan hanya untuk momen viral sesaat, Kawan GNFI penting untuk membangun keterampilan budaya digital. Ini berarti bahwa setiap pencipta, siswa, guru, dan bahkan lembaga pemerintah harus mengakui bahwa budaya tidak hanya subjek objek konten, tetapi juga identitas, warisan, dan kekuatan suatu bangsa.
Misalnya, sekolah memiliki akun-akun budaya? Atau apakah ada seri TikTok dengan topik-topik dari sejarah gerakan yang dibuat oleh studio tari? Platform digital dengan pendekatan yang tepat bisa menjadi tahap budaya Indonesia yang modern dan klasik.
Usia Digital dan Tantangannya
Kawan GNFI, waktu digital sebenarnya menghadirkan tantangan dan peluang besar untuk melestarikan budaya Indonesia. TikTok, sebagai media sosial paling populer bagi kaum muda, membuka ruang baru untuk memamerkan budaya lokal dengan cara yang segar dan ringan.
Dengan kreativitas dan kesadaran, konten budaya tidak hanya hiburan singkat, tetapi juga formasi yang kuat.
Namun, kita perlu memastikan bahwa budaya asli tidak kehilangan esensi dan nilainya. Melalui kerja sama antara aktor budaya, pemerintah, dan generasi muda yang kreatif, TikTok bisa menjadi jembatan antara generasi dan wilayah.
Dengan cara ini, kekayaan budaya dan kepulauan akan terus hidup dan berkembang di masa depan. Jika budaya digunakan semata-mata sebagai bahan pemeliharaan, itu bisa menjadi ancaman.
One Pot, Kenali Tanaman Sekitar dari Komunitas Global Youth Conference
Namun, jika kita mengisinya dengan nilai, cinta, dan kesadaran akan kekayaan budaya kita, itu bisa menjadi kesempatan yang luar biasa. Jadi, mari kita lanjutkan dan pertahankan budaya yang kreatif dan terkait konteks. Karena budaya Indonesia tercinta tidak selalu harus dalam bentuk ritual. Sebuah video pendek yang menyentuh dan menginspirasi jutaan orang juga bisa menjadi cukup.
Salam Budaya!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News