nyai ageng serang perempuan dalam perang jawa bagian 2 - News | Good News From Indonesia 2025

Nyai Ageng Serang, Perempuan dalam Perang Jawa (Bagian 2)

Nyai Ageng Serang, Perempuan dalam Perang Jawa (Bagian 2)
images info

Nyai Ageng Serang selalu memberi semangat, nasehat, petunjuk, pada prajuritnya yang dikenal dengan sebutan Long March Puteri Serang. Usia yang telah lanjut, tak menyurutkan semangatnya.

Dalam Perang Jawa, Nyai Ageng Serang berperan sebagai pemimpin pasukan di sektor utama. Ia mendapat gelar “Lonjong Mimis”dan “Diraja Meta” (Dentuman Senjata).

“Pertama menghancurkan pos Belanda di Gambiran, lantas dilanjutkan penyerangan ke Purwodadi. Kota inilah yang menjadi kota perjuangan Nyi Ageng Serang,” tulis Kayatun dalam jurnal UINSA.

Dari Purwodadi, Nyi Ageng mengarahkan pasukan ke arah utara. Sebelumnya pasukan sempat menghancurkan pasukan Belanda yang dikirim ke Purwodadi melalui Semarang. Pasukan Nyai Ageng berpeluang merampas persenjataan Belanda yang kala itu dipusatkan di Purwodadi.

Penyerangan dilanjutkan ke Grobogan, Jakenan, lalu melingkar sampau Juana. DI Juana, barisan pasukan makin memperluas kekuatan dengan membagi ke kelompok kecil, mengepung musuh dari berbagai arah.

Dibentuk pasukan khusus yang ditugaskan mencegat dan menggembpur bala bantuan pasukan dari Jawa Timur. Setiap daerah yang dilalui terdapat pasukan rakyat yang bergabung dalam pasukan.

Nyai Ageng Serang yang memimpin pasukan di Purwodadi dan Grobogan menyerang benteng VOC di Grobogan hingga hancur. Kapten Silver terbunuh. Senapan dan amunisi dirampas.

Serangan dilanjut ke Demak dengan pasukan sebanyak 5000 orang. Sayang, bupati setempat tak mendukung gerakan Nyi Ageng ini. Bupati tersebut justru melapor pada Residen Semarang. Thomas dan kolonen De Bruin.

Residen Semarang mengirim tentara ke Demak, pertempuran terjadi sengit. Tokoh perang dari Serang turut bergabung, Brahnata praja. Ki Hanggamerta, Djaya Pramuja. Pasukan Nyai Ageng menumpas kekuatan tentara musuh, kantor-kantor kabupaten lantas dijadikan markas barisan mereka.

Kekalahan ini menjadi pukulan bagi Belanda, hingga didatangkan tokoh perang Jendral de Kock dan Jendral Van Geen. Van Geen membawa pasukan dalam jumlah besar kala menyerang markas pasukan Nyai Ageng Serang.Pasukan pejuang menderita kekalahan, lantas mengundurkan diri.

Tak menyurutkan semangat Nyai Ageng, selama perjalanan pasukan rakyat justru semakin bertambah dari daerah yang mereka lewati. Sampailah pasukan ke Semarang, disambut buoati Semarang. Bupati membantu perjuangan secara diam-diam.

Sementara itu di markas besar Pangeran Diponegoro mengganti pimpinan pasukan setelah panglima sebelumnya, Gusti Iman Ngabdul Hamid Ali Basah gugur. Digantikan Mas Setot, bergelar Sentot Ali Basah Prawiradirja.

Saat pengangkatan panglima baru inilah, utusan dari Ungaran mengabarkan bahwa pasukan rakyat di bawah pimpinan Nyi Ageng Serang bersama anak dan cucunya telah sampai di Semarang.

Diponegoro menitip pesan untuk membagi pasukan Nyai Ageng Serang menjadi dua bagian, sebagian tetap di Semarang, sebagian dipindahkan di Prambanan. Pasukan di Prambanan bertugas menghadang bala bantuan tentara Belanda dari Surakarta ke Yogyakarta.

Menanggapi amanat tersebut, Nyai Ageng Serang menyangka Pangeran Serang sebagai pemimpin pasukan Semarang, ia bersama Pangeran Notoprojo menuju Prambanan. Kondisi tubuh yang kurang baik membuat Nyai Ageng Serang tak lagi ikut memanggul senjata. Namun ia tetap memberikan saran-saran strategi perang.

Nyai Ageng Serang, Perempuan dalam Perang Jawa (Bagian 1)

Pangeran Diponegoro mendengar kabar tersebut terharu, mengingat usia Nyai Ageng yang telah tua namun tetap berjuang demi rakyat. Ia mengirim utusan untuk menjemput Nyai Ageng Serang.

Tawaran bersambut, Nyai Ageng Serang berangkat menuju markas besar pasukan Diponegoro di desa Deksa,s ebelah barat Sungai Progo. Ia berangkat bersama beberapa pengikutnya.

Saran Pangeran Diponegoro agar Nyai Ageng beristirahat sebab usia yang sudah tua ditolak. Nyai Ageng Serang selanjutnya memimpin gerilya di sekitar Desa Beku, Kabupaten Kulon Progo. Pasukan wanita terlibat dalam gerilya itu, salah satunya Suminah Narwiyah, adik Kyai Maja.

Pemberontakan rakyat makin terjadi diberbagai daerah, Blora, Banyumas. Kompeni melakukan berbagai cara untuk menghentikan pemberontakan. Sultan Sepuh dikembalikan dari pengasingan pada 1826, diangkat Kembali menjadi Sultan di Yogyakarta untuk ketiga kalinya. Pengangkatan ini dilakukan agar Sultan mendekati Diponegoro dan pemimpin pemberontakan lainnya.

Pangeran Diponegoro gagal dipertemukan dengan Sultan Sepuh. Pejuang lainnya juga menahan diri tak menemuinya meski gembira mendengar kabar kedatangan Sultan Sepuh ke keraton Yogya.

Pangeran Diponegoro sempat meminta Nyai Ageng Serang agar Kembali ke keraton, mendekati sultan untuk tak mau melakukan Tindakan yang merugikan perjuangan. Nyai Ageng menolak tawaran tersebut.

Nyai Ageng menolak, ia masih ingin berjuang bersama rakyat, selain itu juga masih percaya jika Sultan masih setia pada pendiriannya yang pro rakyat.

Taktik perang berpindah-pindah markas Pangeran DIponegoro membuat Belanda kewalahan. Daerah-daerah seperti Bagelan, Banyumas dan jalan raya antara Yogyakarta – Magelang dikuasai pasukan pejuang.

Belanda berupaya menumpas pemberontak dengan siasat Benteng Stelsel, memasukkan mata-mata ke barisan pejuang, menangkap pemimpin perjuangan, hingga mengadakan perundingan damai dengan pihak pemberontak.

Residen Surakarta mengirim kiai Sentana sebagai mata-mata Belanda untuk mendekati pemimpin perjuangan. Setelah dapat bergaul akrab dan mendapat perhatian, Kiai Sentana melaporkan hal-hal terkait siasat perang mereka. Belanda mengejar pasukan pejuang, menangkap para pemimpinnya. Dalam keadaan terjepit, beberapa pasukan menyerah pada Belanda.

Tahun 1827 Belanda menakhlukkan Pangeran Diponegoro dan Pangeran Serang. Belanda memaksanya mengentikan serangan. Nyai Ageng Serang yang kondisi tubuhnya kian melemah diboyong ke Notoprajan, kediaman di kompleks keraton Yogyakarta.

Belanda dan pimpinan pejuang mengadakan perundingan pada 1927. Pimpinan pejuang diwaliki Kiai Maja dan Kiai Ngabehi Abdul Rahman. Tak dihasilkan sepakat, kedua belah pihak justru melakukan gencatan senjata. Beberapa kali perundingan digelar kembali, tetapi tetap saja hanya berakhir gencatan senjata. Pemberontakan justru semakin gencar.

Pangeran Diponegoro menolak ajakan rundingan Belanda. Tahun keempat, pauskan mulai melemah dengan tertangkapnya beberapa pemimpn, Kya Madja, DiponegoroAnom (Putera Pangera Diponegoro), Raden Syuku. Sentot Prawiradiraja menghentikan pemberontakan sebab terdesak.

Orang-orang terdekat telah ditangkap, Belanda mencari tipu muslihat untuk memperdaya Diponegoro. Maret 180, Belanda berhasil membujuk Pangeran Diponegoro untuk mengadakan perundingan di markas besar Belanda di Magelang.

Ternyata ini menjadi muslihat. Belanda menangkap Pangeran Diponegoro. Hari penangkapan, 28 Maret 1830 dianggap sebagai berakhirnya Perang Diponegoro.

Peperangan selama lima tahun yang dikenal dengan Perang Diponegoro atau Perang Jawa tercatat menjadi perang terbesar di bumi Mataram, memicu semangat juang hamper seluruh daerah kerajaan Yogyakarta maupun Surakarta.

Nyai Ageng Serang tinggal di rumah Notoprajan. Ia menuntut Belanda untuk mengangkat Pangeran Notoprojo menjadi pangeran yang merdeka. Bergelar Pangeran Adipati Notoprojo, ia menguasai desa-desa di antara sungai Progo dan Sungai Bogowonto.

Nyai Ageng Serang mengisi hari tua dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Ketika cucu dan pengikut bertandang mengunjungi, ia memberikan wejangan-wejangan.

Tahun 1828, Nyai Ageng Serang wafat. Jenazahnya dimakamkan di Desa Beku, Kulon Progo Yogyakarta sesuai permintaannya. Atas perjuangannya, Nyai Ageng Serang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden tanggal 13 Desember 1974 No. 084/Th. 1974.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WE
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.