Kota Batu bukan hanya soal apel dan hawa sejuk saja. Apalagi, dua dekade terakhir, Batu menjadi pusat pariwisata di Jawa Timur dengan banyak theme park dan kebun binatang berkonsep modern. Di akhir minggu, jalan-jalan penuh kendaraan bermotor dan tempat wisata penuh sesak.
Kadang yang kita butuhkan bukan tempat-tempat yang ramai dikunjungi ribuan orang, tapi suasana alam yang tenang, ruang untuk bernafas dan berhenti sejenak dari kesibukan harian, dan secangkir kopi yang diseduh perlahan.
Berikut 3 rekomendasi hidden gem yang mungkin belum ada di bucket list Kawan GNFI, tapi layak dikunjungi:
Coban Lanang, Air Terjun Tersembunyi di Tengah Kota yang Sayang untuk Dilewatkan
Kawasan Malang Raya terkenal dengan banyak coban (air terjun) yang indah. Mulai dari Coban Rondo yang mahsyur sejak tahun 80-an, Coban Pelangi, Sumber Pitu, dan banyak lagi. Akan tetapi, rata-rata berjarak cukup jauh dari pusat kota dan medan menuju air terjun cukup sulit.
Tak banyak yang tahu, ada satu air terjun yang tersembunyi di tengah Kota Batu. Coban Lanang dibuka secara resmi pada tahun 2022. Berbeda dengan air terjun lain, Coban Lanang memiliki konsep eco-tourism & café.
Lokasinya bisa ditempuh dalam 10 menit saja dari Alun-Alun Batu, atau 15 menit dari Pasar Karangploso, Malang. Coban yang satu ini juga bisa ditempuh dengan angkutan umum, lho!
Untuk menjadikannya ramah anak dan keluarga, terdapat 3 titik pandang air terjun. Dari titik Air Terjun Bawah, pengunjung bisa menikmati pemandangan air terjun dan berfoto dengan latar belakang air terjun.
Terdapat pula dek kayu dengan bangku-bangku untuk memungkinkan wisatawan bersantai di sekitar air terjun sambal menikmati pemandangan.
Titik Air Terjun Belakang cukup unik, pengunjung dibawa ke tangga yang mengarah langsung ke ceruk di balik air terjun. Yang terakhir ialah Air Terjun View Atas, di mana pengunjung dengan keterbatasan fisik, lansia atau anak-anak bisa menikmati air terjun dari titik awal ketinggian.
Selain itu, hidden gem satu ini juga menyediakan tempat bersantai dan spot foto yang estetik seperti kolam renang anak, jembatan bambu d’Roem Juya, dan café di mana pengunjung bisa memesan berbagai makanan kecil serta minuman.
Putri Adhe, salah satu pegawai di lokasi wisata, menyampaikan bahwa tiket masuk ke Coban Lanang tergolong sangat terjangkau, yaitu Rp15.000 pada hari biasa dan Rp20.000 saat akhir pekan. Dari Jalan Raya Pandanrejo, pengunjung cukup berbelok menuju Rest Area Pandanrejo untuk memarkir kendaraan.
Pada akhir pekan, Coban Lanang bekerja sama dengan pihak desa untuk menyediakan layanan shuttle gratis menuju lokasi wisata.Kalaupun Kawan datang di hari biasa, jangan khawatir! Kawan bisa menikmati suasana romantis berjalan di jalan setapak berbatu, diapit kebun bunga yang membentang dan pemandangan Gunung Panderman.
Terpikat Magisnya Danau Gunung Tujuh Jambi, Mahakarya Alam di Atap Kayu Aro
Bukit Jengkoang, Surga Foto Instagram Bernuansa Alam
Jika Kawan GNFI berasal dari kota besar yang ingin beristirahat sejenak dari kemacetan dan suara kendaraan yang tak ada habisnya, tempat wisata gratis yang satu ini jadi pilihan yang tepat.
Dikelilingi oleh area pertanian yang menghampar sejauh mata memandang, pengunjung Bukit Jengkoang disuguhi pemandangan hijau berbatasan dengan langit luas tanpa penghalang. Di hari yang cerah, Gunung Arjuno tampak megah menjulang di sisi Selatan.
Bukit yang baru popular 3 tahun belakangan ini menjadi jujugan wisata offroad yang dikelola penduduk sekitar. Akses jalan menuju bukit setinggi 1000 mdpl ini masih cukup alami, cukup beresiko jika ditempuh dengan city car. Jaraknya kurang lebih 7,8 km dari pusat Kota Batu atau sekitar 20 menit perjalanan.
Karena kondisi jalan yang memang sengaja dibuat menantang sebagai jalur offroad, wisatawan yang akan berkunjung disarankan menggunakan kendaraan roda dua. Atau jika Kawan suka bertualang, Kawan bisa menuju ke titik terdekat di jalan raya, kemudian melanjutkan dengan trekking atau berjalan kaki.
Istimewanya lagi, di atas lahan pertanian Bukit Jengkoang berdiri sebuah loji peninggalan jaman Belanda, menjadikannya tempat favorit bagi pecinta fotografi. Terdapat juga sebuah warung makan yang menyajikan menu masakan rumahan khas Batu.
Coba bayangkan, Kawan bisa menikmati pemandangan memanjakan mata, jauh dari hiruk-pikuk, di tengah udara dingin berkabut dengan ditemani segelas kopi panas dan gorengan yang baru ditiriskan. Menyenangkan, bukan?
Retrorika Coffee Bar & Resto, Kafe Ramah Lingkungan
Café berkonsep eco-friendly ini terletak di Desa Bumiaji, hanya 7 menit dari Alun-Alun Batu. Interiornya dipenuhi nuansa retro dengan barang-barang bekas dan daur ulang memenuhi ruang. Selain itu, tiap sudutnya dihiasi dengan tanaman hijau yang membuat pengunjung betah berlama-lama.
Tak hanya green house di dalam kafe, konsep ramah lingkungan juga diterapkan pada penyajian makanan. Misalnya, tempat tersebut tidak menyajikan minuman bersama sedotan plastik dan tisu.
Untuk pengunjung yang ingin melakukan takeaway, disediakan besek atau keranjang dari anyaman bambu yang berbayar. Sedangkan untuk minuman, pengunjung harus membawa sendiri botol atau wadah minum jika ingin memesan untuk dibawa pulang.
Retrorika menyediakan beragam menu makanan berat dan ringan seperti soto, nasi goreng, dan mendoan; juga beragam minuman kopi dan tisane.
Di salah satu sudut café, sebuah toko kecil memajang berbagai barang unik dan sustainable seperti tas jinjing dari kain mori, sedotan logam, botol minum dari bambu, dan sebagainya.
Untuk Kawan yang menjalani work from anywhere atau sekedar ingin merasai ketenangan, tempat ini akan menjadi opsi menarik.
Pesona Kampung Jawi, Ajak Pengunjung Nostalgia dengan Makanan Jadul dan Uang Kepeng
Segera jadwalkan kunjungan Kawan GNFI ke Batu, Malang, dan jelajahi tempat-tempat tersembunyi ramah lingkungan untuk healing yang sesungguhnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News