Kawan GNFI, jika kamu seorang mahasiswa, dosen, atau pernah menyusun karya ilmiah seperti skripsi, tesis, atau disertasi di Indonesia, besar kemungkinan kamu pernah menulis nama Prof. Dr. Sugiyono, M.Pd. dalam daftar pustaka. Bahkan, di beberapa kampus, buku-bukunya nyaris menjadi "kitab suci" dalam mata kuliah metodologi penelitian.
Namun di tengah popularitasnya, beberapa kalangan mulai mempertanyakan: Siapa sebenarnya Prof. Sugiyono? Mengapa bukunya begitu mendominasi? Dan benarkah ia patut “di blacklist” dari referensi akademik?
Mengenal Sosok di Balik Ribuan Kutipan
Prof. Dr. Sugiyono, M.Pd. adalah seorang Guru Besar dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), tepatnya di Fakultas Teknik, Jurusan Pendidikan Teknik Mesin. Meski berasal dari rumpun teknik, kontribusinya dalam dunia pendidikan justru melejit lewat keahliannya menulis buku metodologi penelitian.
Beliau menyelesaikan pendidikan doktoralnya di IKIP Bandung (sekarang UPI) dan sejak itu dikenal sebagai akademisi yang sangat produktif menulis. Hingga kini, ia telah menerbitkan lebih dari 25 buku, mayoritasnya membahas metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi (mixed methods).
Buku-buku karyanya digunakan di hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia, dari Sabang hingga Merauke. Bahkan, tak sedikit dosen dan peneliti yang merekomendasikan karyanya kepada mahasiswa karena bahasanya yang lugas dan aplikatif.
Mengapa Buku Sugiyono Begitu Populer?
Ada beberapa alasan utama mengapa buku-buku Prof. Sugiyono begitu melekat dalam dunia akademik Indonesia:
1. Bahasa Sederhana dan Sistematis
Dalam dunia akademik yang sering dipenuhi istilah teknis dan teori kompleks, buku Sugiyono hadir dengan pendekatan yang lebih praktis dan membumi. Ia mampu menyusun langkah-langkah penelitian secara logis dan sistematis, mulai dari menyusun latar belakang, merumuskan masalah, sampai menganalisis data.
2. Materi yang Lengkap
Buku-bukunya mencakup seluruh metode penelitian: dari kuantitatif, kualitatif, hingga gabungan keduanya. Tak hanya teori, Sugiyono juga menyisipkan contoh-contoh kasus, format instrumen penelitian, hingga panduan menyusun skripsi atau tesis.
3. Relevansi dengan Konteks Indonesia
Banyak buku metodologi yang beredar menggunakan pendekatan barat yang tidak sepenuhnya relevan dengan konteks pendidikan di Indonesia. Sugiyono menawarkan alternatif yang disesuaikan dengan budaya akademik lokal, membuatnya lebih mudah diaplikasikan oleh mahasiswa dan dosen.
Rekor dan Penghargaan: Bukan Penulis Biasa
Atas produktivitas dan kontribusinya, Prof. Sugiyono menerima berbagai penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), antara lain:
- Penulis Buku Metodologi Penelitian Terbanyak (2018)
- Penulis Buku Best Seller Terbanyak di Bidang Penelitian (2019)
- Pemateri Webinar Tunggal dengan Peserta Terbanyak (2020)
Salah satu fakta menarik: dalam satu tahun, beliau bisa menjual ratusan ribu eksemplar buku, menjadikannya salah satu penulis buku akademik paling laris di Indonesia.
Bukan Hanya Menulis: Membangun Masjid dari Royalti Buku
Kawan GNFI, tak hanya fokus pada dunia pendidikan, Prof. Sugiyono juga dikenal karena aksi sosialnya. Sebagian besar royalti dari penjualan bukunya digunakan untuk membangun masjid di kampung halamannya, Desa Cindaga, Kabupaten Banyumas.
Masjid tersebut diberi nama Masjid Prof. Dr. Sugiyono Rusti—diambil dari nama lengkapnya. Ini menunjukkan bahwa kontribusinya tidak berhenti di ruang kuliah, melainkan juga berdampak langsung bagi masyarakat.
Kontroversi: Perlukah Sugiyono Dihapus dari Daftar Kutipan?
Belakangan muncul perdebatan di beberapa komunitas akademik yang menyarankan untuk “mem-blacklist” buku Sugiyono dari referensi ilmiah. Apa alasannya?
- Terlalu Dominan
Banyak pengajar mengeluhkan bahwa mahasiswa terlalu bergantung pada satu sumber, yaitu Sugiyono, sehingga mengurangi keberagaman literatur akademik. - Generalistis
Beberapa kritikus menyebutkan bahwa pendekatan metodologinya terlalu umum dan kurang mendalam untuk digunakan dalam riset-riset tingkat tinggi, seperti disertasi doktoral. - Over-quoted
Seringkali, mahasiswa mengutip Sugiyono tanpa benar-benar membaca atau memahami konteksnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kutipan hanya menjadi formalitas.
Namun, perlu ditegaskan bahwa masalah ini lebih kepada bagaimana buku digunakan, bukan pada kualitas karya itu sendiri. Buku Sugiyono tetap relevan jika digunakan dengan bijak dan diimbangi dengan referensi lain yang lebih spesifik.
Dari Kutipan Menjadi Inspirasi
Kawan GNFI, kisah Prof. Dr. Sugiyono, M.Pd. adalah bukti bahwa kontribusi dalam dunia pendidikan bisa datang dari dedikasi menulis. Karyanya telah menolong jutaan mahasiswa menyelesaikan studi, membimbing banyak dosen dalam mengajar metodologi penelitian, bahkan menginspirasi banyak orang untuk berbagi ilmu melalui tulisan.
Apakah karyanya harus “di blacklist”? Rasanya bukan itu esensinya. Justru, penting bagi kita untuk menggunakan karya ilmiah secara kritis, seimbang, dan tidak bergantung pada satu sumber saja.
Sugiyono bukan sekadar nama dalam daftar pustaka. Ia adalah simbol dedikasi, ketekunan, dan kontribusi nyata terhadap pendidikan Indonesia. Mari gunakan karyanya sebagai batu loncatan untuk memperkaya wawasan, bukan sebagai satu-satunya pegangan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News