Kawan GNFI pasti sudah tidak asing dengan kata pasar, bukan? Pasar merupakan tempat perekonomian terjadinya transaksi jual beli barang maupun jasa yang menghasilkan kesepakatan antara penjual dengan pembeli. Kesepakatan tersebut bersifat menguntungkan kedua belah pihak karena hendak memenuhi kebutuhan masing-masing.
Seiring berkembangnya zaman, pasar sekarang bukan hanya sebuah tempat saja. Istilah dari pasar mengalami perluasan konsep maupun jenis disesuaikan dengan kebutuhan saat ini. Contohnya pembagian jenis pasar berdasarkan waktu pelaksanaannya yang terbagi menjadi 4 jenis, yaitu sebagai berikut.
- Pasar harian merupakan jenis pasar yang buka setiap hari tanpa ada jeda maupun libur, contohnya pasar tradisional;
- Pasar mingguan merupakan jenis pasar yang buka hanya di hari tertentu saja dalam satu minggu, contohnya pasar minggu;
- Pasar bulanan merupakan jenis pasar yang diadakan khusus di hari atau momen spesifik yang bisa saja dalam 1 bulan tidak ada atau hanya sekali saja, contohnya pasar tiban yang diadakan setiap Jumat Kliwon; dan
- Pasar tahunan merupakan jenis pasar yang diadakan sebagai bentuk perayaan sekaligus biasanya membawa misi tertentu di dalamnya sehingga hanya diadakan sekali dalam setahun, contohnya Pekan Raya Jakarta dan Pasar Kangen Yogyakarta.
Menariknya, pasar juga bisa menjadi sebuah konsep yang menjadi ajang pelestarian kebudayaan dan bukan sekadar tempat transaksi jual beli. Konsep pasar kangen adalah salah satunya yang muncul pertama kali tahun 2007 di Yogyakarta, dilansir dari Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Apa itu Pasar Kangen?
Pasar kangen merupakan konsep acara yang diusung untuk menonjolkan produk kebudayaan, seperti kuliner tradisional, pertunjukaan tari tradisional, dan lain sebagainya.
Tujuan utamanya tentu sebagai bentuk penghidupan kembali nilai-nilai budaya lokal, selain itu konsep acara pasar kangen juga diharapkan dapat meningkatkan perputaran ekonomi sekaligus menghidupkan pekerja-pekerja lokal dari produk budaya.
Fakta menariknya, ternyata konsep dari pasar kangen pada awalnya sebagai bentuk trauma healing warga Yogyakarta pasca dilanda bencana gempa di tahun 2006 yang diusulkan oleh kelompok seniman dan aktivis kebudayaan di Yogyakarta, dilansir dari Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Misi mulia dari seniman perupa, pertunjukkan, sekaligus aktivis kebudayaan itu disambut baik oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta sehingga muncul lah Pasar Kangen Yogyakarta pertama kali pada tahun 2007 bertempat di Taman Budaya Yogyakarta.
Keunikan dari Pasar Kangen
Pasar kangen menawarkan pengalaman nostalgia bagi para pengunjung dari masa kecilnya terkait jajanan atau makanan jadul. Selain kuliner, pengunjung juga akan disuguhkan mainan zaman dulu juga untuk mengingatkan kembali peran kesenian di dalam kehidupan kita dulu.
Pengalaman-pengalaman yang dirasakan pengunjung ini tentu sudah dipersiapkan matang oleh panitia di baliknya dengan melakukan seleksi terhadap para penjaja yang meramaikan pasar kangen. Seleksi ini penting karena untuk menjaga autentikasi budaya benar-benar disajikan secara utuh kepada pengunjung.
Dilansir dari Wikipedia, Pasar Kangen Yogyakarta menerapkan ketahanan pangan serta kemandirian sehingga menghindari makanan ultra processed food atau makanan ultra proses sebagai salah satu warisan budaya kuliner Indonesia sejak dulu untuk menyajikan makanan secara fresh.
Baca juga: Pasar Kangen Hadir di Prambanan Jazz Festival, Lestarikan Kuliner Tradisional
Untuk mendukung konsep jadul secara keseluruhan, biasanya pasar kangen juga didekorasi sedemikian rupa sehingga memunculkan suasana jadul pula. Contohnya dengan menghadirkan elemen-elemen alam, seperti bambu, daun pisang, serta tenunan bambu yang khas biasa digunakan sebagai dekorasi orang Jawa.
Perbedaan Pasar Kangen dengan Pasar Tradisional
Kemudian, muncul pertanyaan terkait konsep dari pasar kangen ini, yaitu perbedaannya dengan pasar tradisional yang selama ini akrab kita ketahui. Pasar kangen memiliki perbedaan penting dengan pasar tradisional pada umumnya dengan menghadirkan bentuk pertunjukkan seni khas Indonesia, seperti reog atau campursari.
Hal ini karena perbedaan tujuan antara pasar kangen dengan pasar tradisional dengan pasar kangen untuk hiburan, pelestarian, serta pengenalan kebudayaan sedangkan pasar tradisional untuk pemenuhan kebutuhan primer kita. Oleh karena itu, Kawan GNFI dapat lebih memiliki keleluasaan dalam memilih pasar mana yang ingin Kawan kunjungi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News